Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arti Motif Batik Parang yang Memiliki Filosofi Mendalam
31 Oktober 2023 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arti motif batik parang memiliki filosofi yang mendalam. Karena itu, pada zaman dulu, motif yang banyak dijumpai di Solo dan Yogyakarta ini hanya boleh dipakai raja dan kerabatnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Batik Heritage tulisan Eko Nursanty dan Indah Susilowati, parang diambil dari kata ‘“pereng” yang artinya lereng. Pereng menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Bentuk motifnya berbentuk seperti huruf “S” miring berombak memanjang.
Motif parang tersebar di seluruh daerah Jawa, mulai dari Yogyakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Motif batik parang di setiap daerah tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing yang membedakan satu sama lain.
Arti Motif Batik Parang
Mengutip jurnal Makna Motif Batik Parang sebagai Ide dalam Perancangan Interior karangan Sella Kristie dkk., arti motif batik parang dapat dilihat dari bentuk “S” yang menyusunnya.
Bentuk motif tersebut melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan semangat yang tak pernah surut. Itu sebabnya batik parang disebut batik larangan karena terlarang untuk rakyat biasa dan hanya boleh dipakai raja beserta keturunannya.
ADVERTISEMENT
Bentuk motif parang yang saling menyambung menggambarkan jalinan hidup yang tidak pernah putus. Bentuk motif ini dinilai menjadi simbol hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhannya.
Sementara itu, garis diagonal yang terdapat dalam motif parang menggambarkan bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran.
Motif batik parang juga memiliki makna agar tidak mudah menyerah dalam mengarungi bahtera kehidupan. Motif ini mengajarkan meski banyak lika-liku yang harus dihadapi, seseorang harus terus berusaha memperbaiki diri agar lebih baik lagi.
Di lingkungan kerajaan, motif batik parang dibedakan berdasarkan tingkat kebangsawanan si pemakai. Mengutip buku Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional oleh Afriliyana Purba, untuk abdi dalem diperbolehkan memakai motif parang sebesar 5 cm.
ADVERTISEMENT
Untuk kerabat keraton terdekat hanya diizinkan mengenakan motif parang sebesar 7 cm, sedangkan yang memiliki ukuran lebih dari 7 cm, yaitu sekitar 12 hingga 15 cm, hanya dikhususkan untuk sultan.
Adapun motif parang yang hanya boleh dipakai raja dan keluarganya adalah parang barong, parang kesit, parang barong seling tritik, parang templek, parang baladewa, parang kusumo, dan parang barong bintang leider.
Di luar motif-motif tersebut, batik parang boleh dikenakan kerabat keraton terdekat dan masyarakat umum dengan tetap memperhatikan ketentuan ukurannya. Motif-motif tersebut antara lain parang rusak, parang klithik, parang gendreh, parang tuding, parang pamor, parang gagak seta, dan parang curigo.
Di kalangan masyarakat umum, motif parang sering kali digunakan pada perkawinan adat Jawa . Bukan untuk mempelainya, melainkan untuk pager bagus dan pager ayu yang dimaksudkan agar para hadirin yang sedang mencari menantu atau jodoh dapat memilih calonnya di antara mereka.
ADVERTISEMENT
Pager bagus menggunakan motif parang kusumo yang mengandung pesan bahwa mereka masih kajang, sedangkan pagar ayu memakai motif parang klithik sebagai simbol bahwa mereka masih suci.
(ADS)