Arti Tangisan Bayi yang Mesti Dipahami Para Orangtua

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
30 Januari 2024 19:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bayi menangis. Foto: sutlafk/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi menangis. Foto: sutlafk/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tangisan merupakan alat komunikasi pertama yang dikuasai bayi untuk menyampaikan maksud dan keinginannya. Namun sering kali orangtua tidak memahami arti tangisan bayi tersebut.
ADVERTISEMENT
Harvey Karp MD dalam buku The Happiest Baby on The Block membagi tangisan bayi ke dalam tiga kategori, yakni rengekan, tangisan, dan jeritan. Ketiganya mencerminkan gaya berkomunikasi dan karakter si bayi.
Biasanya, bayi menangis ketika merasa tidak nyaman dan lapar. Dalam kondisi lain, mereka juga menangis ketika merasa kegerahan, demam, gatal, risih, dan lain sebagainya.
Sekilas, tangisan tersebut terdengar sama saja. Itu mengapa para ibu kerap kesulitan membedakannya yang mungkin saja merupakan sebuah gejala dan tanda sesuatu. Seperti apa?

Arti Tangisan Bayi dalam Berbagai Situasi

Ilustrasi bayi menangis marah. Foto: Shutter Stock
Dalam buku Your Child’s Body Language, Dr. Richard Woolfson mengatakan bahwa tangisan bayi memiliki arti yang berbeda-beda. Ada tangisan yang menunjukkan perasaan sedang lapar, tidak nyaman, dan sakit.
ADVERTISEMENT
Para orangtua, baik ayah maupun ibu, mesti memahami arti tangisan tersebut. Berikut jenis tangisan bayi beserta maknanya yang bisa Anda pelajari:

1. Tangisan ingin menyusui

Dijelaskan dalam buku Memahami Bahasa Bayi susunan Bunda Fathi (2020), bayi akan menangis kejar jika merasa lapar. Tangisan tersebut biasanya dilakukan berulang-ulang.
Ia akan menangis lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas, menangis lagi, berhenti sejenak untuk mengambil napas, dan begitu seterusnya. Untuk mengatasinya, Anda bisa menyusui bayi hingga kenyang.

2. Popok yang kotor

Bayi cenderung menyukai popok yang bersih dan kering. Jika popoknya basah, bayi akan menangis karena merasa tidak nyaman.
Tangisan ini biasanya diawali dengan suara pelan. Lambat laun, tangisannya akan semakin keras dan kencang jika bayi semakin merasa tidak nyaman.
Terkadang, bayi juga akan menunjukkan gestur menggeliat di atas tempat tidurnya. Jika melihat tanda-tanda tersebut, segera periksa popok bayi dan ganti dengan yang baru.
Seorang bayi berusia 6 bulan menangis di tempat tidur. Foto: Littlekidmoment/Shutterstock

3. Badan sakit atau pegal

ADVERTISEMENT
Teknik menggendong yang kurang tepat bisa membuat bayi mengalami keseleo atau pegal-pegal. Sebagai respons atas kondisi ini, bayi akan mengeluarkan tangisan bernada tinggi.
Ia juga akan menjerit dan berteriak untuk menyampaikan keluhannya. Apabila orangtua memegang anggota badan tertentu yang keseleo seperti kaki, leher, tangan, dan pinggang, maka bayi akan semakin menjerit.
Karenanya, segera periksakan kondisi tersebut ke bidan atau dokter. Sebagai penanganan awal, Anda bisa mengompres bagian yang sakit dengan air hangat.

4. Merasa bosan

Bayi membutuhkan stimulasi terus-menerus. Jika tidak mendapatkannya, maka ia akan cepat bosan. Sebagai respons atas kebosanannya tersebut, bayi pun akan menangis.
Biasanya, tangisan karena bosan lebih mirip dengan teriakan dan rengekan. Untuk mencuri perhatian orang tuanya, maka ia akan tetap menangis sampai rasa bosannya tersebut terobati.
ADVERTISEMENT
(MSD)