Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Arti Wakafa Billahi Syahida tentang Sifat Allah yang Maha Menyaksikan
9 Januari 2022 21:01 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 20 April 2023 15:47 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Agama Islam diturunkan oleh Allah Swt dengan sempurna. Dia mengutus Rasul-Nya untuk membawa petunjuk dan agama yang benar kepada umat manusia. Dalam surat Al-Fath ayat 28, Allah Swt berfirman:
ADVERTISEMENT
“هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
Pada ayat tersebut, kalimat wakafa billahi syahida menjadi sorotan bagi para ahli tafsir. Melalui penggalan kalimat tersebut, Allah menegaskan bahwa cukuplah Dia sebagai saksinya.
Saksi di sini merujuk pada sifat mulia Allah Swt. Lantas, apa arti wakafa billahi syahida yang sesungguhnya? Bagi Anda yang ingin mengetahuinya, simaklah penjelasan berikut.
Arti Wakafa Billahi Syahida
Secara harfiah, arti wakafa billahi syahida adalah “dan cukuplah Allah sebagai saksi”. Penggalan ayat ini menegaskan bahwa cukup Allah sebagai saksi atas kebenaran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Sifat Allah adalah asy-syahid yaitu Maha Menyaksikan. Sifat mulia ini telah disebutkan sebanyak 18 kali dalam ayat-ayat Alquran.
ADVERTISEMENT
Allah mengetahui dan menyaksikan sebagai sesuatu yang ada di dunia dan alam ghaib. Dijelaskan dalam buku al-Asma al-Husna karangan Prof Umar Sulaiman al-Asyqar, arti Allah Maha Mengetahui adalah Allah Swt mengetahui seluruh perbuatan hamba-Nya, baik yang dikatakan dengan lisan maupun yang disembunyikan.
Allah SWT berfirman dalam surat At Tahrim ayat 3:
وَإِذْ أَسَرَّ ٱلنَّبِىُّ إِلَىٰ بَعْضِ أَزْوَٰجِهِۦ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِۦ وَأَظْهَرَهُ ٱللَّهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُۥ وَأَعْرَضَ عَنۢ بَعْضٍ ۖ فَلَمَّا نَبَّأَهَا بِهِۦ قَالَتْ مَنْ أَنۢبَأَكَ هَٰذَا ۖ قَالَ نَبَّأَنِىَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْخَبِيرُ
"Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada sejumlah ayat lain yang membahas mengenai makna dan arti Allah Maha Mengetahui dan Maha Menyaksikan. Salah satunya adalah surat Al Hijr, Saba, dan Al Hadid.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ ٱلْخَلَّٰقُ ٱلْعَلِيمُ
“Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hijr:86)
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِٱلْحَقِّ وَهُوَ ٱلْفَتَّاحُ ٱلْعَلِيمُ
Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS Saba:26)
Penjelasan bahwa Allah Maha Mengetahui segala isi hati hamba-Nya juga disebutkan di dalam surat Al-Hadid. Berikut ayat beserta artinya:
ADVERTISEMENT
يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ ۚ وَهُوَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
“Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al Hadid:6)
Maka dari itu, umat Muslim wajib percaya bahwa Allah Swt mengetahui segala perbuatan seseorang walaupun orang lain tidak mengetahuinya. Berkata dan berbuat jujur adalah bukti kepatuhan dan kepercayaan seorang Muslim sifat Al-Alim dan As-syahid yang dimiliki Allah.
(MSD)