Bacaan I’tidal dan Gerakannya dalam Sholat yang Benar

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
23 April 2021 10:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sholat. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sholat. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sholat menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap umat Muslim tanpa terkecuali. Karena itu, dalam pelaksanaannya, kita perlu memahami gerakan sholat dan bacaan doanya masing-masing untuk menyempurnakan ibadah tersebut.
ADVERTISEMENT
Allah berfirman: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-2)
Salah satu gerakan sholat dan bacaannya yang perlu diperhatikan adalah I’tidal. Berdiri tegak lurus setelah bangun dari ruku disebut I'tidal.
Gerakan ini dilakukan antara ruku dan sujud. Di mana kita bangun dari ruku kemudian berdiri tegak lurus sejenak, kemudian sujud.
Gerakan I’tidal memang terbilang cukup sederhana. Namun, I’tidal tetaplah menjadi rukun sholat yang harus dilakukan dengan tuma'ninah. Bagaimana bacaan I’tidal dan gerakannya yang benar?

Bacaan I’tidal dan Gerakannya

Ilustrasi gerakan i'tidal dalam sholat. Foto: Freepik
Mengutip buku Menyelami Bacaan Shalat, Edisi Panduan oleh Fajar Kurnianto (2017), I’tidal adalah bangkit dari ruku dan menegakkan atau meluruskan badan sambil mengangkat tangan dan membaca:
ADVERTISEMENT
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Samiallahu liman hamidah.
Artinya: “Semoga Allah mengabulkan orang yang memuji-Nya.”
Kemudian dilanjutkan dengan membaca bacaan I’tidal. Ada dua macam bacaan I’tidal, yaitu versi pendek dan versi panjang. Adapun bacaan I’tidal yang pendek adalah sebagai berikut:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Robbana wa lakal hamdu.
Artinya: “Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.”
Sementara, bacaan I’tidal yang lebih panjang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Aufa. Ia berkata dahulu Rasulullah apabila mengangkat punggungnya dari ruku maka beliau mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Samiallahuliman hamidah, Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi'ta min syain ba'du.
ADVERTISEMENT
Artinya: “Semoga Allah mengabulkan doa orang yang memuji-Nya. Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu.” (HR. Muslim)
Terlepas dari bacaan sholatnya, I’tidal juga harus tuma’ninah, yakni menegakkan punggung setelah bangkit dari ruku. Dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi RA, beliau mengatakan:
Ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari rukuk) untuk berdiri hingga setiap ruas tulang punggung berada di posisinya semula” (HR. Bukhari no. 828)
Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wassalam mencela orang yang tidak melakukan I’tidal sampai lurus punggungnya padahal ia mampu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya di hari kiamat Allah tidak akan meman dang orang yang tidak meluruskan tulang sulbinya di antara rukuk dan sujud,” (HR. Tirmidzi no. 2678, Abu Ya’la dalam Musnad-nya no. 3624, Ath Thabrani dalam Al Ausath no. 5991. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 2536)
ADVERTISEMENT

Syarat-Syarat Saat Itidal

Ilustrasi gerakan sebelum memasuki i'tidal. Foto: Pexels
Dikutip dari Semua Khusus untuk Muslimat (Ilmu yang Dibutuhkan bagi Wanita Muslimah) oleh Abu Hanifah (2017: 171), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi umat Muslim agar gerakan I'tidal dalam sholat menjadi sah, yaitu:
ADVERTISEMENT
(ADS & SFR)