Konten dari Pengguna

Bagaimana Pendekatan Dakwah yang Dilakukan Sunan Bonang? Ini Strateginya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Juni 2023 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pendekatan dakwah Sunan Bonang. Foto: Mustaqim Amna/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pendekatan dakwah Sunan Bonang. Foto: Mustaqim Amna/kumparan
ADVERTISEMENT
Wali Songo mempunyai beragam strategi dalam hal berdakwah untuk menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Ada yang melakukan pendekatan secara teologis, kesenian, ilmiah, hingga kelembagaan. Lalu, bagaimana pendekatan dakwah yang dilakukan Sunan Bonang?
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam oleh Dr. H. Murodi, M.A., Sunan Bonang adalah anggota Wali Songo yang berdakwah di daerah Jawa Timur, khususnya di wilayah Tuban dan sekitarnya. Ia memulai dakwahnya di Kediri yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.
Sunan Bonang dikenal sebagai sosok yang tidak hanya menguasai ilmu fikih dan tasawuf, tetapi juga mahir dalam bidang seni dan sastra. Maka, tak heran jika pendekatan dakwah yang dilakukan Sunan Bonang melalui kedua bidang tersebut.

Strategi Dakwah yang Dilakukan Sunan Bonang

Ilustrasi kesenian gamelan. Foto: aditya_frzhm/Shutterstock
Pendekatan dakwah yang dilakukan Sunan Bonang adalah pendekatan kultural, yaitu melalui kebudayaan. Ia menyebarkan agama Islam dengan memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam budaya yang telah melekat di masyarakat setempat.
Mengutip buku Tanya Jawab Seputar Atlas Wali Songo Karya KH. Agus Sunyoto oleh Sahabat PAI 3A, Sunan Bonang dibesarkan oleh ibu yang berasal dari kalangan bangsawan di Tuban. Berkat itu, ia berkesempatan untuk mempelajari kesenian dan budaya Jawa, terutama tentang tembang macapat yang sangat populer pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Pemahaman soal sastra, kesenian, dan budaya Jawa yang dimilikinya dimanfaatkan untuk menarik minat masyarakat Jawa agar memeluk agama Islam. Misalnya dengan menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwah dan memanfaatkan lagu-lagu gamelan wayang untuk menyampaikan ajaran Islam.
Dijelaskan dalam buku Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa tulisan Alik Al Adhim, Sunan Bonang yang lahir pada 1465 M juga menciptakan gending Dharma dan mengganti nama-nama hari sial menurut kepercayaan Hindu.
Misalnya, nama-nama Dewa Hindu diganti dengan nama-nama malaikat dan nabi. Tujuannya tidak lain untuk mendekati masyarakat agar mereka tertarik memeluk agama Islam.
Ilustrasi Suluk Sunan Bonang. Foto: Pixabay
Sosok dengan nama asli Raden Makdum Ibrahim ini melahirkan banyak karya sastra berupa suluk atau tembang tamsil. Salah satu tembang tamsil ciptaannya yang paling populer berjudul “Tombo Ati”.
ADVERTISEMENT
Menurut sejarah, ia sering mendendangkan lagu tersebut saat berdakwah sambil menabuh gamelan. Selain menarik, penyampaian dakwah dalam bentuk lagu juga membuat masyarakat lebih mudah mengingat dan memahaminya.
Kegiatan dakwah Sunan Bonang dipusatkan di daerah Tuban. Selain mengajarkan para santri, Sunan Bonang diketahui memberikan pendidikan agama Islam secara khusus dan mendalam kepada Raden Patah, Putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V yang menjadi Sultan Demak.
Catatan pendidikannya tersebut dikenal dengan nama Suluk Sunan Bonang atau Primbon Sunan Bonang. Sampai saat ini, Suluk Sunan Bonang tersimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525 M karena sakit. Jasadnya dimakamkan di Tuban, Surabaya. Hingga sekarang, strategi dakwah yang dilakukan Sunan Bonang kerap diikuti oleh para pengajar di pesantren.
ADVERTISEMENT
(ADS)