Konten dari Pengguna

Biografi Rabiah al Adawiyah, Tokoh Sufi Perempuan yang Terkenal Pada Masanya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
8 September 2021 11:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi biografi rabiah al adawiyah. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi biografi rabiah al adawiyah. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Islam mengenal banyak tokoh sufi yang kental akan kehidupan zuhudnya, salah satunya adalah Rabiah al Adawiyah. Beliau dilahirkan pada tahun 95 Hijriyah di Kota Bashrah, Irak. Kota ini dikenal akan potensi ilmu pengetahuannya sehingga melahirkan banyak tokoh penting seperti ulama, ahli fiqih, ahli zahid, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Rabiah al Adawiyah menjadi salah satu tokoh yang populer di kalangan masyarakat Irak. Konsep sufinya yang paling dikenal adalah mahabbatullah yang artinya kecintaan terhadap Allah.
Rabiah lahir dari keluarga yang sangat miskin. Ia merupakan anak terakhir dari empat bersaudara, sehingga ia dinamakan Rabiah yang artinya keempat.
Untuk lebih mengenalnya, berikut biografi Rabiah al Adawiyah lengkap dengan kisah tasawufnya yang bisa Anda simak.

Biografi Rabiah al Adawiyah dan Kisahnya

Rabiah al Adawiyah memiliki nama lengkap Ummu al- Khair Rabi'ah binti Isma'il al-Adawiyah al-Qisiyah. Ia lahir dari keluarga Ismail yang hidup penuh dengan takwa dan iman kepada Allah.
Mereka tak henti-hentinya melakukan zikir dan patuh dengan ajaran-ajaran Islam. Kezuhudannya dalam memandang dunia membuat mereka tidak risau sedikit pun saat menghadapi cobaan.
ilustrasi biografi rabiah al adawiyah. Foto: pixabay
Dalam kesehariannya, Rabiah selalu memerhatikan bagaimana ayahnya melakukan ibadah kepada Allah, dengan membaca Alquran dan berzikir. la pun melakukan ibadah yang sama sebagaimana dicontohkan oleh ayahnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku 25 Kisah Pilihan Tokoh Sufi Dunia karya Siti Nur Aidah, suatu ketika Rabiah mendengar ayahnya berdoa memohon kepada Allah. Semenjak itu, lafal-lafal doa itu tidak pernah hilang dari ingatannya, bahkan selalu diulang-ulang oleh Rabiah dalam doanya.
Selain karena kepribadiannya yang cerdas, didikan ayahnya juga memiliki andil yang sangat besar dalam hidup Rabiah. Ayahnya selalu mengajarkan pendidikan agama dan juga langsung mengaplikasikannya di dalam kehidupan keluarganya. Inilah yang akhirnya membuat pribadi Rabiah semakin agamis.
Mengutip buku Rabiah Al-Adawiyah: Cinta Allah dan Kerinduan Spiritual Manusia oleh Dr. Makmun Gharib, Rabiah dikenal sebagai pribadi yang sangat cerdas. Ia telah hafal Al-Quran sejak usia belia.
Ayahnya meninggal dunia ketika Rabiah beranjak remaja, saat Bashrah dilanda paceklik luar biasa. Keadaan itulah yang akhirnya memaksa Rabiah dan ketiga saudarinya berpisah demi menjalani kehidupannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, Rabiah memiliki banyak pemikiran sufi. Bahkan praktik ibadah spiritualnya masih banyak dikaji hingga saat ini. Salah satu pemikiran Rabiah yang terkenal adalah mengenal konsep cinta kepada Allah atau mahabbatullah.
ilustrasi biografi rabiah al adawiyah. Foto: pixabay
Suatu ketika Rabiah berkata, "Ya Allah, kalau aku menyembah-Mu karena menghindar dari neraka-Mu, campakkan saja aku ke neraka. Kalau aku menyembah-Mu karena berharap surga, tutup pintu-Mu rapat-rapat, tapi kalau aku menyembah karena mengharap rahmat-Mu, jangan pisahkan aku dari rahmat-Mu,".
Rabiah dikenal dengan keikhlasannya dalam beribadah, hingga tidak ada lagi di relung hatinya untuk takut terhadap neraka ataupun mengharap surga. Keikhlasannya dalam beribadah juga banyak dinukilkan di berbagai kitab tasawuf.
Dari beberapa kisah dalam hidupnya, ulama sufi ini pernah diceritakan bahwa suatu ketika ia tengah berjalan di Kota Baghdad sambil membawa air dan memegang obor di tangan kirinya. Salah seorang kemudian bertanya, “hendak di kemanakan air dan obor tersebut?”
ADVERTISEMENT
Rabiah Al Adawiyah pun menjawab, "Aku hendak membakar surga dengan obor dan memadamkan neraka dengan air ini. Supaya orang-orang tidak lagi mengharapkan surga ataupun menakutkan neraka dalam ibadahnya."
Kisah ini membuktikan kalau Rabiah memiliki jiwa yang tenang dan nyaman. Tidak ada yang perlu ditakutkan dan dirisaukan atas imbalan ibadah yang telah dilakukannya.
Menurut Rabiah, mencintai Allah baginya adalah mencintai Sang Mahasegalanya. Menjalankan semua perintah-Nya dan terus mendekatkan diri kepada-Nya.
(MSD)