Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bolehkah Puasa Arafah Digabung Puasa Qadha? Ini Jawabannya
4 Mei 2022 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 4 Maret 2023 16:25 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Puasa Arafah adalah puasa yang dikerjakan pada hari kesembilan bulan Zulhijah. Ibadah ini hukumnya sunah bagi orang yang melaksanakan ibadah haji.
Keutamaan puasa ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya,
"Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura [10 Muharram] menghapuskan dosa setahun yang lalu," (HR Muslim).
Sementara itu, puasa qadha Ramadhan dilakukan untuk mengganti puasa wajib yang ditinggalkan saat bulan suci Ramadhan. Waktu pelaksanaan puasa ini sangat panjang, yaitu antara bulan Syawal hingga datangnya Ramadhan berikutnya.
Lalu, bolehkah puasa Arafah digabung puasa qadha? Apa hukumnya jika seseorang melakukan ibadah tersebut? Simak ulasan lengkap di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Bolehkah Puasa Arafah Digabung Puasa Qadha?
Seorang muslim sering kali ingin melakukan puasa sunah, padahal masih punya banyak utang puasa yang harus dibayar. Lalu, apakah dirinya tetap mendapatkan keutamaan puasa sunah ketika bermaksud melakukan puasa untuk mengganti ibadah wajib di bulan Ramadhan?
Dikutip dari laman NU Online, jawabannya adalah qadha puasa Ramadhan yang dilakukan tetap sah dan keutamaan puasa sunah Arafah juga tetap didapatkan. Hal ini diterangkan Syekh Zakariya Al Anshari yang menyatakan,
قَوْلُهُ وَصَوْمُ عَاشُورَاءَ) أَفْتَى الْبَارِزِيُّ بِأَنَّ مَنْ صَامَ عَاشُورَاءَ مَثَلًا عَنْ قَضَاءٍ أَوْ نَذْرٍ حَصَلَ لَهُ ثَوَابُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَوَافَقَهُ الْأَصْفُونِيُّ وَالْفَقِيهُ عَبْدُ اللَّهِ النَّاشِرِيُّ وَالْفَقِيهُ عَلِيُّ بْنُ إبْرَاهِيمَ بْنِ صَالِحٍ الْحَضْرَمِيُّ وَهُوَ الْمُعْتَمَدُ (قَوْلُهُ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ اُحْتُسِبَ عَلَى اللَّهِ إلَخْ) الْحِكْمَةُ فِي كَوْنِ صَوْمِ عَرَفَةَ بِسَنَتَيْنِ وَعَاشُورَاءَ بِسَنَةٍ أَنَّ عَرَفَةَ يَوْمٌ مُحَمَّدِيٌّ يَعْنِي أَنَّ صَوْمَهُ مُخْتَصٌّ بِأُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَاشُورَاءَ يَوْمٌ مُوسَوِيٌّ
ADVERTISEMENT
Artinya, “(Puasa Asyura). Al-Barizi berfatwa bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura misalnya untuk qadha atau nazar puasa, maka ia juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura. Pandangan ini disepakati oleh Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami. Ini pandangan yang muktamad. (Puasa hari Asyura dihitung oleh Allah) Hikmah di balik ganjaran penghapusan dosa dua tahun untuk puasa sunnah Arafah dan penghapusan dosa setahun untuk puasa Asyura adalah karena Arafah adalah harinya umat Nabi Muhammad SAW, yakni puasa sunnah Arafah bersifat khusus untuk umat Nabi Muhammad SAW. Sementara Asyura adalah harinya umat Nabi Musa AS,” (Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz V, halaman 388).
Hal ini senada dengan ungkapan Sayyid Bakri dalam kitab I‘anatut Thalibin. Menurutnya, orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan, keutamaan puasa sunah Arafah tetap dirasakan seorang muslim yang berniat berpuasa qadha di waktu puasa Arafah berlangsung. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa lebih utama menunaikan puasa qadha terlebih dahulu karena hukumnya wajib, kemudian baru menunaikan ibadah sunah seperti puasa Arafah.
(RIN)