Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Calon Pengganti Paus Fransiskus, Ada yang Dari Asia!
23 April 2025 15:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4) di usianya yang ke-88 tahun. Tidak hanya meninggalkan duka, kepergian pemimpin tertinggi Gereja Katolik ini juga mengawali babak baru kepemimpinan Vatikan, di mana Paus baru akan segera dipilih oleh Dewan Kardinal.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, siapa saja yang berpeluang menjadi Paus berikutnya? Artikel ini akan merangkum deretan kandidat kuat calon pengganti Paus Fransiskus di Vatikan.
Calon Pengganti Paus Fransiskus
Syarat dasar untuk menjadi Paus adalah pria Katolik yang telah dibaptis. Namun, sejak tahun 1378, tradisi gereja menetapkan bahwa kandidat selalu berasal dari kalangan Kardinal.
Dalam proses pemilihan, biasanya muncul sosok-sosok unggulan yang dikenal dengan istilah papabile. Ini adalah sebutan bagi Kardinal yang dianggap memiliki kualitas, pengalaman, dan pengaruh yang cukup kuat untuk menjadi Paus selanjutnya.
Dikutip dari NBC Chicago, berikut adalah nama-nama yang diyakini berpeluang menggantikan Paus Fransiskus.
1. Kardinal Peter Erdo
Kardinal Peter Erdo (72) adalah Uskup Agung Budapest dan Pemimpin Gereja Katolik di Hungaira. Ia dikenal sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam Gereja Katolik di Eropa.
ADVERTISEMENT
Erdo pernah dua kali terpilih sebagai Ketua Dewan Konferensi Uskup Eropa, masing-masing pada tahun 2005 dan 2011. Pencapaian ini mencerminkan besarnya peran dan pengaruh Peter Erdo di kalangan gereja.
Rekam jejaknya membuat nama Erdo masuk dalam jajaran kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus. Dalam tugasnya, ia aktif menjalin hubungan dengan para kardinal dari Afrika melalui pertemuan rutin antar konferensi uskup lintas benua.
Perannya semakin menonjol ketika turut mengorganisasi pertemuan-pertemuan penting di Vatikan. Kunjungan Paus Fransiskus ke Budapest pada tahun 2021 dan 2023 juga menempatkan Kardinal Erdo dalam sorotan global. Hal itulah yang memperkuat profilnya sebagai papabile potensial.
2. Kardinal Reinhard Marx
Nama potensial selanjutnya adalah Kardinal Reinhard Marx (71). Uskup Agung Munich dan Freising ini merupakan sosok penting dalam lingkaran terdekat Paus Fransiskus. Pada tahun 2023, ia dipilih langsung oleh Paus sebagai salah satu penasihat utamanya.
ADVERTISEMENT
Marx juga dipercaya memimpin dewan pengawas keuangan Vatikan, ketika lembaga tersebut menjalani reformasi besar-besaran dan pengetatan anggaran.
Langkah-langkah yang diambil Kardinal Marx kerap memicu perdebatan. Pada tahun 2020, ia tampil sebagai pendukung vokal inisiatif Synodal Path. Ini merupakan sebuah forum dialog di Gereja Katolik Jerman yang lahir dari upaya menanggapi skandal pelecehan seksual oleh para imam.
Akibatnya, Marx dipandang kontroversial, terutama oleh kelompok konservatif. Mengingat, dialog tersebut membahas isu-isu sensitif seperti homoseksualitas, selibat (keadaan tidak menikah secara sukarela), hingga penahbisan perempuan.
Namanya kembali mencuat pada 2021 ketika ia secara mengejutkan mengajukan pengunduran diri sebagai Uskup Agung. Namun, Paus Fransiskus menolak permintaan tersebut dan memintanya tetap melanjutkan tugas.
3. Kardinal Marc Ouellet
Kardinal Marc Ouellet (80) berasal dari Kanada. Ia dikenal sebagai sosok berpengaruh dalam hierarki Gereja Katolik. Selama lebih dari satu dekade, ia memimpin sebuah kantor penting di Vatikan yang bertugas mengawasi para uskup. Kantornya itu juga berperan dalam merekomendasikan calon uskup untuk prosesi keuskupan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Meski ditunjuk oleh Paus Benediktus XVI, Ouellet tetap dipercaya oleh Paus Fransiskus dan menjabat hingga 2023. Ini menunjukkan bahwa ia merupakan figur yang mendapat kepercayaan lintas kepemimpinan di Vatikan.
Walaupun dikenal lebih konservatif dibandingkan Paus Fransiskus, Ouellet tetap memilih uskup-uskup yang dinilai dekat dan peduli pada umat.
Di samping itu, ia mendukung kewajiban selibat bagi imam dalam Gereja Katolik Ritus Latin dan menolak penahbisan perempuan. Namun, Ouellet tetap mendorong keterlibatan perempuan dalam peran kepemimpinan gereja.
4. Kardinal Pietro Parolin
Kardinal Pietro Parolin (70) telah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan sejak 2014. Ini menjadikannya dipilih sebagai tokoh berpengaruh dalam pemerintahan Gereja Katolik di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT
Posisi strategis ini menempatkannya sebagai salah satu kandidat utama pengganti Paus Fransiskus. Sebagai diplomat senior, Parolin memainkan peran penting dalam berbagai negosiasi internasional Gereja, termasuk perjanjian kontroversial antara Tahta Suci dan Tiongkok terkait penunjukan uskup pada tahun 2021.
Pada tahun yang sama, namanya juga terseret dalam sorotan akibat kegagalan investasi real estat Vatikan di London yang berujung pada persidangan terhadap kardinal lain.
Meski begitu, reputasi Parolin tetap kuat. Ia dianggap berpotensi mengembalikan posisi Paus ke tangan orang Italia, setelah sebelumnya tiga Paus secara berturut-turut lahir dari orang luar Italia.
5. Kardinal Robert Prevost
Secara historis, memilih Paus dari Amerika Serikat dianggap tabu, mengingat dominasi geopolitik negara tersebut. Namun, Kardinal Robert Prevost (69) kini muncul sebagai salah satu kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT
Prevost memiliki pengalaman pastoral yang luas, terutama di Peru, tempat ia pernah bertugas sebagai misionaris dan Uskup Agung. Saat ini, ia menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk para Uskup, sebuah posisi penting di Vatikan yang bertanggung jawab atas proses nominasi uskup di seluruh dunia.
Namun meski dipandang sebagai figur berpengaruh, faktor usia dan kewarganegaraannya masih menjadi pertimbangan banyak pihak.
6. Kardinal Luis Tagle
Kardinal Luis Antonio Tagle (67) dari Filipina dikenal sebagai sosok yang penuh empati dan berpengalaman dalam pelayanan pastoral. Ia pernah memimpin Caritas Internationalis, federasi amal global milik Vatikan, sebelum akhirnya menetap secara permanen di Roma.
Tagle menjadi kandidat kuat pertama dari Asia yang dipertimbangkan sebagai penerus Paus Fransiskus. Kehadirannya merepresentasikan Gereja Katolik di kawasan Asia yang terus berkembang, baik secara jumlah umat maupun pengaruhnya.
ADVERTISEMENT
Namun, peluang Tagle untuk terpilih dinilai masih kecil. Usianya yang relatif muda membuat sebagian Kardinal cenderung condong memilih kandidat yang lebih tua, dengan masa kepausan yang diperkirakan lebih singkat dan stabil secara politis.
7. Kardinal Matteo Zuppi
Kardinal Matteo Zuppi (69) adalah Uskup Agung Bologna sekaligus Presiden Konferensi Uskup Italia. Ia dikenal sebagai figur progresif yang dekat dengan komunitas Sant' Egidio, yakni organisasi amal Katolik yang aktif dalam misi perdamaian dan bantuan kemanusiaan.
Paus Fransiskus mengangkat Zuppi menjadi kardinal pada 2019 dan secara terbuka menyatakan keinginannya agar Zuppi memimpin para uskup di Italia. Tak hanya itu, Zuppi juga dipercaya sebagai utusan perdamaian Vatikan dalam konflik Rusia-Ukraina.
Sebagai tokoh yang dinilai mampu melanjutkan visi reformis Paus Fransiskus, Zuppi menjadi salah satu kandidat kuat. Namun, seperti beberapa kandidat lainnya, usianya yang relatif muda justru bisa menjadi hambatan. Sebab, banyak Kardinal cenderung memilih calon dengan masa kepausan yang tidak terlalu panjang.
ADVERTISEMENT
(NSF)