Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cara Berpikir Kritis Lengkap dengan Karakteristik dan Contoh Sikapnya
31 Maret 2023 9:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ada banyak skill yang dibutuhkan individu ketika memasuki dunia kerja, salah satunya adalah berpikir kritis (critical thinking). Secara istilah, berpikir kritis diartikan sebagai proses berpikir yang baik dengan merenungkan segala kemungkinan yang terjadi ke depannya.
ADVERTISEMENT
Kemampuan berpikir kritis idealnya diajarkan sedini mungkin, yakni ketika seseorang masih duduk di bangku sekolah dasar. Seiring berjalannya waktu, kemampuan tersebut dapat dilatih agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Dijelaskan dalam buku Contextual Teaching and Learning susunan Elaine B. Johnson (2002), bentuk aktivitas berpikir kritis yaitu mencoba untuk merumuskan dan memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memenuhi keinginan untuk memahami sesuatu hal.
Berpikir kritis adalah sebuah pencarian jawaban dan makna. Bagaimana prosesnya dapat berlangsung? Simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Baca juga: Cara Berpikir Kritis dan Berbagai Manfaatnya
5 Langkah Berpikir Kritis
Mengutip jurnal Assessing EFL Student Progress in Critical Thinking with the Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test karya B.W Davidson (1997), ada 5 langkah berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis-Weir, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Klarifikasi dasar (elemetary clarification)
Pada proses ini, siswa memahami masalah, mengajukan, dan menjawab pertanyaan untuk mencapai klarifikasi umum suatu masalah. Guru atau pendidik bisa mengarahkan dan membimbing siswa agar tindakan yang dilakukan sejalan dengan tujuan pembelajarannya.
2. Pendukung dasar (basic support)
Siswa memutuskan sumber yang kredibel, membuat, dan menilai hasil pengamatan sendiri sehingga dapat merencanakan solusi yang baik. Di tahapan ini, siswa akan mempelajari risiko-risiko yang mungkin dihadapinya saat proses pembelajaran.
3. Inferensi (inference)
Siswa membuat dan memutuskan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Kesimpulan ini didapatkan dari proses berpikir kritis dan proses analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Klarifikasi lanjutan (advanced clarification)
Siswa mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi serta menentukan konteks definisi berdasarkan alasan yang tepat. Sehingga, ia dapat mengevaluasi solusi yang direncanakan kedepannya.
5. Strategi dan cara-cara (strategi and tactics)
Siswa berinteraksi dengan orang lain untuk menentukan tindakan yang sesuai dan menentukan solusi kemungkinan yang lain. Di fase ini, ia akan mempelajari kegagalan dan memahami bahwa tidak semua rencana bisa berjalan semestinya.
ADVERTISEMENT
Contoh Bernalar dan Berpikir Kritis
Contoh berpikir kritis dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip jurnal Kemampuan Berpikir Kritis dalam Membaca serta Kesesuaiannya dengan Inteligensi Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris susunan Suugeng Susilo, dkk., beberapa aktvitas yang merepresentasikan kemampuan ini yaitu:
Apa Saja Contoh Bernalar Kritis di Sekolah?
Di sekolah, kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari sikap murid yang aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Biasanya, murid tersebut senang berdiskusi untuk mencari tahu sebab akibat suatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Murid yang berpikir kritis mampu memproses informasi secara objektif. Ia juga mampu membangun keterkaitan bagian informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya.
Karena pada dasarnya elemen-elemen dari berpikir kritis adalah memperoleh dan memproses informasi atau gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksikan pemikiran, dan mengambil sebuah keputusan.
Apa Saja Contoh Berpikir Kritis dalam Islam?
Kemampuan berpikir kritis dalam Islam telah banyak ditunjukkan oleh para ulama. Mereka menggunakan kemampuan ini untuk menghadapi tantangan zaman dan ancaman terhadap agama Islam.
Para ulama terbiasa membaca dan merujuk berbagai sumber bacaan, baik yang bertemakan agama maupun umum. Sifat keterbukaan mereka dalam mengakses informasi menunjukkan kemampuan berpikir kritis.
Sikap ini bisa dicontoh oleh umat Muslim lainnya. Ketika dihadapkan dengan masalah-masalah keagamaan yang membingungkan, maka umat Muslim bisa menemukan jawabannya dengan mempelajari kitab fiqih.
ADVERTISEMENT
(MSD)