Konten dari Pengguna

Contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Guru Penggerak

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
23 Juli 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menulis jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 Guru Penggerak. Foto: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menulis jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 Guru Penggerak. Foto: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jurnal refleksi merupakan bentuk evaluasi dalam pelatihan Guru Penggerak yang dilakukan setiap dua minggu sekali. Calon Guru Penggerak (CGP) akan diminta menulis jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 untuk memahami teknik dan prinsip coaching untuk supervisi akademik.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Guru Penggerak merupakan program pelatihan kepemimpinan bagi tenaga pendidik yang diselenggarakan selama enam bulan. Program tersebut diadakan untuk meningkatkan kompetensi guru agar bisa menjadi pemimpin pendidikan dan pembawa perubahan di sekolah.
Pelatihan Guru Penggerak dilakukan secara online melalui lokakarya dan pembelajaran online. Selama pelatihan, CGP akan diminta mengerjakan berbagai aktivitas, salah satunya menulis jurnal refleksi. Simak ulasan berikut untuk mengetahui cara mengerjakan jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3.

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Guru Penggerak

Ilustrasi menulis jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 Guru Penggerak. Foto: Unsplash.
Jurnal refleksi dwi mingguan adalah tulisan yang memuat perasaan, gagasan, pengalaman, dan praktik baik yang telah dilakukan CGP setelah mengikuti pelatihan. Penulisan jurnal refleksi disesuaikan dengan topik pembelajaran pada setiap modul.
Dalam modul 2.3, CGP akan diminta menuliskan refleksi tentang pengalaman mereka mempelajari konsep dan prinsip coaching untuk supervisi akademik. Dikutip dari laman Sekolah Penggerak, jurnal refleksi dapat ditulis dengan tujuh model/metode, salah satunya model 4F (facts, feelings findings, dan future).
ADVERTISEMENT
Model refleksi 4F dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Dalam membuat jurnal refleksi dengan model 4F, CGP dapat menceritakan pengalaman saat mengikuti pembelajaran (facts), menjelaskan perasaan yang dialami oleh CGP (feelings), pelajaran yang didapat (findings), serta aksi yang dapat dilakukan dengan baik jika menerapkan hal serupa di masa depan (futures).

Contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

Ilustrasi menulis jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.3 Guru Penggerak. Foto: Pexels.
Berikut ini contoh jurnal refleksi Dwi Mingguan dengan model 4F karya Jayanti Tigawati CGP Angkatan 9 yang dikutip dari Kemdikbud.
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik.
Facts
Pada modul 2.3 ini materi yang dipelajari adalah coaching untuk supervisi akademik. Materi ini merupakan hal baru bagi saya, artinya saya baru pernah mencoba melaksanakan coaching meskipun masih dengan rekan sejawat, namun sebenarnya proses coaching sendiri juga ternyata beberapa kali pernah saya alami di sekolah, yaitu saat saya melakukan percakapan dengan kepala sekolah terkait kendala yang saya alami.
ADVERTISEMENT
Kepala sekolah memberikan pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang saya alami tersebut. Namun dalam proses ini kepala sekolah masih memberikan masukan dan pilihan-pilihan solusi atas permasalahan saya, hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip coaching yang sedang saya pelajari.
Feelings
Setelah mempelajari modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, saya semakin memahami bagaimana teknik dalam melakukan coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, atau dengan warga sekolah lainnya.
Mulai dari awal pembelajaran materi tentang coaching untuk supervisi akademik ini, sampai pada kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat, khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana membangun komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir among dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.
ADVERTISEMENT
Dalam kegiatan coaching, coach dan coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran, yang bisa dijadikan sebagai refleksi diri dan melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah dan yang akan dilakukan, baik dalam proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan lainnya.
Finding
Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang coaching untuk supervisi akademik. Saya menjadi paham dan semakin tercerahkan tentang bagaimana konsep coaching dan perbedaan konsep antara coach dengan mentor, fasilitator, dan konselor.
Salah satu teknik percakapan coaching yaitu menggunakan alur TIRTA yang mencakup Menemukan Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab. Kegiatan Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan pembenahan dalam membantu rekan sejawat, dan khususnya membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
ADVERTISEMENT
Future
Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang coaching untuk supervisi akademik, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kompetensi diri.
Untuk itu saya telah merancang tindakan aksi nyata penerapan praktik coaching yang didasari oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di lingkungan sekolah. Harapan saya dengan penerapan praktek coaching di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat dan warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan dapat membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya.
(GLW)