Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Contoh Tembang Mijil dan Penjelasan Maknanya
19 November 2021 14:09 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 23 Mei 2022 12:43 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tembang mijil merupakan salah satu dari 11 tembang macapat dalam Serat Wulangreh suku Jawa . Sama seperti tembang macapat lainnya, tembang mijil memiliki aturan-aturan dan moral yang terkandung di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa Jawa , mijil berarti keluar atau tampil. Kata ini juga memiliki sinonim yaitu wijil, wiyos, raras, medal, sulastri yang memiliki arti keluar.
Secara filosofis, mijil menggambarkan kelahiran manusia ke dunia. Karena makna tersebut, tembang ini berada dalam urutan pertama sebagai pembuka tembang macapat lainnya.
Bram Palgunadi dalam buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang menyebutkan, tembang mijil sering digunakan untuk mengiringi suasana awal dalam pentas seni atau sebagai tembang untuk mengawali suatu acara.
Seperti tembang macapat pada umumnya, tembang mijil juga mempunyai tiga aturan yang harus diperhatikan, yakni guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Guru gatra ialah jumlah baris pada setiap bait, guru wilangan merupakan jumlah suku kata di setiap baris, sedangkan guru lagu adalah suara vokal di akhir baris. Adapun karakteristik tembang mijil yaitu:
ADVERTISEMENT
Setiap tembang macapat memiliki watak yang menggambarkan ciri khas tembang tersebut. Tembang mijil memiliki lirik-lirik yang bermakna imbauan atau mengasihi. Itu mengapa tembang ini sangat cocok digunakan untuk menyampaikan nasihat.
Agar lebih memahami bentuk dan karakternya, simak penjabaran contoh tembang mijil berikut!
Contoh Tembang Mijil beserta Maknanya
Dikutip dari Filsafat Ku karya Wafa Aldawamy, berikut adalah contoh tembang Mijil dan penjelasan maknanya:
ADVERTISEMENT
Dedalane guna lawan sekti,
Kudu andhap asor,
Wani ngalah dhuwur wekasane,
Tumungkula yen dipundukani,
Bapang den simpangi,
Ana catur mungkur,
Makna moral yang disampaikan dalam tembang Mijil di atas adalah sebagai berikut:
Dedalane guna lawan sekti, dapat dimaknai sebagai jalan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan dan kekuatan dalam dirinya.
Kudu andhap asor, memiliki makna, setiap orang harus dapat menempatkan diri dengan selalu menghargai, menghormati tanpa melihat pangkat, harta, maupun jabatannya.
Wani ngalah luhur wekasane, artinya berani mengalah. Lirik ini memiliki makna jika seseorang ingin menang, ia harus berani menaklukkan dan mengendalikan diri sendiri dengan tidak menuruti hawa nafsu yang ada pada dirinya.
Tumungkula yan dipundukani, memiliki arti jangan membantah ketika dimarahi atau dinasihati. Tidak membantah bisa diartikan diam, mau merenungi, mau belajar, dan mau mengakui kesalahan.
ADVERTISEMENT
Bapang den simpangi, bermakna sebagai manusia yang berbudi luhur sebaiknya menghindari hal-hal yang bersifat hura-hura, bersenang-senang yang berlibahan, atau berpesta pora yang tidak ada gunanya. Jika ingin hidup dengan bahagia, lebih baik membiasakan diri untuk hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Ana catur mungkur, baris terakhir ini memiliki makna bahwa jika ada pergunjingan atau prasangka buruk dalam lingkungan sekitar, dianjurkan untuk menghindarinya.
Dapat disimpulkan, baris-baris tembang mijil di atas mengajarkan tentang etika, sopan santun, atau tata krama yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Nasihat-nasihat tersebut akan sangat bermanfaat jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
(IPT)