Konten dari Pengguna

Apa Itu Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu dalam Tembang Macapat Jawa?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
7 Juni 2021 14:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 28 April 2023 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyenandungkan tembang macapat Jawa. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyenandungkan tembang macapat Jawa. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu adalah aturan-aturan yang digunakan dalam tembang macapat Jawa. Masing-masing dari aturan tersebut memiliki pengertian dan ciri yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Guru wilangan adalah banyaknya jumlah suku kata (wanda) dalam setiap baris. Sedangkan guru gatra merupakan banyaknya jumlah larik (baris) dalam satu bait. Lalu, ada guru lagu yang merupakan persamaan bunyi sajak pada akhir kata dalam setiap baris. Bunyi lagu pada akhir gatra (a, i, u, e, o) disebut dong dinge swara’.
Macapat sendiri merupakan puisi tradisional dalam bahasa Jawa. Biasanya, lirik-lirik macapat yang disebut dengan tembang disenandungkan orang tua untuk menidurkan anaknya.
Mengutip buku Macapat: Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna oleh Zahra Haidar (2018), tembang macapat berisi petuah atau wejangan (nasihat) dengan banyak pelajaran yang terkandung di dalamnya. Karena itu, tembang macapat banyak digunakan oleh orangtua sebagai sarana untuk menasihati anak-anak mereka agar mengerti makna kehidupan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah disebutkan, tembang macapat disusun menggunakan aturan tertentu, yaitu guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Agar lebih memahaminya, simak contoh berikut.
Ilustrasi menyanyikan tembang macapat Jawa. Foto: instagram.com/@elishaorcarus

Contoh Guru Gatra dan Guru Laku

Ngelmu iku kalakone kanthi laku,
lekase lawan kas,
tegese kas nyantosani,
setya budya pengkesing dur angkara
Guru gatra dalam tembang tersebut adalah 4. Maksudnya, tembang di atas memiliki 4 baris atau larik. Setiap lariknya dapat berupa frasa, klausa, atau kalimat.
Sedangkan, guru lagu tembang tersebut yaitu u, a, i, a. Maksudnya, akhir suku kata setiap baris harus berupa huruf vokal u, a, i, a. Baris pertama harus berakhir dengan vokal u, baris kedua dengan vokal a, baris ketiga dengan vokal I, dan baris keempat dengan vokal a.
ADVERTISEMENT

Contoh Guru Wilangan

Kabeh iku mung manungsa kang pinunjul,
marga duwe lahir batin,
jroning urip iku mau,
isi ati klawan budi,
iku pirantine ewong.
Guru wilangan dalam tembang tersebut adalah 12, 8, 8, 8, 8. Maksudnya, baris bertama berjumlah 12 suku kata, baris kedua berjumlah 8 suku kata, baris ketiga berjumlah 8 suku kata, baris keempat berjumlah 8 suku kata, dan baris kelima berjumlah 8 suku kata.
(ADS)