Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Cacahe Tembang Macapat, Jumlah Gatra, dan Wataknya dalam Budaya Jawa
23 Juli 2021 17:08 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 23 Mei 2022 12:41 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu kebudayaan Jawa adalah cacahe tembang macapat. Budaya ini perlu untuk mengetahuinya agar kita bisa melestarikan budaya bangsa.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah sederet cacahe tembang macapat lengkap dengan jumlah gatra dan juga jenis watak yang terkandung di dalamnya.
Cacahe Tembang Macapat Lengkap dengan Jumlah Gatra dan Wataknya Dalam Budaya Jawa
Tembang macapat merupakan salah satu dari sederet budaya di Indonesia yang cukup dikenal dengan keberagaman watak dan juga ciri khas penggunaan bahasa daerahnya.
Pemaparan mengenai tembang macapat dijelaskan dalam buku berjudul Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar yang disusun oleh Endang Sri Maruti, S.Pd., M.Pd. (2015:133) yang memaparkan bahwa pengertian tembang macapat yaiku adalah sebuah bentuk puisi jawa tradisional dengan beberapa aturan tertentu seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Lebih jelas lagi, dalam buku ini juga disebutkan guru gatra dalam tembang macapat adalah jumlah baris di setiap bait tembang. Guru wilangan adalah jumlah suku kata di setiap baris tembang. Sedangkan guru lagu adalah bunyi vokal di setiap akhir baris. Tembang macapat ini memiliki jenis-jenis yang kemudian disebut dengan istilah cacahe tembang macapat.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah sederet cacahe tembang tembang macapat lengkap dengan jumlah gatra dan juga watak yang menjadi ciri khas masing-masing tembang:
Dhandhanggula
Memiliki 10 gatra dengan watak cukup universal atau luwes dan merasuk hati. Tembang ini umumnya digunakan untuk menuturkan kisah dalam berbagai kondisi,
Maskumambang
Pupuh ini terdiri dari 4 gatra uang menggambarkan watak kesedihan atau duka, serta suasana hati yang mendung.
Sinom
Pupuh sinom memiliki 9 gatra. Watak dari pupuh sinom ini adalah kesabaran dan keramahan. Pupuh ini biasa digunakan untuk menceritakan nasihat perseahabatan
Kinanthi
Pupuh kinanthi terdiri dari 6 gatra dengan watak yang diliputi dengan kesenangan dan kasih sayang. Biasanya tembang ini digunakan untuk menyampaikan cerita yang berisi nasihat dan juga kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Asmarandana
Seperti namanya, pupuh ini memiliki watak penuh asmara, cinta kasih, yang disertai dengan pilu atau sedih. Pupuh ini memiliki 7 gatra yang menyusunnya.
Durma
Terdiri dari 7 gatra, pupuh ini umumnya memiliki watak yang tegas, keras dan penuh dengan amarah..
Pangkur
Pupuh ini dikenal dengan watak yang gagah, kuat, perkasa dan hati yang besar sehingga cocok untuk menyampaikan kisah kepahlawanan, perjuangan juga peperangan. Pupuh ini terdiri dari 7 gatra.
Mijil
Pada umumnya pupuh ini terdiri dari 6 gatra dengan watak keterbukaan. Pupuh ini kebanyakan digunakan untuk menyampaikan nasehat, cerita-cerita, dan tentang asmara.
Pocung
Terdiri dari 4 gatra, pupuh ini memiliki watak yang bebas. Tembang pocung ini umumnya digunakan untuk menceritakan lelucon dan berbagai nasehat.
ADVERTISEMENT
Gambuh
Memiliki 5 gatra dengan watak yang ramah dan bersahabat sehingga pupuh ini umumnya digunakan untuk menyampaikan cerita kehidupan.
Megatruh
Terdiri dari 5 gatra, pupuh megatruh ini berwatak sedih dan penuh duka. Pupuh ini biasanya digunakan untuk menggambarkan rasa putus asa dan kehilangan harapan.
Itu dia pemaparan singkat mengenai pengertian tembang macapat, cacahe tembang macapat dan juga jumlah gatra serta watak masing-masing cacahe tembang macapat. Hal ini perlu kita ketahui untuk dipelajari agar budaya tradisional Indonesia dapat terus terjaga dan lestari. (DAP)