Dalil Puasa Asyura dan Tata Cara Mengerjakannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2022 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alquran. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Alquran. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Puasa asyura adalah puasa sunnah yang dikerjakan umat Muslim setiap tanggal 10 Muharram. Dalil puasa asyura pertama kali disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang melalui orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Nabi Muhammad SAW baru tiba di Madinah, bertepatan dengan hari Asyura di bulan Muharram. Lalu, beliau mendapati orang-orang Yahudi Madinah sedang berpuasa pada hari tersebut.
Nabi Muhammad SAW pun bertanya, puasa apa yang sedang mereka kerjakan. Orang-orang Yahudi itu menjawab bahwa mereka sedang memuliakan hari Asyura, sebab Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun dan bala tentaranya.
Mendengar jawaban tersebut, Nabi Muhammad SAW pun bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” (HR. Abdullah bin Abbas).
Selain dalil puasa asyura di atas, Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan sabda lain mengenai puasa asyura. Berikut kumpulan dalil puasa asyura berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT

Dalil Puasa Asyura

Alquran. Foto: Pixabay
Nabi Muhammad SAW mengajak umat Islam untuk menunaikan puasa Asyura di bulan Muharram sebagai bentuk penghormatan kepada Allah SWT. Namun, apabila umat Islam tidak ingin mengerjakannya, maka ia boleh meninggalkannya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisya RA.
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk puasa di hari Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, (beliau bersabda) barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka.” (HR. Bukhari dari Aisyah RA)
Walau diperbolehkan tidak melaksanakan puasa Asyura, akan lebih baik jika tetap mengerjakannya. Sebab, puasa di bulan Muharram adalah yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Hal ini sesuai dengan dalil puasa asyura berikut ini:
ADVERTISEMENT
Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda: Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah - Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)
Keutamaan melaksanakan puasa asyura bagi umat Islam adalah dihapuskan seluruh dosanya setahun yang lalu. Perihal keutamaan puasa asyura ini tercantum dalam hadis riwayat Imam Muslim.
Dari Abi Qatadah, beliau berkata, “Nabi SAW ditanya mengenai keutamaan puasa arafah. Beliau menjawab: Puasa arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa asyura. Beliau menjawab: Puasa asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
ADVERTISEMENT

Tata Cara Puasa Asyura

Ilustrasi membaca niat puasa asyura. Foto: Pexels
Tata cara puasa asyura sebenarnya sama seperti puasa pada umumnya dalam ajaran Islam, yakni diawali dengan membaca niat puasa pada saat sahur atau menjelang subuh.
Berdasarkan informasi dalam buku Puasa Bukan Hanya Saat Ramadhan karya Ahmad Sarwat, bacaan niat puasa asyura adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati ‘asyura lillahi ta’aalaa
Artinya: “Saya berniat puasa sunnah asyura karena Allah Ta’ala.”
(NDA)