Konten dari Pengguna

Doa Itidal dan Tata Cara Itidal sesuai Syariah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
29 November 2023 11:56 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Doa Itidal dan Tata Cara Itidal yang  Benar. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Doa Itidal dan Tata Cara Itidal yang Benar. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam bahasa Arab, itidal berarti keseimbangan atau keselarasan. Namun, dalam konteks salat, itidal adalah rukun salat ketika seorang muslim berdiri tegak usai menyelesaikan gerakan rukuk dengan tentang (tuma’ninah).
ADVERTISEMENT
Saat melakukan gerakan itidal, terdapat doa yang harus dibacakan. Simak penjelasan doa itidal di bawah ini.

Pengertian Itidal

Pengertian Itidal. Foto: Pexels
Sebelum membahas doa itidal, pahami terlebih dahulu apa itu itidal. Itidal atau i’tidal adalah gerakan bangkit dari rukuk, kemudian berdiri dengan posisi yang tegak dan tenang. Ini merupakan gerakan sebelum sujud.
Dalil mengenai itidal terdapat dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu yang dikenal dengan hadits al musi’u shalatuhu, yaitu tentang seorang sahabat yang belum paham cara salat, sehingga Rasulullah Saw. mengajarkan padanya cara salat yang benar dan sah.
Nabi Muhammad saw. bersabda kepadanya:
ثم اركَعْ حتى تَطمَئِنَّ راكِعًا، ثم ارفَعْ حتى تستوِيَ قائِمًا
"… lalu rukuk dengan tuma’ninah, kemudian angkat badanmu hingga lurus" (HR. Bukhari 757, Muslim 397).
ADVERTISEMENT
Dalam riwayat lain:
ثم اركَعْ حتى تَطْمَئِنَّ راكعًا ، ثم ارْفَعْ حتى تَعْتَدِلَ قائمًا
"… kemudian rukuk sampai tuma’ninah dalam rukuknya, kemudian mengangkat badannya sampai berdiri lurus" (HR. Bukhari no. 793, Muslim no. 397).

Bacaan Doa Itidal

Bacaan Doa Itidal. Foto: Pexels
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, saat itidal terdapat doa yang harus dibacakan. Bacaan doa itidal terdiri dari dua versi, yakni versi pendek dan panjang.

1. Doa Itidal Pendek

Dalam versi pendek, doa itidal dibaca seperti berikut:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
(Rabbana wa laka al-hamdu)
Artinya: "Wahai Tuhan kami, bagi-Mu lah segala pujian"

2. Doa Itidal Panjang

Selain bacaan doa itidal pendek, kita juga bisa membaca doa itidal panjang, yakni:
"رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
ADVERTISEMENT
(Rabbana lakal hamdu mil 'us samaawaati wa mil ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du.)
Artinya: "Ya Allah Ya Tuhan kami, bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki sesudah itu."

Tata Cara Melakukan Itidal Menurut Syariat

Tata Cara Melakukan Itidal Menurut Syariat. Foto: Pexels
Seluruh gerakan salat yang tidak dilakukan secara sembarangan, termasuk itidal. Gerakan salat sudah diatur dalam syariat Islam. Berikut tata cara melaksanakan itidal yang sesuai syariat.

1. Bangkit dari Rukuk dengan Perlahan

Setelah menyelesaikan gerakan rukuk, penting untuk bangkit dengan mengangkat kepala hingga setiap ruas tulang punggung berada di posisinya semula.
Langkah ini menegaskan keseimbangan antara gerakan salat sebagaimana makna dari itidal itu sendiri.

2. Angkat Tangan lalu Berdiri Tegak

Berdirilah dengan tegak dan tenang setelah bangkit dari rukuk. Ketika akan berdiri tegak, hendaklah mengangkat tangan sambil membaca doa berikut ini:
ADVERTISEMENT
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
(Sami Allahu liman hamidah)
Artinya: "Allah Maha Mendengar orang-orang yang memuji-Nya."
Untuk laki-laki, angkatlah kedua tangan setinggi telinga. Sementara untuk perempuan, angkat kedua tangan setinggi dada.
Setelah mengangkat tangan, ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai posisi kedua tangan saat gerakan itidal dalam salat.
Dalam mazhab Syafi'i, posisi kedua tangan disunnahkan untuk dilepas (irsal) dan tidak diletakkan di bawah dada seperti saat berdiri membaca surat Al-Fatihah.
Sementara menurut mazhab Hanafi, disunnahkan bersedekap dan posisi kedua tangan diletakkan di bawah pusar.
Oleh karena itu, posisi kedua tangan saat gerakan itidal dalam shalat dapat disesuaikan dengan masing-masing madzhab yang dianut. Tidak ada yang salah, selama mengikuti mazhab ulama.
ADVERTISEMENT

3. Punggung Lurus dan Wajib Tuma’ninah

Saat itidal, punggung harus lurus, sesuai dengan hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
فإِذا رفَع رأسه استوى قائماً حتى يعود كلّ فقار مكانه
"Ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari rukuk) untuk berdiri hingga setiap ruas tulang punggung berada di posisinya semula" (HR. Bukhari no. 828).
Allah Swt. dan Rasulullah Saw. mencela orang yang tidak melakukan itidal sampai lurus punggungnya padahal ia mampu. Baik karena terlalu cepat salatnya, terburu-buru atau kurang perhatian.
Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Saw. bersabda:
إن الله لا ينظرُ يوم القيامة إلى مَن لا يقيم صُلبَه بين ركوعه وسجودِه
"Sesungguhnya di hari kiamat Allah tidak akan memandang orang yang tidak meluruskan tulang sulbinya di antara rukuk dan sujud" (HR. Tirmidzi no. 2678, Abu Ya’la dalam Musnad-nya no. 3624, Ath Thabrani dalam Al Ausath no.5991. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 2536).
ADVERTISEMENT
Selain meluruskan punggung, muslim juga wajib untuk tuma'ninah atau tenang dalam posisi itidal.
Ibnul Qayyim rahimahullah setelah membawakan riwayat Abu Mas’ud dalam HR. Tirmidzi no. 265 dan Abu Daud no. 855 mengatakan:
هذا نص صريح في أن الرفع من الركوع وبين السجود الاعتدال فيه والطمأنينة فيه ركن لا تصح الصلاة إلا به
"Hadits ini adalah dalil tegas bahwa meluruskan punggung dan tuma’ninah dalam i’tidal itu adalah rukun dalam shalat, tidak sah shalat kecuali harus demikian." (Ash Shalatu wa Ahkamu Tarikiha, 1/122).

4. Bacalah Doa Itidal

Selanjutnya, bacalah doa itidal sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Adapun dalil membaca doa itidal ada dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
ان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا قامَ إلى الصَّلاةِ يُكبِّرُ حينَ يقومُ، ثم يُكبِّرُ حينَ يركَعُ، ثم يقولُ: سمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَه، حين يرفَعُ صُلْبَه مِن الرُّكوعِ، ثم يقولُ وهو قائمٌ: ربَّنا ولك الحمدُ
ADVERTISEMENT
"Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam ketika berdiri untuk shalat beliau bertakbir ketika berdiri, dan bertakbir ketika rukuk kemudian mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Kemudian bangun dari rukuk hingga meluruskan tulang sulbinya kemudian mengucapkan: rabbana walakal hamdu" (HR. Bukhari no. 789, Muslim 392).
Demikianlah langkah-langkah itidal yang mesti dipraktikkan dengan baik. Sebab salat merupakan bentuk komunikasi hamba dengan Allah Swt., sehingga baiknya dilakukan dengan benar.
(DEL)