Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Futur dalam Islam: Pengertian hingga Cara Mengatasinya
11 September 2024 13:58 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Futur dalam Islam adalah kondisi di mana pikiran teralihkan dari ibadah yang disebabkan berbagai faktor. Futur juga dapat diartikan sebagai rasa malas setelah sebelumnya rajin beribadah.
ADVERTISEMENT
Sikap futur harus diwaspadai dan dihindari sebelum mengakar dalam tubuh. Sebab, futur tidak hanya menyebabkan semangat dalam beribadah menurun, tetapi juga memicu dorongan untuk melakukan keburukan.
Simak artikel ini untuk penjelasan lengkap tentang futur dalam Islam, tanda-tanda, serta cara mengatasinya.
Pengertian Futur dalam Islam
Mengutip karya ilmiah berjudul Futur: Study Etnografi Gerakan Kesalehan Akhwat Wahdah Islamiyah di Kampus Unhas Makassar oleh Jumarni, Universitas Hasanuddin, secara bahasa, futur merupakan putus setelah tersambung atau bergerak.
Futur juga dapat diartikan malas, lambat, atau pelan setelah rajin dan bersungguh-sungguh. Sementara itu, secara etimologi, futur artinya diam setelah giat dan lemah setelah semangat.
Futur dalam Islam merupakan sebuah fenomena yang umumnya terjadi dan tidak bisa dihindari seseorang. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:
ADVERTISEMENT
"Sesungguhnya bagi setiap amalan ada masa-masa rajin dan tiap masa-masa rajin ada futur. Namun, barang siapa yang futurnya menjurus kepada sunahku, maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barang siapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunahku, maka ia telah tersesat." (HR Ahmad)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa futur adalah keadaan yang lumrah dalam diri manusia. Meskipun begitu, futur memiliki dampak serius pada kebiasaan beribadah seseorang, terutama orang yang sedang terjebak dalam kefuturan yang serius.
Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang malas dalam melakukan ibadah-ibadah wajib hingga tak beribadah sama sekali.
Baca Juga: Konsep Rezeki dalam Islam dan Jenis-jenisnya
Tanda-tanda Futur dalam Islam
Fenomena futur dalam Islam dapat dialami siapa saja, baik ulama hingga mereka yang baru belajar agama. Futur merupakan ujian yang sering kali datang tanpa disadari. Apabila futur tak segera diatasi, maka dapat menggerogoti keimanan. Maka dari itu, penting untuk mengetahui tanda-tanda futur.
ADVERTISEMENT
Disadur dari buku Kultum Melawan Futur oleh Sadmonodadi, berikut beberapa tanda seseorang sedang mengalami futur:
1. Malas Beribadah
Salah satu tanda yang paling mudah dideteksi apabila seseorang mengalami futur adalah malas beribadah. Umumnya, orang yang futur akan mulai mengabaikan ibadah-ibadah wajib, seperti puasa, salat, atau mengaji.
2. Hilangnya Kecintaan Terhadap Amal Baik
Apabila sebelumnya seseorang sangat antusias dalam beramal baik, tetapi tiba-tiba merasa berat untuk melakukannya, artinya orang tersebut sedang mengalami futur.
3. Menjauhi dari Majelis Ilmu
Tanda yang terakhir adalah menjauhi dari majelis ilmu. Orang yang futur cenderung menjauhi diri dari lingkungan yang mendukung keimanan, seperti masjid, majelis ilmu, atau pertemuan penuh dengan nasihat.
Cara Mengatasi Futur dalam Islam
Ketika futur datang, seorang muslim tak boleh terhanyut. Sebab, kemalasan tersebut apabila dituruti akan menjauhkan seorang hamba dari Allah SWT. Maka, umat Islam harus melawan kefuturan dan menjemput hidayah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:
ADVERTISEMENT
"Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua adalah tersesat, kecuali yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk." (HR Muslim)
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi futur, dirangkum dari buku Seni Menjaga Kewarasan Hidup oleh Sebastian Wahyu dan Kultum Melawan Futur oleh Sadmonodadi:
1. Mengikhlaskan Niat
Anda dapat bertanya kepada diri sendiri untuk siapa Anda beramal saleh, salat, bersedekah, dan lainnya. Apabila jawabannya adalah agar disanjung dan dihormati orang lain, tak heran apabila Anda sedang mengalami futur.
Sebab, Anda menggantungkan diri sendiri kepada sesama makhluk dan beribadah bukan untuk meraih rahmat Allah SWT. Maka dari itu, ketika beribadah dan beramal saleh, sebaiknya untuk mengikhlaskan niat hanya kepada-Nya.
ADVERTISEMENT
2. Berkumpul Bersama Orang yang Saleh
Rasulullah SAW mengingatkan agar umatnya berkawan dengan orang-orang yang saleh. Sebagaimana hadis berikut:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang itu mengikuti din (agama, tabiat, akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat."
Ketika seseorang sedang mengalami penurunan keimanan, tetapi orang tersebut masih berada di dalam lingkungan orang-orang yang saleh dan rajin beribadah, maka ia akan segera bangkit dari futur.
3. Bermuhasabah
Muhasabah atau introspeksi diri merupakan kegiatan merenungkan hal-hal baik dan buruk yang telah dilakukannya dengan menjadikan Al-Qur'an serta hadis sebagai acuan. Waktu terbaik untuk bermuhasabah adalah di tengah kesunyian malam.
Bermuhasabah dapat dijadikan cara untuk mengatasi futur yang menggerogoti diri. Dengan begitu, futur akan segera hilang.
ADVERTISEMENT
4. Berdoa
Sejatinya umat Islam dianjurkan untuk selalu berdoa kepada Allah SWT. Agar terhindar dari kefuturan, Anda dapat berdoa memohon keteguhan hati agar selalu istiqomah di jalan-Nya. Di bawah ini doa yang dapat dilafalkan sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik
Artinya: "Wahai zat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."
5. Memperbanyak Zikir dan Membaca Al-Qur'an
Mengingat Allah SWT dengan memperbanyak zikir dan membaca Al-Qur'an dapat menenangkan hati dan mengembalikan semangat beribadah yang hilang. Selain itu, Al-Qur'an dapat dijadikan sebagai penawar jiwa yang lemah. Seperti firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra' ayat 82 berikut:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ٨٢
ADVERTISEMENT
Artinya: "Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian." (QS Al-Isra: 82)
(NSF)