Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hakikat Sikap Muruah dalam Islam yang Menjadi Simbol Kehormatan Diri
7 November 2022 18:03 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Muruah adalah perilaku yang mencerminkan seluruh sifat luhur seperti kesatria, pemberani, teguh hati , dan kehormatan diri. Muruah juga dapat diartikan sebagai sikap menjauhkan diri dari perbuatan tabu yang berpotensi menimbulkan rasa malu.
ADVERTISEMENT
Dengan sikap muruah, seorang Muslim tidak mungkin menunjukkan perilaku yang dapat mengakibatkan cacat pada dirinya sendiri. Sikap ini membuatnya lebih berhati-hati ketika ingin melakukan sesuatu.
Dalam buku Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Hadis: Telaah Historis Filosofi karya Prof. Dr. H. Samsul Nizar (2019) dijelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok pemimpin yang menjaga muruah. Beliau senantiasa menjauhkan dirinya dari segala perbuatan haram dan dosa.
Sikap muruah ini begitu utama dalam Islam . Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang muruah selengkapnya yang bisa Anda simak.
Sikap Muruah dalam Islam
Pada hakikatnya, muruah adalah himpunan akhlak yang mulia, adab-adab yang baik, dan sifat jantan yang sempurna. Muruah dapat membuat seseorang pantas untuk dihormati dan disegani.
Ibnu Al-Qayyim berpendapat bahwa hakikat muruah adalah menghindari berbagai ucapan, perbuatan, dan akhlak rendah yang tak pantas. Mengutip buku Shalahuddin Al-Ayyubi: Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis karya Prof. Dr. Ali Muhammad, muruah lidah dapat diwujudkan dengan manis dan halusnya kata-kata yang diucapkan seseorang.
ADVERTISEMENT
Sementara muruah akhlak dapat diwujudkan dengan sikap yang santun, senantiasa menjaga kehormatan, dan selalu berusaha menjalankan kebaikan. Umat Muslim yang muruah tidak keberatan untuk meninggalkan semua hal yang haram dan dosa.
Para ulama mengatakan bahwa sikap muruah dapat mencegah dari kezaliman dan perbuatan lain yang tidak disukai oleh Allah SWT. Wujud dari sikap muruah adalah sabar menghadapi ujian, mensyukuri nikmat yang diberikan, dan mampu memaafkan kesalahan orang lain.
Suatu ketika Hasan Al-Bashri pernah ditanya soal muruah, beliau menjawab: “Muruah adalah apabila seseorang berusaha memperbaiki urusan agamanya, menggunakan harta dengan baik, menebar kedamaian, dan mencintai sesama manusia.”
Keutamaan sikap muruah adalah dapat menjadi penghias jiwa dan cita-cita. Muruah dapat menjaga kondisi jiwa seseorang, sehingga tidak tampak darinya kecacatan dan ia tidak pantas mendapatkan celaan.
Orang yang memiliki muruah akan dimuliakan meskipun ia sangat miskin. Ia diibaratkan sebagai seekor singa yang ditakuti, meskipun sedang dibelenggu.
ADVERTISEMENT
Sementara orang yang tidak memiliki muruah akan dihindari meskipun ia kaya. Ia diibaratkan seperti anjing yang tetap hina meski sudah dikalungi emas.
Mengutip buku Ensiklopedia Akhlak Rasulullah Jilid 2 karangan Syaikh Mahmud Al-Mishri (2018), hakikat muruah adalah kekuatan jiwa, sumber munculnya perbuatan baik, dan sikap yang harus dipuji secara syara’, akal, dan urf.
Sufyan bin Uyainah pernah ditanya, “Aku telah mengeluarkan segala sesuatu dari Alquran, tapi di manakah muruah?”. Maka Sufyan menjawab bahwa muruah terdapat dalam Surat Al-A’raf ayat 199. Allah SWT berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ
Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”
(MSD)