Konten dari Pengguna

Ini Alasan Merasa Paling Benar Menurut Islam Tak Boleh Dilakukan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
23 Februari 2023 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi merasa paling benar menurut Islam (Pexels).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merasa paling benar menurut Islam (Pexels).
ADVERTISEMENT
Merasa paling benar menurut Islam termasuk dalam perbuatan takabur atau sombong. Sebab, mereka yang merasa paling benar akan menilai diri sendiri lebih baik atau lebih ‘tinggi’ dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Larangan sikap sombong dalam Islam telah disampaikan Allah SWT lewat Al-Quran dalam surat Al-Isrā ayat 37 yang berbunyi:
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا
Artinya: Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.
Namun, apa alasan seseorang tidak boleh merasa paling benar menurut Islam? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Alasan Seorang Muslim Tak Boleh Merasa Paling Benar

Ilustrasi merasa paling benar menurut Islam (Pexels).
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sempurna. Tak hanya dianugerahi fisik yang sebaik-baiknya, tapi juga dibekali akal. Dijelaskan dalam surat At-Tīn ayat 4, Allah berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ
ADVERTISEMENT
Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Meski begitu, manusia tidak boleh lupa kalau Allah SWT Maha Segalanya. Jadi, sudah sepatutnya manusia tidak boleh menyombongkan diri, sebagaimana disampaikan dalam surat Ar-Rum ayat 54 berikut:
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
Artinya: Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.
Salah satu bukti kekuasaan-Nya itu dikisahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Mengutip buku Cinta Istighfar karya Hani Sa'ad Ghunaim, Abu Hurairah berkata:
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua orang laki-laki dari Bani Isra'il yang saling bersaudara. Salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah.
Orang yang giat dalam beribadah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata,‘Berhentilah.’ Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata lagi,‘Berhentilah.’
Orang yang suka berbuat dosa itu berkata,‘Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!’ Ahli ibadah itu berkata,‘Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.’
Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah. ‘Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?’
ADVERTISEMENT
Allah lalu berkata kepada pelaku dosa,‘Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku.’ Sementara kepada ahli ibadah Dia bertitah,‘Pergilah kamu ke dalam neraka.’”
Abu Hurairah kemudian berkata,“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dari kisah tersebut, umat Muslim diajarkan untuk selalu bertawadhu atau rendah hati yang merupakan lawan dari sikap sombong. Sebagaimana disampaikan Syafi'ie el-Bantanie dalam buku Rahasia Keajaiban Asmaul Husna, Allah SWT adalah الْحَقُّ atau Maha Benar.
(NSA).