Kenapa Tidak Boleh Menunjuk Pelangi? Ini Mitosnya di Indonesia dan Negara Lain

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
6 Desember 2023 9:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelangi. Foto: bogdan ionescu/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelangi. Foto: bogdan ionescu/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mitos larangan menunjuk pelangi dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Tahukah Anda alasan kenapa tidak boleh menunjuk pelangi?
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal “Pengembangan Modul Pembelajaran Ilmu Kebumian Berbasis Kearifan Lokal Matanggawe Pada Masyarakat Suku Tolaki Kolaka” susunan Haslinda Viska Ali (2021), pelangi dipercaya sebagai tempat jalannya setan. Apabila ada seseorang yang menunjuknya menggunakan jari, maka ia akan ditimpa sesuatu yang buruk.
Di sisi lain, ada juga yang percaya bahwa menunjuk pelangi menggunakan jari bisa membuat jari bengkok. Mitos ini diyakini oleh sebagian masyarakat yang tinggal di Sumatera, Jawa, dan daerah lainnya.
Bahkan, masyarakat di sejumlah negara pun meyakini mitos tersebut. Seperti apa kepercayaan mereka? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Mitos Menunjuk Pelangi

Ilustrasi awan pelangi. Foto: Shutterstock
Sebenarnya, mitos larangan menunjuk pelangi ini lebih dikenal luas di Indonesia. Namun ternyata, di sejumlah negara pun turut meyakininya.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Atlasobscura, mitos ini dipercaya oleh sebagian masyarakat Amerika Utara, tepatnya di antara suku Atsugewi. Di Australia, mitos ini dipercaya oleh masyarakat yang tinggal di pulau terpencil Melanesia.
Masing-masing daerah memiliki interpretasi tersendiri terhadap mitos ini. Namun mayoritas percaya bahwa orang yang menunjuk pelangi akan mengalami hal buruk, yakni jarinya menjadi bengkok, lumpuh, atau bengkak.
Di sisi lain, ada juga yang percaya bahwa menunjuk pelangi bisa berakibat fatal pada masa depan seseorang. Misalnya kariernya menjadi hancur, rezekinya macet, umurnya tidak panjang, dan lain-lain.
Meski begitu, ini hanyalah mitos yang dipercaya oleh sebagian orang. Belum ada penemuan atau penelitian yang membuktikan kebenaran tentangnya.

Jenis-jenis Mitos di Indonesia

Ilustrasi mitos memotong kuku. Foto: pixabay
Selain mitos larangan menunjuk pelangi, ada juga mitos lain yang dipercayai oleh masyarakat Indonesia. Berikut penjelasannya yang dirangkum dari beberapa sumber:
ADVERTISEMENT

1. Mitos gerhana matahari

Gerhana matahari di Indonesia sering dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang mistis. Biasanya, masyarakat Indonesia menghubungkannya dengan dewa-dewa dan benda gaib.
Dijelaskan dalam buku Matahari karya Viyanti (2023), orang Jawa umumnya percaya bahwa gerhana matahari muncul akibat Bathara Kala yang menginginkan kehidupan abadi. Ia merupakan sosok raksasa yang amat jahat.

2. Mitos potong kuku malam hari

Banyak yang percaya bahwa memotong kuku di malam hari dapat memperpendek usia seseorang. Masyarakat Sunda biasa menyebutnya sebagai “pamali” yang artinya tidak boleh dilakukan.
Di samping itu, ada juga yang beranggapan bahwa memotong kuku di malam hari dapat mengundang makhluk halus. Kebiasaan ini juga bisa membuat hubungan antara anak dan orang tua menjadi buruk.

3. Larangan menyapu malam hari

Saat malam tiba, seseorang dilarang menyapu. Mitos ini dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah Jawa.
ADVERTISEMENT
Banyak yang meyakini bahwa menyapu di malam hari dapat mendatangkan makhluk halus. Bahkan, aktivitas ini dianggap mengganggu keberadaan para hantu.

4. Larangan makan di depan pintu

Mengutip buku Ilmu Alamiah Dasar susunan Akas Pinaringin, dkk., makan di depan pintu dipercaya bisa menghambat jodoh seseorang. Ini bisa berupa pembatalan lamaran, pernikahan, cinta yang ditolak, dan lain sebagainya.
Mitos ini diyakini oleh mayoritas orang Jawa. Mereka menggolongkannya sebagai mitos sirikan (yang harus dihindari) dan menganggapnya sebagai sesuatu yang ora ilok (tak baik) jika dilakukan.
(MSD)