Macam-macam Puasa Wajib dan Sunnah Menurut Beberapa Mazhab

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
12 Maret 2021 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Sid Balachandran on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Sid Balachandran on Unsplash
ADVERTISEMENT
Puasa merupakan bagian dari lima rukun Islam. Kewajibannya sudah ditetapkan dalam Alquran, sunnah Rasulullah SAW, dan ijma’ (kesepakatan) ulama ataupun umat. Dalam ajaran Islam, terdapat macam-macam puasa yang dibagi ke dalam dua kategori, yaitu wajib dan sunnah.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab oleh DR. Thariq Muhammad Suwaidan, puasa adalah menjaga dari segala yang membatalkan puasa sejak fajar Shadiq hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali) dan disertai niat (Syafi’i dan Maliki).
Puasa wajib tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan saja, tapi juga ada beberapa puasa yang hukumnya wajib. Begitu juga untuk puasa sunnah, tidak hanya Senin dan Kamis maupun puasa Daud, melainkan ada puasa sunnah lainnya yang perlu diketahui.
Berikut macam-macam puasa wajib dan sunah yang diambil dari buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab dan Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah oleh Akhyar As-Shiddiq Mushin, Lc & Dahlan Harnawisastra, Lc.

Puasa Wajib

ADVERTISEMENT
Alquran, sunah, dan ijma’ ulama telah menetapkan kewajiban puasa Ramadhan kepada orang yang mampu melaksanakannya. Dan orang yang mengingkari kewajiban ini termasuk orang kafir. (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali)
Orang yang membatalkan puasa karena alasan syar’i diwajibkan untuk meng-qadha puasa tersebut. (Hanafi, Malik, Syafi’i dan Hanabari)
Berjanji demi Allah untuk berpuasa jika mencapai atau mewujudkan hal-hal tertentu. Puasa nazar juga dapat dilakukan tanpa harus menggantungkan niatnya karena suatu hal (nazar mutlak). Apabila telah berniat untuk puasa nazar, orang tersebut bisa melakukannya kapan saja, kecuali di hari-hari yang dilarang (hari raya dan hari Tasyriq). Jika puasa nazar batal, dia wajib mengqadha-nya (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali).
ADVERTISEMENT
Dilakukan jika kafarat zhihar, salah membunuh, jimak di bulan Ramadhan, dan melanggar sumpah. Jika kafaratnya berupa puasa, dia wajib melakukannya. Jika pelaksanaan puasa tersebut harus setiap hari berturut-turut, dia wajib melakukan berturut-turut. (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali)

Puasa Sunah

Dalam buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah oleh Anyar As-Shiddiq Mushin, LC & Dahlan, Rasulullah SAW melakukan puasa Senin dan Kamis karena pada hari itu semua amalan anak Adam dilaporkan (diangkat). “Seluruh amal perbuatan itu diangkat pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin saat amalku diangkat, aku sedang shaum.” (HR. Tirmidzi, An-Nassai dan Ibnu Majah).
Menurut mazhab Syafi’i dan Hanabali, puasa Syawal lebih baik dilakukan secara berturut-turut. Sedangkan menurut mazhab Hanafi dan Maliki, puasa Syawal lebih baik dikerjakan secara terpisah.
ADVERTISEMENT
Pasa ini lebih baik dikerjakan pada tanggal 13,14, dan 15 kalender Islam (Hanafi, Syafi’i, dan Hanabali). Namun, menurut mazhab Maliki makruh hukumnya untuk melakukan puasa dengan niat menyambut 3 tanggal tersebut. “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Shaum hasan (yang baik) adalah shaum tiga hari pada setiap bulan.” (HR Nasa’i dan Ahmad)
Merupakan puasa sunnah yang paling besar pahalannya. Dilakukanya dengan cara sehari puasa sehari tidak atau selang seling. (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali)
Dalam buku Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab, melaksanakan puasa ini merupakan syarat sahnya itikaf (Hanafi dan Maliki). Sedangkan Imam Syafi’i dan Hanabali berpendapat bahwa puasa ini bukan merupakan syarat sah iktikaf.
ADVERTISEMENT
Sering disebut puasa Tasu’a dan puasa ‘Asyura (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanabali). Sementara menurut mazhab Hanafi, puasa ‘Asyura yang dilakukan secara terpisah dengan puasa Tasu’a hukumnya makruh serta dapat menghapus dosa setahun yang lalu.
Puasa ini dianjurkan kepada kaum muslim jika tidak melaksanakan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah. Mengutip buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah, puasa pada hari Arafah merupakan bentuk kepedulian terhadap kaum muslim yang tengah melaksanakan wukuf sambil mengumandangkan kalimat talbiyyah, memohon ampunan serta rahmat.
Dikerjakan penuh selama bulan Rajab jika menurut mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i. Sedangkan menurut mazhab Hanabali, puasa selama bulan Rajab hukumnya makruh, maksudnya harus diselingi dengan tidak berpuasa sehari atau lebih.
ADVERTISEMENT
Menurut mazhab Hanafi, disunahkan berpuasa 3 hari pada bulan-bulan tersebut, yaitu hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.
(PDN)