Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Masjid Al-Aqsa, Kiblat Pertama Umat Islam Sebelum Ka'bah
26 Desember 2022 17:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Ensiklopedia Fiqih Haji dan Umrah karya Agus Arifin, kiblat adalah elemen penting dalam syariat Islam yang digunakan untuk mengarahkan seluruh tubuh atau badan seorang Muslim terhadap pusat tumpuan tertentu untuk menyempurnakan ibadahnya.
Saat ini, kiblat umat Muslim di seluruh penjuru dunia adalah Ka’bah (Masjidil Haram) yang berada di Mekah, Arab Saudi. Akan tetapi, jauh sebelum itu, Rasulullah SAW dan para sahabatnya pernah memakai Masjid Al-Aqsa sebagai kiblat pertama mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait sejarah kiblat pertama umat Islam beserta alasan pemindahannya, simak ulasan berikut ini.
Sejarah Kiblat Pertama Umat Islam di Masjid Al-Aqsa
Menurut Dr. Muhammad Husain Mahasnah dalam buku Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam, ketika Rasulullah SAW dan para sahabat tinggal di Mekkah, mereka mengerjakan shalat dengan menghadap ke arah Masjid Al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
Setelah hijrah ke Madinah dan menerima perintah shalat lima waktu, Rasulullah SAW tetap menjadikan Masjid Al-Aqsa sebagai kiblat selama kurang lebih 17 bulan. Tujuannya agar umat Muslim melakukan ibadah ke arah tempat yang suci dan bebas dari berbagai macam berhala maupun sesembahan.
Pada saat itu, Masjidil Haram masih dipenuhi ratusan berhala yang disembah orang-orang jahiliyah. Rasulullah SAW menganggap bahwa ibadah shalat belum bisa dilaksanakan di tempat tersebut karena khawatir disalahartikan sebagai dukungan dan pengakuan terhadap berhala.
Selain menjadi kiblat pertama, Masjid Al-Aqsa juga menjadi saksi sejarah penting dalam peradaban Islam lainnya. Masjid ini merupakan tempat persinggahan Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke langit pada malam Isra Mi’raj. Dalam Al-Quran surat Al-Isra ayat 17, Allah SWT berfirman:
ADVERTISEMENT
سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: "Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 1)
Alasan Pemindahan Kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Masjidil Haram (Ka’bah)
Pemindahan kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Rajab tahun kedua Hijriyah atau Januari 624 Masehi. Ketika itu, Rasulullah SAW tengah melaksanakan shalat Dzuhur di Masjid Bani Salamah dengan posisi menghadap ke arah Masjid Al-Aqsa.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, Rasulullah SAW mendapat perintah dari Allah SWT agar memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram sebagaimana tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 144.
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 144)
ADVERTISEMENT
Turunnya ayat tersebut disambut bahagia oleh Rasulullah SAW, sebab arah kiblat umat Muslim sebelumnya sama dengan umat Yahudi. Hal ini kerap kali menimbulkan konflik dan isu-isu yang menyebabkan keraguan bagi umat Islam sendiri.
(AAA)