Konten dari Pengguna

Memahami Arti Al Badza dalam Islam dan Tips Menghindarinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
10 September 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi arti Al Badza dalam Islam. Foto: unsplash.com.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi arti Al Badza dalam Islam. Foto: unsplash.com.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memahami arti al badza dalam Islam dapat membantu seorang muslim dalam menjaga lisan dan bertutur kata yang baik saat berbicara. Al badza sendiri merupakan salah satu istilah bahasa Arab yang banyak dibicarakan di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam Islam, menjaga lisan adalah perilaku yang baik dan kewajiban setiap muslim. Banyak ayat dalam Al-Qur'an serta hadis Nabi Muhammad SAW mengungkapkan pentingnya berbicara dengan cara yang baik dan benar.
Artikel ini akan menjelaskan arti al badza dalam Islam dan keutamaan menjaga lisan, maupun bertutur kata saat berkomunikasi melalui teks.

Arti Al Badza dalam Islam

ilustrasi arti Al Badza dalam Islam. Foto: shutterstock.com.
Menyadur laman resmi muhammadiyah.or.id, kata al badza berasal dari bahasa Arab yang merujuk pada perilaku atau ucapan kasar, tidak sopan, dan tidak bermoral. Al badza juga dijelaskan dalam beberapa riwayat hadis.
Salah satunya yaitu, hadis riwayat Tirmidzi dari jalur Abu Umamah. Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW bersabda, “Sifat malu dan al iyyu adalah dua cabang dari cabang-cabang keimanan. Sedangkan al badza dan al bayyan adalah dua cabang dari kemunafikan.”
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sunan At-Tirmidzi jilid 3 karya Muhammad bin Isa bin Saurah, maksud dari al iyyu adalah sedikit bicara, al badza adalah berkata kotor, keji, dan kasar, sedangkan al bayan adalah banyak bicara tanpa manfaat dengan niat memperoleh pujian dalam hal yang tidak diridoi Allah.
Adapun, maksud dari hadis tersebut yaitu, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk selalu berkata baik dan menghindari banyak bicara yang tidak bermanfaat.
Banyak bicara diperbolehkaan apabila pembicaraan yang dilakukan merupakan bagian dari zikir untuk Allah, berbicara tentang kebenaran serta amar makruf nahi mungkar sebagaimana perintah Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang banyak bicara tanpa diikuti dengan fakta kebenaran dikhawatirkan hanya akan menambah dosa. Dalam hadis Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah SAW dengan tegas melarang umatnya banyak bicara yang sia-sia. Rasulullah SAW bersabda:
ADVERTISEMENT
“Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir pada Allah. Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir akan mengeraskan hati.”

Keutamaan Menjaga Lisan

Ilustrasi keutamaan menjaga lisan. Foto: unsplash.com.
Lisan adalah karunia Allah yang begitu besar. Setiap muslim dapat mensyukurinya dengan cara menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau memilih diam, bukan dengan mengumbar perkataan, bukan pula dengan memuaskan nafsu dengan mengumbar omongan.
Meski dapat menimbulkan dosa, lisan juga memiliki keutamaan bagi seorang muslim yang mampu menahannya. Mengutip dari buku Reuni Ahli Surga karya Ahmad bin Al Musabbih, berikut keutamaan dari menahan lisan:

1. Memiliki Kedudukan yang Tinggi sebagai Muslim

Keutamaan menjaga lisan dapat membuat seorang muslim memiliki kedudukan tinggi di mata Allah. Dengan menjaga lisan, seseorang akan terhindar dari perkataan yang berujung dosa.
ADVERTISEMENT
Suatu hari Rasulullah SAW ditanya sahabat, “Wahai Rasulullah siapakah muslim yang paling utama?” Rasulullah menjawab “Orang yang menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR. Bukhari).

2. Mendapat Rido Allah

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridoi oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa yang ditentukan oleh Allah, lalu Allah mencatat keridoan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (HR. At-Tirmidzi).

3. Dijanjikan Surga

Orang yang mampu menjaga lisannya dari ucapan buruk dan tidak berguna, baginya dijanjikan surga oleh Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Al Bukhari dari jalur Sahl bin Saad ra, Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya pada yang ada di antara kedua tulang rahangnya, yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya, yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya.”
ADVERTISEMENT

4. Dijauhkan dari Api Neraka

Hal ini juga disampaikan Rasulullah dalam hadis Bukhari. Nabi SAW bersabda. “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahanam.”

5. Dijauhkan dari Kebinasaan

Rasulullah dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa orang -orang yang berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu dan tidak mampu menjaga lisannya akan binasa di akhirat. Bahkan, wajahnya akan tersungkur dalam neraka.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadis Tirmidzi dari Mu’adz bin Jabal ra. Dalam hadis tersebut, Rasulullah bertanya pada Muadz, “Wahai Muadz, maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu” Jawabnya, “Iya Rasulullah.”
Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini.” Muadz kembali bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kami dituntut karena apa yang kami katakan?”
ADVERTISEMENT
Maka beliau bersabda:
“Celakalah engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?”

Tips Menghindari Perilaku Al Badza

Ilustrasi tips menjaga lisan. Foto: unsplash.com.
Al badza merupakan perilaku buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim. Cara menghindarinya yaitu dengan menjaga lisan. Dengan begitu, kita terbiasa bertutur kata yang baik dan tidak mengungkapkan perkataan tercela.
Adapun, menjaga lisan tak hanya dilakukan oleh Rasulullah, namun juga para sahabat. Berbagai cara dilakukan agar lisan mereka terhindar dari perkataan buruk, kotor, dan dosa.
Contohnya, Sayyidina Umar ra selalu mengemut atau mengulum batu agar tidak mengucapkan perkataan yang tidak perlu. Trik ini juga dilakukan oleh Abu Bakar ra selama 12 tahun.
Dalam buku Pendidikan Karakter dengan Prinsip Hidup Tasawuf oleh Zubaedi, dijelaskan bahwa Abu Bakar tak mengeluarkan batu dari mulutnya kecuali saat salat, makan, dan tidur. Sayangnya, trik ini nampaknya tidak lagi relevan jika dilakukan zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Masih dari sumber yang sama, berikut beberapa tips menjaga lisan agar terhindar dari perilaku al badza:
(IPT)