Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Patriarki Artinya Apa, Penyebab, dan Dampaknya
18 September 2024 16:25 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, patriarki menjadi dasar dari banyak struktur sosial di dunia, di mana laki-laki mengendalikan sumber daya ekonomi, politik, dan militer, sementara perempuan sering kali terbatas pada peran domestik.
Patriarki sering menjadi topik diskusi sebab banyak perempuan yang merasa dirugikan. Simak artikel ini untuk pembahasan lebih lanjut tentang patriarki artinya apa, penyebab, dan dampaknya.
Patriarki Artinya Apa?
Mengutip artikel ilmiah berjudul Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia oleh Ade Irma Sakina dan Dessy Hasanah Siti A., Universitas Padjadjaran, menurut bahasa, patriarki berasal dari kata patriarkat, yang artinya struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya.
Sementara itu, menurut istilah, patriarki artinya budaya atau keadaan sosial yang menempatkan laki-laki dalam posisi lebih unggul dari perempuan .
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Pengantar Gender dan Feminisme (Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme) oleh Alfian Rokhmansyah, masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan perempuan.
Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender. Hal ini pada akhirnya memengaruhi berbagai aspek kegiatan manusia.
Dalam budaya patriarki, laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama di masyarakat, sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh. Bahkan, dapat dikatakan perempuan tak memiliki hak pada bagian-bagian umum dalam masyarakat.
Menurut sejarah, patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang menganggap laki-laki lebih kuat atau superior dibandingkan perempuan, mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, hingga bernegara.
Budaya ini menjadi turun menurun dan membentuk suatu perbedaan perilaku, status, dan otoritas antar laki-laki dan perempuan di masyarakat. Akibatnya, terjadilah hierarki gender (feminim dan maskulin).
ADVERTISEMENT
Penyebab Patriarki
Menyadur buku Sexial Politics oleh Kate Millet, penyebab patriarki yang paling utama adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Beberapa masyarakat memandang perbedaan biologis tersebut sebagai sebuah status yang tak setara.
Perbedaan biologis yang membentuk budaya patriarki yakni adanya otot di tubuh laki-laki, sementara di perempuan tidak ada. Hal tersebut yang membuat kedudukan perempuan berada di posisi lemah (inferior) dan laki-laki di posisi kuat.
Adapun, pondasi dasar pembentukan budaya patriarki adalah keluarga, lalu terpelihara dengan baik di masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern.
Keluarga mendorong setiap anggotanya untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan aturan masyarakat yang menganut sistem patriarki. Keluarga akan mengenalkan budaya patriarki pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Anak laki-laki dan perempuan akan belajar dari perilaku kedua orang tuanya mengenai bagaimana bersikap, berkarakter, memiliki hobi, dan lainnya. Selain itu, kebanyakan keluarga mengajarkan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Hal itulah yang membentuk budaya patriarki berkembang di masyarakat.
Dampak Patriarki
Perbedaan gender sebetulnya tidak akan menjadi masalah selama tidak menyebabkan ketidakadilan gender. Namun, konstruksi sosial yang dibangun dalam budaya patriarki melihat perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan.
Merangkum artikel ilmiah berjudul Tantangan Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Budaya Patriarki oleh Nanang Hasan Susanto, STAIN Pekalongan, berikut beberapa dampak dari budaya patriarki:
1. Marginalisasi
Marginalisasi adalah proses peminggiran atau pemiskinan, yang menyebabkan kemiskinan secara ekonomi. Contoh marginalisasi akibat dampak budaya patriarki adalah kasus program Revolusi Hijau pada masa orde baru yang hanya terfokus pada laki-laki, seperti penyelenggaraan pelatihan pertanian yang hanya untuk petani laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kasus tersebut membuat petani perempuan tergusur dari sawah dan pertanian. Sementara itu, di luar dunia pertanian ada banyak pekerjaan yang dianggap lebih pantas dilakukan perempuan, seperti ibu rumah tangga, guru TK, dan lainnya.
Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan perempuan tersebut dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki.
2. Subordinasi
Subordinasi atau penomorduaan pada dasarnya merupakan sebuah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau utama dibanding lainnya. Pandangan ini menyebabkan kedudukan dan peran laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Contohnya adalah hak-hak untuk memperoleh pendidikan. Masih ada kelompok masyarakat yang tak memberikan akses setara antara perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan pendidikan apabila dalam keluarga memiliki keterbatasan ekonomi. Padahal, belum tentu kemampuan anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki dalam keluarga tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Stereotip
Stereotip adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tak sesuai dengan kenyataan empiris sesungguhnya. Hal ini yang mengakibatkan munculnya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan perempuan.
Contohnya, pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Sementara itu, laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama.
Apabila perempuan mengambil pekerjaan yang sama dengan laki-laki, penghasilan perempuan dianggap sebagai tambahan saja.
4. Kekerasan
Kekerasan adalah sebuah serangan terhadap fisik maupun psikologis pada seseorang, seperti pemukulan, pemerkosaan, pelecehan, dan lainnya.
Banyak sekali bentuk kekerasan yang diberikan pada perempuan karena adanya stereotip gender. Bahkan, pemerkosaan terjadi bukan karena perilaku korban, melainkan karena kekuasaan stereotip gender yang dilekatkan pada perempuan.
5. Beban Ganda
Beban ganda adalah beban yang harus ditanggung perempuan secara berlebih. Contohnya, perempuan mengerjakan hampir 90 persen pekerjaan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Apabila mereka harus bekerja di tempat kerja seperti layaknya laki-laki, perempuan tetap harus mengerjakan rumah tangga. Berbeda dengan laki-laki yang bekerja tak perlu mengerjakan rumah tangga.
Sosialisasi peran gender seperti itu membuat perempuan memiliki rasa bersalah apabila tak menjalankan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Namun sebaliknya, banyak tradisi yang membuat laki-laki dilarang terlibat dalam pekerjaan rumah tangga.
(NSF)