Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Memahami Patriarki dalam Islam, Benarkah Perempuan Dianggap Lebih Rendah?
9 Februari 2024 20:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Syariat Islam lainnya yang sering diungkit ketika membahas patriarki adalah pembagian warisan yang porsinya lebih banyak untuk laki-laki. Sebagian orang menilai hukum ini menegaskan bahwa posisi perempuan lebih rendah dibandingkan pria.
Ketimpangan relasi antara pria dan wanita memanglah akar munculnya budaya patriarki. Namun, benarkah Islam menyuburkan budaya tersebut?
Memahami Budaya Patriarki
Menurut Alfian Rokhmansyah dalam bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, patriarki berasal dari kata patriarkat, yaitu struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya.
Secara Antropologis, patriarki digunakan untuk merumuskan kondisi sosiologis laki-laki dalam suatu masyarakat yang cenderung menguasai keadaan. Semakin berkuasa mereka, maka semakin kuat dorongan dalam dirinya untuk merasa unggul (superior) dibandingkan perempuan.
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Perspektif Patriarki dan Peran Wanita dalam Keluarga Islam yang diterbitkan Universitas Pendidikan Indonesia, konsep patriarki ini banyak ditemukan di dalam rumah tangga. Istri diposisikan sebagai objek yang harus tunduk dalam dominasi dan kekuasaan suami .
Budaya patriarki sangat berpotensi menimbulkan kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga. Dalam hal ini, kekerasan tidak melulu soal fisik, tapi dapat berbentuk tekanan psikis atau mental.
Apakah Islam Mendukung Patriarki?
Menurut pandangan Islam, perempuan bukanlah musuh bagi lelaki, justru keduanya diciptakan untuk saling melengkapi. Hal ini dijelaskan dalam jurnal berjudul Budaya Patriarki dalam Rumah Tangga (Pemahaman Teks Al-Quran dan Kesetaraan Gender) yang disusun Mochamad Nadif Nasruloh dan Taufiq Hidayat.
ADVERTISEMENT
Posisi laki-laki dan perempuan adalah setara, yang membedakan hanyalah iman dan takwa, sebagaimana sabda Allah Swt. berikut:
Di dalam Al-Quran , memang terdapat ayat yang menjelaskan bahwa laki-laki merupakan pemimpin perempuan, tapi ayat tersebut tidak bisa dimaknai secara literal.
ADVERTISEMENT
Untuk memaknainya, kita harus merujuk pada tafsir para ahli. Dalam tafsir Al-Wadih dijelaskan bahwa tugas lelaki adalah memimpin dan menjaga perempuan dengan sungguh-sungguh.
Hal ini pula yang membuat laki-laki mendapatkan bagian warisan lebih banyak, karena mereka harus menunaikan kewajiban memberi nafkah kepada istri. Sementara warisan untuk perempuan dikhususkan untuk pribadi dan tidak wajib dibagi.
Dalam rumah tangga, keputusan mengenai urusan rumah juga harus diputuskan berdua, tidak boleh suami atau istri saja. Begitupun dalam pekerjaan rumah, bukan "kodrat perempuan" untuk melakukan semuanya sendirian.
Rasulullah saw telah mencontohkan agar lelaki membantu tugas mengurus rumah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan hadist berikut:
ADVERTISEMENT
Dalam hadist lain yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. dia berkata:
Dari dua dalil di atas tampak jelas bahwa kodrat perempuan di hadapan Allah sama dengan laki-laki. Islam tidak memandang berbeda derajat keduanya, tapi membebankan tugas yang berbeda sesuai kadarnya.
Pada akhirnya, yang membuat derajat manusia lebih tinggi dibandingkan yang lain di hadapan Allah Swt bukanlah gender, harta, ataupun kedudukan, melainkan iman dan takwa.
(DEL)