Mengenal Dua Jalaluddin di Balik Tafsir Jalalain yang Termasyhur

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti, penulis Tafsir Jalalain. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti, penulis Tafsir Jalalain. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tafsir Jalalain menjadi salah satu kitab tafsir Alquran terpopuler yang banyak dikaji dan diajarkan di pesantren. Penamaan kitab ini tidak lepas dari dua penulisnya yang sama-sama bergelar Jalaluddin (kemuliaan agama).
ADVERTISEMENT
Melansir dari situs STAI At Taqwa Bondowoso, kitab ini mulanya ditulis oleh Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahali. Beliau mengawali dari surat Al-Kahfi hingga surat An-Naas, setelah itu menafsirkan surat Al-Fatihah sampai selesai. Namun tidak lama kemudian Al-Mahali wafat sebelum merampungkannya.
Sang murid, yakni Jalaluddin as-Suyuti kemudian melanjutkan proyek mulia ini dengan menafsirkan surat Al-Baqarah hingga Al-Isra. Pada akhirnya tafsir tersebut dapat disempurnakan pada tahun 871 Hijriah. Kitab ini disebut sebagai Tafsir Jalalain yang artinya "Tafsir dua Jalal".
Alquran. Foto: Pixabay
Lantas apa yang membuat tafsir ini begitu istimewa? Melansir Penafsiran Ayat-ayat Nikah dalam Alquran Surat Al Baqarah, An-Nisa’, An-Nur, Al-Ahzab tulisan Ainur Rosyidah, keunggulan tafsir Jalalain adalah bahasanya yang mudah, uraianya yang singkat dan jelas, serta adanya penjelasan tentang Asbabun Nuzul.
ADVERTISEMENT
Kelebihan lainya berkaitan dengan pandangan di dalamnya. Baik secara fiqih maupun teologi sejalan dengan faham yang dianut sebagian besar masyarakat Melayu yang menganut mazhab Syafi’i dan teologi Abu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari.
Untuk menambah pengetahuan seputar tokoh-tokoh berpengaruh dalam dunia Islam, berikut ini adalah biografi Jalaluddin Al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti.

Jalaluddin Al-Mahali

Jalaluddin Al-Mahalli bernama asli Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-Mahalli Al-Mishri Asy-Syafi'i. Beliau lahir di Kairo, Mesir tahun 791H/1389 M.
Dalam Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, tertulis sejak kecil Al Mahali telah menunjukkan tanda-tanda sebagai manusia yang cerdas. Ia mempelajari berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, matematika, nahwu dan logika.
ADVERTISEMENT
Mayoritas ilmu tersebut dipelajari secara otodidak, dan sebagian lainnya ia peroleh setelah berguru pada ulama-ulama salaf seperti Al-Badri Muhammad bin Al-Aqsari, Burhan Al Baijuri, A’la Al-Bukhari dan Syamsuddin bin Al-Bisati.
Masjid Kairo di Mesir. Kairo merupakan kota kelahiran Jalaluddin Al-Mahali. Foto: Pixabay
Al-Mahalli merupakan sosok yang berkepribadian mulia meskipun hidup sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja sebagai pedagang.
Meski hidup sederhana, hal tersebut tidak mengikis semangatnya untuk terus mengembangkan ilmu. Beliau termasyhur karena kemampuannya di bidang fiqih, ilmu kalam, nahwu dan manthiq.
Maka bukanlah suatu hal yang mengherankan jika beliau memiliki banyak karya, salah satunya adalah Tafsir al-Quran al-Adzim. Jalaluddin Al-Mahali wafat pada tahun 864 H/1459 M.

Jalaluddin as-Suyuti

as Suyuti bernama lengkap Abd al-Rahman ibn Kamal al- Din Abu Bakar ibn Muhammad ibn Sabiq al-Din ibn Fakh al-Din Usman ibn Nais al Din Muhammad ibn Sayf al-Din al-Khudayri Jalal al-Din al-Suyuti alMisriy al-Syafi’i. Beliau lahir di Kairo tanggal 1 Rajab 849 H (3 Oktober 1445 M).
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Sejarah Kebudayaan Islam karya A. Hasyimy (1979: 396), beliau hidup pada pemerintahan Dinasti Mamluk abad ke 15 M yang sebelumnya berdiri kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad. Di masa ini, pusat-pusat studi Islam berkembang pesat sehingga as-Suyuti dapat mengembangkan keilmuannya tanpa terkendala.
Ilustrasi membaca Alquran. Foto: Unsplash
Mengutip dari al-Luma’ fi Asbabil Wurud tulisan as-Suyuti terjemahan Bahrun Abu Bakar (2005), beliau sering menghadiri majlis Syaikh al-Muhaddis Zainuddin Ridwan al Atabi dan pernah belajar kepada Syaikh Sirajuddin Umar al Wardi. Beliau juga mendalami ilmu agama dengan berguru pada beberapa Syaikh.
Selama hidupnya, as-Suyuti berhasil melahirkan karya-karya fenomenal. Sejak menginjak usia 40 tahun, beliau banyak menyendiri untuk berkonsentrasi dalam menyusun kitab hingga akhir hayatnya pada tanggal 19 Jumadil Ula 911 H.
ADVERTISEMENT
(ERA)