Mengenal Ilmu Kebatinan dalam Islam dan Cara Mempelajarinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
30 Januari 2023 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Muslim mempelajari ilmu kebatinan  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Muslim mempelajari ilmu kebatinan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ilmu kebatinan adalah jenis ilmu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Ilmu ini bisa dipelajari oleh siapa saja, tidak terbatas pada usia dan jenis kelamin tertentu.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku 1001 Soal Kehidupan, ilmu kebatinan dalam Islam disebut juga sebagai ilmu tasawuf. Ilmu ini mempelajari tentang asma’ul qulub atau rahasia hati setiap manusia.
Para ulama termasuk Imam Ghazali mempelajari ilmu tasawuf untuk mengatasi masalah spiritualitas. Tasawuf tidak mengabaikan syariat, ilmu ini justru menghidupkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Sebelum mendalami ilmu tasawuf, umat Muslim perlu mematangkan ilmu dan akidah syariah terlebih dahulu. Simak penjelasan lengkap tentang ilmu tasawuf dalam artikel berikut ini.

Mempelajari Ilmu Tasawuf

ilustrasi mempelajari ilmu tasawuf. Foto: Nong2/Shutterstock
Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, khususnya di Bab IV, ilmu tasawuf dikaitkan dengan akhlak Islam yang bersahabat. Cabang ilmu ini memiliki hubungan integral dan dinamis antara batin dan lahiriah.
Hal ini selaras dengan pendapat Imam Ibnu Malik yang mengatakan: “Barang siapa (mempelajari) ilmu tasawuf, namun tidak mempelajari ilmu fiqih (syariat), maka akan berpotensi menjadi orang zindiq. Barang siapa yang belajar fiqih tanpa mempelajari tasawuf, maka cenderung akan menjadi orang fasiq. Barang siapa yang mempelajari keduanya, maka dialah ahli hakikat yang sesungguhnya.”
ADVERTISEMENT
Para ulama mengibaratkan seseorang yang mengamalkan ilmu tasawuf tanpa syariat bagaikan menanam pohon di awang-awang. Ia tidak akan memanen hasilnya karena tidak diimbangi dengan usaha yang keras.
Dengan ilmu syariat, tasawuf menjadi sempurna. Ilmu ini dapat mengantarkan seseorang pada ketenangan batin dan kebahagiaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Imam Ghazali pernah berkata: “Tuhan telah menyembuhkan saya dari penyakit ini (skeptisisme) dan pulihkan jiwaku agar sehat dan seimbang. Saya sekali lagi menerima prinsip pikiran pertama dalam bentuk yang pasti dan aman. Ini bukan hasil pembuktian logis, tapi hasil dari terang yang Tuhan pancarkan ke dalam hatiku. Dan cahaya itu adalah kunci dari semua sains.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa ilmu tasawuf adalah wasilah untuk mencapai kesehatan dan keseimbangan mental. Tidak hanya teorinya, ilmu tasawuf juga harus dipelajari dari pengalamannya.
Ilustrasi mempelajari ilmu tasawuf Foto: Shutter Stock
Imam Ghazali mengatakan bahwa ilmu tasawuf tidak bisa diraih hanya dengan belajar. Tetapi harus menggunakan intuisi (dzauq), kondisi, dan perubahan karakteristik.
ADVERTISEMENT
Disebutkan dalam buku Falsafah Jawa: Jalan Menuju Kesempurnaan karya Fatkur Rohman (2022), puncak tasawuf adalah Allah SWT. Untuk mencapainya, umat Muslim perlu mengamalkan wirid, dzikir, dan latihan rohani lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Ilmu tasawuf mengajarkan kita tentang cara mengetahui keberadaan Allah dengan seyakin-yakinnya. Ini dapat dilakukan melalui proses tafakkur, tazakkur, dan tadabbur pada ayat-ayat Alquran dan hadits.
Jika telah menguasainya, individu yang mempelajari tasawuf akan mudah mengarahkan nafsu dan hatinya pada satu titik tujuan. Ia mampu membawa jiwa dan raganya untuk bermakrifat kepada Allah SWT.
(MSD)