Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Kitab Nashoihud Diniyah Karya Abdullah bin Alwi Al-Haddad
27 Februari 2023 10:35 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kitab Nashoihud Diniyah merupakan salah satu buku karya Abdullah bin Alwi al-Haddad. Beliau adalah salah satu tokoh besar di bidang dakwah dan pendidikan Islam .
ADVERTISEMENT
Mengutip Buku Pegangan Doa dan Zikir Keselamatan Ratibul Haddad karya Ust. Ahmad Zacky el-Syafa, sosok yang lahir di Syubair, Tarim, Hadramaut, Yaman itu sangat istimewa. Beliau bahkan diyakini sebagai pembaharu abad 11 H oleh penganut Mazhab Syafi’i.
Ada banyak karya beliau yang populer di kalangan pelajar dan juga ulama . Salah satunya an-Nashoih ad-Diniyyah atau yang orang dikenal dengan kitab Nashoihud Diniyah.
Lantas apa isi buku tersebut? Simak ulasan singkatnya berikut ini.
Isi Kitab Nashoihud Diniyah
Merujuk buku Nasihat Agama dan Wasiat Iman terbitan Toha Putra yang merupakan terjemahan dari Nashoihud Diniyah, kitab ini berisi kumpulan nasihat agama dan wasiat iman.
Dalam kitab ini terdapat penjelasan tentang perkara-perkara yang wajib diketahui setiap Muslim. Beberapa materi yang disampaikan yaitu tentang aqidah, hukum, hingga akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap ciptaan Allah.
ADVERTISEMENT
Berikut beberapa pelajaran yang bisa diambil umat Islam dari kitab Nashoihud Diniyah:
1. Takwa sebagai Benteng Manusia
Dalam kitab ini, Abdullah bin Alwi al-Haddad mengingatkan pentingnya bertakwa kepada Sang Pencipta. Sebab, perilaku ini merupakan suatu kebaikan, secara lahir dan batin.
Menurutnya, ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT adalah satu-satunya benteng untuk menyelamatkan manusia dari azab-Nya. Terlebih takwa memiliki banyak keutamaan, salah satunya menyelamatkan dari api neraka.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلأَوَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيّاً، ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا
(مریم: ۷۱-۷۲)
Artinya: "Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). 'Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Ka- mi akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa." (Maryam/19: 71-72)
2. Larangan Berpecah-belah dan Berselisih Paham dalam Urusan Agama
Dalam kitab ini, dijelaskan pula soal larangan berpecah-belah dan berselisih paham dalam urusan agama. Sebab, Allah SWT telah mengatakan bahwa akan datang azab yang pedih bagi mereka yang melakukannya.
ADVERTISEMENT
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُ
(ال عمران:١٠٥)
Artinya: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang- orang yang mendapat azab yang berat." (Ali Imran/3: 105)
3. Perintah Berpegang Teguh pada Agama Allah
Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam kitab ini juga membahas tentang perintah Allah SWT agar umat manusia berpegang teguh pada Islam, agama yang diridhai-Nya. Caranya dengan mempelajarinya, menjaganya, meluruskan hati dan bersatu dalam memeluknya.
Sebagaimana disampaikan dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah memperingatkan hamba-Nya agar tak tercerai berai. Sebab, Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada mereka yang menjaga persatuan dan saling tolong menolong.
ADVERTISEMENT
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا (ال عمران ۱۰۳)
Artinya: "Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai." (Q.S. Ali Imran:103)
4. Bahaya Maksiat dan Pentingnya Segera Bertobat
Dalam kitabnya, Abdullah bin Alwi al-Haddad menyampaikan, orang yang berada dalam bahaya adalah mereka beriman dengan hati dan lisannya namun melalaikan perintah-Nya dengan berbuat maksiat.
Oleh karenanya, penting bagi orang-orang tersebut untuk segera sadar dan bertobat. Sebab, apabila meninggal sebelum memohon ampunan-Nya, dikhawatirkan akan masuk dalam kelompok orang yang kafir dan munafik.
Sosok Abdullah bin Alwi al-Haddad
Penulis kitab Nashoihud Diniyah ini lahir pada 31 Juli 1634 M atau 1044 H. Saat kecil beliau kehilangan penglihatan karena penyakit cacar dan diberi ganti berupa penglihatan batin oleh Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Meski memiliki keterbatasan dalam penglihatannya, beliau punya semangat belajar yang tinggi. Beliau bahkan telah belajar dari ulama-ulama besar seperti yaitu al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Atas hingga Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad.
Ilmu yang beliau peroleh itu dibagikannya kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti mengajar dan berdakwah. Beliau bahkan terkenal dengan sebutan ‘Qutbud Da’wah Wa al-Irsuad’ karena memiliki kata-kata yang bijak dalam setiap dakwahnya.
Beliau juga menyebarkan ilmu yang dimilikinya lewat tulisan. Karya-karya beliau bahkan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Menurut Muhamad Basyrul Muvid dalam buku Tasawuf Kontemporer, karya Abdullah bin Alwi al-Haddad lainnya yang terkenal di Indonesia adalah Ratib al-Haddad , yaitu kumpulan wirid yang diwarisi dari Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
(NSA).