Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Konsep Moderasi Beragama dalam Islam dan Pembagiannya
10 November 2021 18:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia mengakui enam agama resmi yang dianut masyarakatnya, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Keenam agama tersebut diekspresikan dalam ratusan agama leluhur dan penghayat kepercayaan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Moderasi Beragama oleh Kementerian Agama, ragam kepercayaan di Indonesia dapat menjadi ancaman terbesar yang bisa memecah belah bangsa. Sikap intoleran dan merasa mau benar sendiri menjadi hal yang paling sulit untuk diselesaikan.
Oleh karena itu, diperlukan moderasi beragama untuk menciptakan kerukunan dan kehidupan yang damai. Ini bisa menjadi cara terbaik untuk mengembalikan praktik agama sesuai dengan esensinya, sehingga bisa menjaga harkat dan martabat manusia. Lantas seperti apa moderasi beragama itu?
Konsep Moderasi Beragama dalam Islam
Moderasi beragama adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem, dan tidak pula radikal. Dalam agama manapun, termasuk Islam, sikap moderasi diperlukan untuk menjalin kerukunan antar umat.
Sikap moderasi bisa mencegah seseorang dari tindakan intoleran dan mau benar sendiri. Secara bahasa, istilah moderat berasal dari kata al-wasathiyah yang berarti umat pertengahan. Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 143:
ADVERTISEMENT
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."
Menurut Agus Akhmadi dalam jurnal berjudul Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia, dibutuhkan sikap moderat dalam upaya mewujudkan keharmonisan hidup berbangsa dan beragama. Sikap ini dapat membuat pelakunya cenderung netral dan tidak berlebihan.
Seseorang yang moderat tidak akan mengklaim dirinya sebagai pihak yang paling benar. Ia tidak menggunakan legitimasi teologis yang ekstrem, tidak menggunakan paksaan dan kekerasan, serta tidak berafiliasi dengan kepentingan politik manapun.
Dalam praktiknya, sikap moderasi tidak bisa muncul begitu saja, melainkan perlu dilatih. Sikap moderasi harus disosialisasikan, diajarkan, serta ditumbuhkembangkan dengan suri teladan para penyuluh agama. Tokoh agama perlu menghadirkan kedamaian di setiap kegiatan penyuluhannya.
Ia juga bisa melakukan perencanaan kegiatan, mengorganisir kegiatan, melaksanakan kegiatan, serta melakukan monitoring untuk evaluasi program moderasi beragama. Namun, tentunya program ini tidak boleh melenceng dari ajaran Alquran dan sunah.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Membangun Islam Tengah karya A. Yazid, pada tataran praktisnya, wujud moderat dapat diklasifikasikan menjadi empat wilayah pembahasan, yaitu:
Adapun langkah yang bisa diterapkan untuk mewujudkan moderasi beragama di antaranya tasamuh (toleransi), tawazun (berkeseimbangan), i’tidal (lurus dan tegas), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif).
(MSD)
Live Update
Donald Trump berhasil melampaui ambang batas 270 suara elektoral untuk mendapat kursi presiden. Kemenangan Trump ditentukan lewat kemenangan di Wisconsin dan Pennsylvania. Jumlah suara elektoral Trump 277. Pesaingnya Kamala Harris mendapat 226.
Updated 6 November 2024, 17:50 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini