Konten dari Pengguna

Mengenal Moh Limo, Ajaran Sunan Ampel dalam Menyebarkan Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
9 Mei 2022 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi melakukan dakwah di dalam masjid pada abad ke-14. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi melakukan dakwah di dalam masjid pada abad ke-14. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Wali Songo yang memiliki ajaran agama Moh Limo adalah Sunan Ampel. Wali Songo sendiri merupakan wali yang berjasa dalam menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa dan berjumlah sembilan orang.
ADVERTISEMENT
Selain Sunan Ampel, sosok lain yang termasuk ke dalam Wali Songo adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.
Peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di tanah Jawa. Mereka juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan masyarakat Jawa secara luas.
Beberapa wali tersebut memiliki ajaran yang unik dalam menyiarkan agama Islam, salah satunya ajaran Moh Limo yang disebarkan oleh Sunan Ampel.

Sejarah Sunan Ampel

Sunan Ampel lahir di Campa, Aceh, pada tahun 1401 dengan nama asli Raden Rahmat. Dia adalah putra Maulana Malik Ibrahim, orang pertama yang termasuk ke dalam Wali Songo. Sunan Ampel pun dikenal sebagai penerus cita-cita serta perjuangan ayahnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip Buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) oleh Siti Wahidoh (2020: 47), pada periode awal penyiaran agama Islam di Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat mengenal keyakinan Islam yang murni. Dia tidak setuju dengan kebiasaan masyarakat Jawa yang berbau ritual animisme dan dinamisme.
Perjuangan Sunan Ampel dalam menyiarkan Islam dimulai dengan mendirikan Pesantren Ampel Denta di Jawa Timur. Di pesantren tersebut, Sunan Ampel mendidik para pemuda Islam untuk menjadi pendakwah.
Sunan Ampel juga menjadi perancang Kerajaan Islam Demak. Dia adalah orang yang mengangkat Raden Patah sebagai sultan pertama Demak dan sangat berjasa dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara.
Ilustrasi Masjid Agung Demak yang merupakan peninggalan utama Kerajaan Islam Demak. Foto: Pixabay
Selama berdakwah, Sunan Ampel dikenal memiliki toleransi yang tinggi. Dia tidak pernah mempermasalahkan perbedaan. Baginya, siapa saja, baik yang berasal dari keluarga kerajaan, bangsawan, sampai rakyat paling rendah sekalipun, bisa menjadi pemeluk agama Islam.
ADVERTISEMENT
Ajarannya yang terkenal adalah falsafah Moh Limo. Ajaran ini digunakan Sunan Ampel dalam menjalankan misi dakwah Islam semasa hidupnya.

Ajaran Moh Limo

Moh Limo berasal dari kata emoh yang berarti "tidak mau" dan limo yang artinya "lima". Secara harfiah, Moh Limo dapat diartikan sebagai "tidak mau melakukan lima hal".
Lima hal tersebut merupakan ajaran untuk tidak melakukan lima perbuatan tercela. Mengutip Sejarah Wali Songo oleh Zulham Farobi (2019: 50), lima hal yang terdapat dalam Moh Limo antara lain:
1. Moh Madhat
Moh Madhat berarti tidak ingin mabuk. Maksudnya tidak menggunakan barang yang menyebabkan seseorang menjadi mabuk seperti candu.
2. Moh Madon
Moh Madon berarti tidak memainkan wanita. Maksudnya tidak melakukan zina atau percumbuan terhadap lawan jenis yang bukan mahramnya.
ADVERTISEMENT
3. Moh Main
Moh Main berarti tidak bermain. Maksudnya adalah bermain judi yang begitu populer pada masa tersebut, seperti bermain kartu yang mempertaruhkan uang.
4. Moh Minum
Moh Minum berarti tidak meminum. Maksudnya adalah meminum minuman yang memabukkan seperti arak dan khamar. Berbeda dengan Moh Madhat, Moh Minum lebih ditujukan kepada bentuk minuman tertentu.
5. Moh Maling
Moh Maling berarti tidak mencuri, yaitu tidak mengambil barang orang lain yang bukan menjadi haknya.
Ajaran Moh Limo yang digunakan Sunan Ampel sesuai dengan permasalahan kemerosotan moral masyarakat pada masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 hingga 16.
(SFR)