Konten dari Pengguna

Mengenal Pewarna Alami Karmin yang Berasal dari Serangga

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Oktober 2022 18:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pewarna alami karmin. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pewarna alami karmin. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Zat pewarna kerap digunakan untuk membuat makanan atau produk tertentu terlihat lebih menarik. Agar lebih aman, pewarna yang disarankan adalah pewarna alami, yaitu pewarna yang terbuat dari tumbuhan dan hewan.
ADVERTISEMENT
Salah satu zat yang banyak dipakai untuk mewarnai makanan adalah pewarna alami karmin. Itu adalah zat pewarna seri E 120 yang digunakan untuk memberikan warna merah.
Menurut sejarah, pewarna alami karmin pertama kali ditemukan oleh suku Maya, lalu mulai populer saat digunakan oleh Aztec lebih dari lima abad yang lalu. Mereka mengklaim bahwa karmin lebih sehat daripada pewarna lain yang terbuat dari batu bara atau produk sampingan minyak bumi lainnya.
Menariknya, pewarna alami karmin ini terbuat dari serangga yang dihancurkan. Serangga apakah itu? Simak fakta-fakta menariknya dalam artikel di bawah ini.

Pewarna Alami Karmin

Menurut informasi dari laman BBC, serangga yang digunakan untuk membuat pewarna alami karmin adalah cochineal. Itu merupakan jenis serangga dari Amerika Latin yang hidup di kaktus. Nama zat yang dipakai sebagai pewarna adalah asam karminat.
ADVERTISEMENT
Cochineal banyak dibudidayakan di Peru. Di negara tersebut, jutaan cochineal dipanen setiap tahun untuk dijadikan pewarna alami untuk produk pangan seperti yoghurt, es krim, dan donat serta untuk produk kosmetik seperti lipstik.
Untuk menghasilkan pewarna makanan, cochineal yang dipanen akan disortir, dibersihkan, dan dikeringkan secara tradisional. Setelah kering, serangga tersebut akan ditumbuk atau digiling hingga halus seperti bubuk. Bubuk itulah yang dimasukkan ke dalam produk sebagai zat pewarna.
Amy Butler Greenfield dalam buku A Perfect Red menuliskan, selain dapat menciptakan warna merah alami, karmin juga bisa bisa memberikan warna lain seperti oranye dan merah muda.
Karmin dinilai lebih unggul dari pewarna alami lainnya karena lebih tahan lama dan stabil jika terkena suhu panas. Warna yang dikeluarkan pun lebih pekat sehingga dapat menekan biaya produksi jika digunakan dalam bisnis berskala besar.
Ilustrasi makanan yang mengandung pewarna alami karmin. Foto: Unsplash
Produk yang mengandung karmin biasanya tidak mencantumkan bahan ini secara eksplisit dalam komposisinya. Kebanyakan produk menyebutnya dengan natural red 4, crimson lake, atau E120 sebagai penanda.
ADVERTISEMENT
Namun tak perlu khawatir, pewarna alami karmin telah teruji klinis aman untuk digunakan. Bagi yang memiliki riwayat alergi cukup serius, Anda tetap perlu berhati-hati karena zat tersebut bersifat alergen.
Terkait status kehalalan, fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 menetapkan bahwa pewarna makanan dan minuman yang berasal dari serangga cochineal hukumnya halal, sepanjang bermanfaat dan tidak membahayakan.
Fatwa tersebut ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah yang menyatakan bahwa serangga yang darahnya tidak mengalir dikategorikan halal. Cochineal sendiri merupakan serangga sejenis belalang yang darahnya tidak mengalir sehingga termasuk ke dalam kategori tersebut.
(ADS)