Konten dari Pengguna

Mengenal Popcorn Brain yang Muncul Akibat Rangsangan Konten Digital

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Mei 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Popcorn Brain. Foto: fizkes/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Popcorn Brain. Foto: fizkes/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Popcorn brain adalah masalah kesehatan mental yang baru muncul di era digital seperti sekarang. Masalah ini berkaitan dengan fokus seseorang yang mudah teralihkan saat melakukan kegiatan di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Anda sedang bekerja di kantor lalu teringat kucing di rumah yang belum diberi makan. Anda lantas meraih ponsel untuk menghubungi orang rumah.
Tapi saat ponsel sudah di tangan, Anda melihat notifikasi promo barang incaran di e-commerce, sehingga perhatian Anda teralihkan dan malah berbelanja online.
Ketidakmampuan otak untuk fokus dipengaruhi oleh platform digital seperti media sosial yang membombardir otak dengan banyak informasi. Simak penjelasan lebih lanjut tentang popcorn brain di bawah ini.

Apa itu Popcorn Brain?

Ilustrasi Popcorn Brain. Foto: Shutterstock
Mengutip laman Mayo Clinic, istilah popcorn brain dicetuskan oleh David M. Levy, Ph.D., seorang ilmuwan komputer di University of Washington. Menurutnya, popcorn brain menggambarkan perilaku kecanduan terhadap kegiatan multitasking di platform digital, sehingga kehidupan di dunia nyata yang berjalan lambat terasa tidak menarik lagi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, seseorang yang mengalami popcorn brain mudah teralihkan atau berpindah dari satu topik ke topik lain, persis seperti biji popcorn yang meletup dengan cepat di dalam wajan panas.
Platform digital seperti media sosial memang dirancang untuk memaksa orang melakukan multitasking, alias tidak fokus di satu hal saja. Ini terbukti dari adanya fitur notifikasi yang menggoda seseorang untuk mengecek aplikasi lain, padahal tadinya sedang fokus di satu aplikasi tertentu.
Belum lagi fitur algoritma yang menjerat seseorang agar terpaku dan scrolling di media sosial sampai berjam-jam. Fitur-fitur tersebut akhirnya membuat aktivitas otak seseorang jadi mirip seperti otak pecandu.
Interaksi secara terus-menerus dengan media sosial juga membuat otak lebih menyukai informasi singkat, sehingga rentang perhatian (attention span) seseorang menurun.
Ilustrasi kecanduan media sosial. Foto: New Africa/Shutterstock
Rentang perhatian adalah kemampuan seseorang untuk tetap fokus pada satu tugas tertentu tanpa terdistraksi. Nah, salah satu tanda utama seseorang mengalami popcorn brain adalah rentang perhatian yang sangat pendek.
ADVERTISEMENT
Kabar buruknya, rata-rata rentang perhatian manusia menurun secara signifikan setiap tahunnya. Hal ini dijelaskan dalam buku Attention Span: A Groundbreaking Way to Restore Balance, Happiness, and Productivity, sebagaimana yang dikutip dari laman Forbes.
Para peneliti Universitas California Gloria Mark mengungkapkan bahwa pada tahun 2004, rata-rata rentang perhatian manusia adalah 2,5 menit. Namun, pada tahun 2012, menurun menjadi 47 detik saja.
Terbaru, dalam data Average Human Attention Span Statistics & Facts 2024 dari Samba Recovery, rata-rata rentang perhatian manusia masa kini tinggal 8,25 detik, lebih pendek dari rentang perhatian ikan mas yang mencapai 9 detik.
Ketidakmampuan otak untuk fokus di satu hal dalam waktu lama dapat menurunkan produktivitas dalam kehidupan. Selain itu, dapat meningkatkan stres secara signifikan. Semakin mudah perhatian seseorang teralih, semakin tinggi pula kemungkinan stres yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
(DEL)