Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Punakawan, Karakter Khas Pewayangan Jawa
28 Juni 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:43 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Punakawan adalah penjelmaan dewa yang terdiri atas Semar dan ketiga anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Dalam cerita pewayangan, kelompok ini dikenal sebagai penasihat spiritual, teman bercengkrama, dan penghibur di kala susah yang bertugas mengajak para ksatria asuhannya untuk selalu berbuat kebaikan.
Punakawan berasal dari kata “pana” yang artinya paham, dan kawan yang artinya “teman”. Maksudnya, para punakawan bukan hanya sebagai abdi atau pengikut biasa, tetapi mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka dan seringkali bertindak sebagai penasihat (pamomong).
Berbanding terbalik dengan para ksatria yang selalu digambarkan dengan sikap sopan, santun, lemah lembut, dan kaku, punakawan memiliki sifat humoris dan menghibur sehingga kemunculannya selalu dinantikan masyarakat, khususnya para penikmat wayang.
ADVERTISEMENT
Masing-masing karakter punakawan memiliki sifat dan ciri fisik yang memiliki makna tertentu. Berikut penjelasan selengkapnya.
Punakawan Semar
Dalam pewayangan, Semar berperan sebagai pengasuh golongan ksatria. Semar digambarkan selalu tersenyum, tetapi bermata sembab. Mengutip buku The Pakubuwono Club oleh Agung Prabowo, penggambaran tersebut merupakan simbol suka dan duka.
Semar memiliki wajah yang tua, tapi potongan rambutnya seperti anak kecil, yang maksudnya sebagai simbol tua sekaligus muda. Meski berjenis kelamin laki-laki, Semar memiliki payudara layaknya perempuan. Ini merupakan simbol pengayom semua manusia, pria maupun wanita. Ia merupakan penjelmaan dewa, tetapi hidup sebagai rakyat jelata yang menjadi simbol atasan dan bawahan.
Punakawan Gareng
Sosok yang lebih dikenal dengan nama Gareng ini memiliki nama lengkap Nala Gareng, artinya hati yang kering. Gareng adalah punakawan berkaki pincang. Ini merupakan simbol dari sifatnya sebagai pemuda yang selalu berhati-hati dalam bertindak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Gareng memiliki cacat fisik lainnya, tangan yang ceko atau patah. Ini menyimbolkan kejujuran bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak orang lain.
Punakawan Petruk
Petruk memiliki fisik buruk rupa, tapi selalu menjaga kebenaran dan kebaikan. Karakternya mengandung nasihat di baliknya, yakni untuk jangan menilai seseorang dari rupa atau apa yang tampak saja.
Petruk selalu menyampaikan kebenaran dengan apa adanya. Ia menyampaikan apa yang menurutnya benar dan tidak dipengaruhi kekuasaan apapun. Dalam salah satu kisah diperlihatkan bahwa meski tidak memiliki senjata apapun, Petruk tetap menyampaikan kebenaran dan kebaikan.
Punakawan Bagong
Bagong diciptakan dari bayangan Semar. Saat pertama turun ke bumi, Semar yang bertugas sebagai penasihat manusia merasa kesepian. Karena itu, ia memohon kepada ayahnya, Sang Hyang Tunggal, agar diberikan teman. Sang Hyang Tunggal pun menjadikan bayangan Semar sebagai teman baginya. Itu sebabnya bentuk dan wajah Bagong mirip dengan Semar.
ADVERTISEMENT
Ia memiliki perut yang buncit, hidung pesek, dan bokong yang besar. Bagong memiliki sifat kekanak-kanakan, lancang tapi lucu. Ia jarang berbicara, tetapi sekalinya berbicara bisa membuat orang tertawa. Bagong juga merupakan kritikus tajam bagi tokoh wayang lain yang tidak bertindak benar.
Meski Bagong sebenarnya anak pertama Semar, dalam pewayangan Jawa Tengah, ia sering dianggap sebagai anak bungsu. Kesalahan ini terutama disebabkan karena sifat Bagong yang kekanak-kanakan.
(ADS)