Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Tradisi Popokan yang Dijalankan Masyarakat Dusun Sendang Semarang
16 Januari 2024 18:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Asesmen Kognitif Pembelajaran IPA dengan Pendekatan STEM Berbasis Kearifan Lokal susunan Dr. Fine Reffiane, dkk., tradisi popokan dilakukan dengan cara perang lumpur. Warga juga biasanya akan membuat nasi tumpeng berbentuk gunungan dengan puncak yang lancip.
Nantinya, tumpeng tersebut akan dilengkapi dengan lauk pauk khusus. Salah satunya yaitu klubanan, rebusan sayur mayur yang dicampur dengan sambal kelapa.
Ada banyak keunikan dari tradisi Popokan ini. Ingin tahu lebih lanjut? Simak selengkapnya dalam pembahasan berikut ini.
Pelaksanaan Tradisi Popokan di Semarang
Secara garis besar, ritual Popokan diklasifikasikan menjadi empat tahapan. Ritual pertama dinamakan “bersih sendang” yang dilakukan dengan cara membersihkan sumber mata air di Dusun Sendang, Semarang .
Ada tiga sumber mata air yang akan dibersihkan, yakni sendang Glagah, sendang Preh, dan sendang Dawung. Nantinya, warga akan bekerja sama membersihkan ketiga sendang tersebut dari dedaunan yang gugur dan endapan lumpur yang keruh.
ADVERTISEMENT
Sebagian warga juga ada yang ditugaskan untuk membersihkan rumput liar atau pepohonan yang tumbuh di sekitar sendang. Ritual ini biasanya diikuti oleh laki-laki dewasa dengan dilengkapi peralatan pacul, clurit, dan sapu.
Mengutip jurnal Popokan: Tradisi Perang Lumpur di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang susunan Muh Hafidz (2017) ritual bersih sendang dilakukan karena warga yakin bahwa air merupakan sumber kehidupan yang utama. Maka, sumber kehidupan tersebut wajib dibersihkan agar terhindar dari kotoran dan marabahaya yang mengancam.
Selanjutnya, ritual kedua dilakukan dengan melangsungkan upacara tumpengan. Warga akan membuat nasi tumpeng dengan lauk pauk yang beragam seperti klubanan, ikan asin, telur rebus, tahu, tempe, daging ayam, dan lain-lain.
Setelah tumpeng selesai dibuat, warga akan mengadakan upacara tumpengan di rumah kepala desa. Upacara tersebut diikuti dengan pembacaan hadroh, surat-surat pendek, tahlil, dan doa.
Setelah menjalani upacara tumpengan, warga Sendang akan menggelar kirab dan arak-arakan. Ritual ini dilakukan mulai dari pertigaan Ntotog, persimpangan jalur ke Gubug dan jalur ke Kecamatam Bancak, Kabupaten Semarang.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan orang tua juga dibolehkan ikut memeriahkan ritual kirab ini. Nantinya, warga akan menampilkan sejumlah karya seni yang dapat menghibur semua orang yang hadir.
Arak-arakan dilakukan pada Jumat Kliwon, tepatnya setelah pelaksanaan sholat Jumat di masjid. Biasanya, arak-arakan akan berlangsung selama 2-3 jam, yakni dari pukul 13.00-15.00 WIB.
Terakhir, ritual akan ditutup dengan dengan Popokan atau perang lumpur. Tradisi ini biasanya dilangsungkan di Balai Desa Sendang dan diikuti oleh anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua.
Popokan berlangsung sangat seru dan menyenangkan. Terkadang, warga saling mengejar satu sama lain agar lumpur mengenai teman atau kerabatnya.
Bukannya tersinggung, warga yang terkena lemparan lumpur justru akan merasa senang. Sebab, mereka meyakini bahwa lemparan lumpur tersebut dapat membawa keberkahan tersendiri baginya.
ADVERTISEMENT
(MSD)