Konten dari Pengguna

Menilik Pengayaan Hara di Perairan Akibat Pencemaran Deterjen dan Pupuk Kimia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 Januari 2025 12:13 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengayaan hara di perairan akibat pencemaran deterjen dan pupuk kimia disebut apa. Foto: pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengayaan hara di perairan akibat pencemaran deterjen dan pupuk kimia disebut apa. Foto: pexels
ADVERTISEMENT
Pencemaran air telah menjadi masalah global yang semakin mengkhawatirkan. Ada banyak penyebab yang mendasarinya, salah satunya yaitu berasal dari kontaminasi limbah deterjen dan pupuk kimia.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, muncul masalah baru dalam proses pengayaan hara yang menyebabkan ganggang (algal bloom) tumbuh berlebihan. Apabila dibiarkan, fenomena ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.
Bicara soal masalah pencemaran, tahukah Anda pengayaan hara di perairan akibat pencemaran deterjen dan pupuk kimia disebut apa? Untuk mengetahui jawabannya, simaklah artikel berikut ini!

Pengayaan Hara di Perairan Akibat Pencemaran Deterjen dan Pupuk Kimia Disebut Apa?

Ilustrasi pengayaan hara di perairan akibat pencemaran deterjen dan pupuk kimia disebut apa. Foto: pexels.com/QuangNguyenVinh.
Pengayaan hara di perairan akibat pencemaran deterjen dan pupuk kimia disebut dengan eutrofikasi. Secara etimologi, eutrofikasi berasal dari bahasa Yunani eutrophia yang artinya "nutrisi" atau "hara".
Secara istilah, eutrofikasi bisa didefinisikan sebagai bentuk pencemaran air karena sejumlah kandungan nutrisi berlebih di dalam lingkungan perairan. Umumnya, kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air.
ADVERTISEMENT
Sedikit berbeda, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan eutrofikasi sebagai proses perkembangbiakan tumbuhan air dengan cepat karena memperoleh zat makanan berlimpah akibat pemupukan yang berlebihan.
Dalam hal ini, limbah deterjen dan pupuk kimia memberikan pengaruh yang cukup besar. Sebab menurut buku Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas IX Semester 2 oleh Siti Zubaidah, dkk., pencemaran kedua bahan tersebut dalam perairan akan menyebabkan pertumbuhan ganggang berlebih (algal bloom) yang berisiko mengganggu keseimbangan ekosistem perairan dan mengancam keberlangsungan hidup berbagai organisme akuatik.
Ketika ganggang tersebut mati, organisme pengurai memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk memulai proses dekomposisi. Akibatnya, kadar oksigen terlarut di dalam air menurun drastis. Kemudian, terjadi kematian masal pada ikan dan organisme perairan lainnya.
ADVERTISEMENT

Jenis-Jenis Eutrofikasi

Ilustrasi eutrofikasi. Foto: pixabay
Ada dua jenis eutrofikasi, yaitu eutrofikasi alamiah dan kultural. Dihimpun dari situs microbenotes, berikut penjelasannya:

1. Eutrofikasi Alamiah

Eutrofikasi alamiah adalah proses penumpukan nutrisi dan bahan organik di sumber daya air yang terjadi secara alami dalam jangka waktu yang sangat panjang. Proses ini bisa memakan waktu hingga ratusan tahun karena akumulasi bahan organik secara alami memerlukan waktu yang lama.
Namun, proses eutrofikasi alamiah dapat berlangsung lebih cepat jika dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti banjir dan longsor. Ketika bencana alam terjadi, bahan organik dari daratan terbawa ke dalam sumber daya air.
Selain itu, faktor lingkungan turut mempengaruhi percepatan prosesnya. Beberapa di antaranya yang mesti diwaspadai yaitu suhu, konsentrasi karbon dioksida, dan intensitas cahaya.
ADVERTISEMENT

2. Eutrofikasi Kultural

Eutrofikasi kultural atau antropogenik adalah proses penumpukan berlebih di ekosistem perairan akibat aktivitas manusia. Proses ini dapat mempercepat eutrofikasi alami yang menyebabkan kondisi perairan memburuk dalam waktu yang relatif singkat.
Penyebab utama dari eutrofikasi kultural adalah serangkaian aktivitas manusia yang meningkatkan konsentrasi fosfor dan nitrogen dalam ekosistem perairan. Eutrofikasi ini dapat terjadi di perairan tawar maupun laut dangkal.

Penyebab Eutrofikasi

Ilustrasi eutrofikasi. Foto: pexels
Pada dasarnya, eutrofikasi adalah bentuk pencemaran yang terjadi akibat masuknya nutrisi berlebihan pada ekosistem perairan. Itu mengapa, pertumbuhan tanaman air menjadi tak terkendali dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Mengutip artikel ilmiah berjudul Eutrofikasi: Masalah Lingkungan, Dampak, dan Upaya Penanggulangan oleh Muh. Sri Yusal, STKIP-PI Makassar, fenomena eutrofikasi dimulai ketika sejumlah bahan organik dan senyawa nutrisi masuk ke dalam perairan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, senyawa-senyawa ini terdekomposisi oleh bakteri dengan memanfaatkan oksigen terlarut di dalam air melalui proses biokimia maupun biodegradasi. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam perairan.
Eutrofikasi dapat berkembang lebih cepat jika kondisi lingkungan mendukung, seperti lokasi yang mendapatkan sinar matahari cukup dan suhu air yang ideal. Kondisi ini meningkatkan laju fotosintesis pada tumbuhan perairan. Lalu, pada gilirannya mempercepat pertumbuhan ganggang dan tanaman air.
Selain itu, kontaminasi senyawa nitrat dan fosfat karena hasil aktivitas manusia yang berlangsung terus-menerus juga semakin memperburuk percepatan prosesnya.

Aktivitas Manusia Penyebab Eutrofikasi

Ilustrasi eutrofikasi. Foto: Pexels / Tran Le Tuan
Mengutip jurnal ICES Journal of Marine Science oleh Morse, dkk., berikut ini beberapa aktivitas manusia yang dapat menyebabkan eutrofikasi:

1. Industri

Senyawa fosfat sering digunakan dalam industri, misalnya untuk mencegah oksidasi besi atau kalsium karbonat. Namun, ketika limbah mengandung senyawa fosfat ini dibuang ke perairan, senyawa tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi yang berisiko memperburuk kualitas air.
ADVERTISEMENT

2. Deterjen

Deterjen yang umumnya mengandung fosfat menjadi sumber utama dalam kasus pencemaran air limbah. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan deterjen sangat sulit dibatasi.
Di samping itu, limbah yang mengandung deterjen juga sulit diuraikan oleh bakteri. Bahkan, deterjen dapat tetap aktif di lingkungan dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu, penggunaan deterjen yang mengandung fosfat sebaiknya dikurangi. Sebab, apabila terbuang berlebihan ke perairan dapat menyebabkan eutrofikasi dan merusak ekosistem perairan.

3. Pupuk Kimia

Penggunaan pupuk kimia dalam pertanian dapat menyebabkan pencemaran, baik pada tanah maupun lingkungan perairan. Pupuk kimia yang diterapkan pada lahan pertanian dapat mengalir ke perairan, membawa senyawa fosfat yang berlebihan.
Air yang mengandung fosfat dan senyawa nutrisi dari pupuk kimia menjadi pemicu utama terjadinya eutrofikasi. Kondisi ini mendorong organisme perairan untuk tumbuh dengan cepat dan tak terkendali, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem.
ADVERTISEMENT
Selain fosfor, senyawa nitrogen juga perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pelaku industri. Sebab, pupuk kimia yang mengandung nitrogen mudah larut dan berpindah tempat. Sehingga, senyawa tersebut dapat mencemari perairan dan memperburuk proses eutrofikasi.

4. Pakan Ternak

Pemberian pakan ternak yang terkonsentrasi juga memicu eutrofikasi yang lebih parah jika limbahnya terbuang ke perairan. Sebab, jenis pakan ini mengandung fosfor dan nitrogen yang cukup tinggi.
Sisa-sisa pakan yang terbawa arus sungai, danau, atau lautan akan diserap oleh tumbuhan air, menyebabkan pertumbuhannya menjadi sangat cepat. Akibatnya, organisme perairan terganggu karena kekurangan cahaya dan oksigen. Pada akhirnya, keseimbangan ekosistem perairan akan terancam.

5. Limbah Kotoran Manusia

Bahan makanan yang dikonsumsi manusia dapat mengandung zat adiktif seperti fosfat. Itu kenapa, feses manusia berisiko memicu munculnya eutrofikasi apabila sampai ke wilayah perairan.
ADVERTISEMENT

6. Budidaya Perikanan

Kotoran ikan dan sisa pakan ikan umumnya mengandung unsur hara seperti fosfor dan nitrogen. Limbah-limbah tersebut dapat meningkatkan produktivitas perairan yang berpotensi merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga.
Akibatnya, pertumbuhan alga menjadi tak terkendali dan dapat merugikan organisme perairan lainnya. Apabila dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan kematian ikan secara massal.

Dampak Eutrofikasi

Ilustrasi eutrofikasi. Foto: pixabay
Berikut beberapa dampak dari eutrofikasi seperti dihimpun dari Eutrofikasi: Masalah Lingkungan, Dampak, dan Upaya Penanggulangan oleh Muh. Sri Yusal, STKIP-PI Makassar:

1. Kerusakan Ekosistem Perairan

Dampak utama dari eutrofikasi adalah kerusakan ekosistem perairan secara bertahap. Eutrofikasi dapat menurunkan tingkat biodiversitas dan mengganggu keseimbangan ekologis di dalam ekosistem perairan. Sehingga, menyebabkan perubahan besar pada struktur dan fungsi ekosistem tersebut.

2. Penurunan Kualitas Air

Penurunan kualitas air yang signifikan juga bisa dipicu oleh eutrofikasi. Ini terjadi lantaran organisme seperti alga dapat tumbuh di perairan dalam jumlah yang tak terkendali.
ADVERTISEMENT
Selain itu, proses pembusukan yang dilakukan oleh bakteri di sedimen dasar juga turut memperburuk kondisi perairan. Akibatnya, kadar oksigen terlarut dalam air menurun drastis.
Penurunan kadar oksigen ini memberikan dampak besar bagi kehidupan organisme perairan. Sebab, oksigen terlarut sangat penting untuk pernapasan, metabolisme, dan proses reproduksi organisme-organisme tersebut.

3. Munculnya Cyanobacteria

Eutrofikasi juga dapat menyebabkan berkembangnya bakteri jenis cyanobacteria (alga biru-hijau) di perairan. Bakteri ini merupakan patogen beracun yang berisiko merugikan biota air karena dapat melumpuhkan sistem kerja otot, saraf, dan jantung mereka.

Cara Penanggulangan Eutrofikasi

Ilustrasi eutrofikasi. Foto: pixabay
Selain mengupayakan langkah preventif, penting juga untuk mempertimbangkan cara penanggulangan eutrofikasi agar dampaknya tidak semakin parah. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
ADVERTISEMENT
(NSF)