Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menilik Sejarah Hari Pahlawan 10 November 1945
6 November 2024 15:53 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pertempuran Surabaya merupakan momen penting yang menunjukkan semangat juang para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kala itu, para pahlawan masih harus berjuang melawan sekutu meski Indonesia telah mendeklarasikan kemerdekaan.
Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang jasa dan pengorbanan para pahlawan. Untuk mengenal lebih dalam sejarah Hari Pahlawan, simak penjelasan di bawah ini.
Sejarah Hari Pahlawan 10 November
Menurut laman Kementerian Sosial (Kemensos), Pertempuran Surabaya adalah perang pertama melawan pasukan asing setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran ini menjadi salah satu pertempuran besar dan paling berat yang pernah terjadi dalam sejarah revolusi nasional Indonesia. Melalui pertempuran ini, para pejuang Indonesia melawan kolonialisme.
Untuk memperingati jasa para pahlawan yang sudah berjuang, tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan .
ADVERTISEMENT
Penetapan ini dilakukan oleh Presiden Soekarno sesuai dengan Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Pertempuran Surabaya dipicu oleh kedatangan pasukan Sekutu yang ditunggangi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) pada 25 Oktober 1945. Tujuan awal dari kedatangan mereka yakni untuk mengamankan tawanan perang dan melucuti senjata Jepang.
Namun, NICA yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sother Mallaby malah memasuki Surabaya dan mendirikan pos pertahanan. Tindakan ini dianggap sebagai awal dimulainya perlawanan terhadap pasukan Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, pasukan Sekutu berhasil menduduki penjara dan membebaskan tawanan perang yang ditahan Indonesia. Mereka juga menyebarkan pamflet yang memerintahkan masyarakat untuk menyerahkan senjata.
Warga Surabaya kemudian melakukan penolakan keras. Keesokan harinya, yaitu pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Bung Tomo menyerang pos-pos pertahanan Sekutu dan terjadilah gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
Pada 29 Oktober 1945, situasi mulai mereda, meskipun masih terjadi bentrokan antara rakyat Surabaya dan tentara Inggris. AWS Mallaby, yaitu pimpinan tentara sekutu berhasil dikalahkan pada 31 Oktober 1945.
Kematian AWS Mallaby memicu kemarahan pihak Inggris, yang akhirnya membuat Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Mallaby, mengeluarkan Ultimatum pada 10 November 1945. Berikut isi dari ultimatum tersebut:
Ultimatum ini semakin memperburuk situasi di antara kedua belah pihak, sehingga menyebabkan berlanjutnya pertempuran. Puncak pertempuran terjadi pada tanggal 10 November 1945.
ADVERTISEMENT
Pertempuran ini berlangsung selama kurang lebih dua minggu dan benar-benar selesai pada 28 November 1945. Pertempuran Surabaya menewaskan 20 ribu orang Indonesia dan 1.500 orang dari pihak sekutu.
Pertempuran ini juga membuat sekitar 150 ribu warga terpaksa meninggalkan kota Surabaya. Banyaknya pejuang yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia membuat kota Surabaya dikenal sebagai “Kota Pahlawan”.
Tokoh Pertempuran Surabaya 10 November 1945
Ada banyak tokoh yang terlibat dalam pertempuran Surabaya. Tokoh-tokoh tersebut berperan besar dalam menginspirasi perjuangan rakyat di Surabaya.
Berikut beberapa tokoh yang terlibat dalam pertempuran Surabaya:
1. Bung Tomo
Bung Tomo atau Sutomo merupakan salah satu tokoh yang paling dikenal dalam Pertempuran Surabaya.
Bung Tomo adalah seorang jurnalis yang sempat bekerja di berbagai surat kabar dan kantor berita. Bung Tomo menjadi Ketua Umum Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI).
ADVERTISEMENT
Bung Tomo mengobarkan semangat juangnya secara terus menerus melalui siaran Radio Pemberontakan. Ia menyampaikan pidatonya untuk mengusir tentara asing.
2. Mayjen Sungkono
Mayjen Sungkono merupakan seorang pemimpin militer dalam Pertempuran Surabaya. Ia berhasil memperoleh senjata dari tentara Jepang melalui diplomasi dan memimpin pasukannya melawan pasukan sekutu.
Setelah kemerdekaan, ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Surabaya dan terus memotivasi pasukannya dengan pidato membara, sehingga pasukan dan masyarakat tidak gentar dalam melawan musuh.
3. Prof. Dr. Moestopo
Moestopo merupakan seorang pahlawan nasional yang memainkan peran penting dalam Pertempuran Surabaya.
Sebagai dokter gigi dan pendiri Badan Keamanan Rakyat (BKR), ia berhasil mengamankan senjata dari tentara Jepang untuk digunakan melawan Sekutu.
Moestopo juga menentang kedatangan pasukan Inggris ke Surabaya dan menginspirasi rakyat dengan pidato-pidatonya.
ADVERTISEMENT
Karena kontribusinya yang besar, ia dianugerahi gelar Mayor Jenderal TNI setelah wafat.
4. K.H. Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), juga memiliki peran penting dalam Pertempuran Surabaya.
Beliau mengeluarkan fatwa yang dikenal sebagai Resolusi Jihad, yang menyatakan bahwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah jihad suci.
Fatwa ini berhasil memotivasi masyarakat Surabaya dan para santri untuk berjuang melawan pasukan asing yang mencoba mengganggu kemerdekaan Indonesia.
5. Gubernur Suryo
Gubernur Suryo atau Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo adalah salah satu tokoh penting dalam Pertempuran Surabaya. Gubernur Suryo sebelumnya merupakan Bupati Magetan.
Gubernur Suryo berperan dalam mendorong semangat rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Sekutu dan menolak tawaran Inggris. Ia tidak pernah putus asa dalam perjuangannya.
6. HR. Mohammad Mangoendiprodjo
HR Mohammad merupakan pemimpin TKR Divisi Jawa Timur. Ia menolak ultimatum Sekutu dan ikut berperang bersama para pejuang lainnya.
ADVERTISEMENT
Setelah kemenangan Surabaya, ia diangkat menjadi Mayor Jenderal oleh Presiden Soekarno.
7. Abdul Wahab
Abdul Wahab adalah seorang fotografer yang mengabadikan momen penting dalam pertempuran, termasuk perobekan bendera Merah Putih di Hotel Yamato dan orasi Bung Tomo.
Ia memastikan dokumentasi tersebut tetap aman meskipun berisiko tinggi untuk keselamatannya.
(RK)