Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pengertian, Ciri, dan Contoh Seni Tari Klasik di Indonesia
2 Januari 2021 7:01 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 12 April 2023 16:00 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai tari klasik, mulai dari pengertian, ciri-ciri, fungsi, hingga contoh seni tari klasik di Indonesia.
Pengertian Tari Klasik
Sejatinya, seni tari klasik adalah tarian yang berkembang di wilayah kerajaan dan menjadi tradisi yang melekat di masyarakat umum. Tarian ini memiliki aturan baku yang tidak bisa diubah.
Dikutip dari Bahan Ajar Antropologi Kesenian oleh Murni Eva Marlina Rumapea (2022: 268), tari klasik adalah suatu bentuk tari bermutu tinggi, yang dibentuk dalam pola dan gerak-gerik tertentu.
Tari klasik berkembang dari masa ke masa, serta mempunyai aspek filosofi yang mendalam, simbolik, religius, dan tradisi yang tetap. Tari klasik dipelihara dengan baik di istana raja-raja dan di kalangan bangsawan.
ADVERTISEMENT
Gerakan tari klasik mengutamakan keindahan dan baku, artinya tidak boleh diubah. Pakaian tari dan properti tarinya pun lebih mewah dan rumit. Pola lantai dalam tarian klasik biasanya memiliki makna tertentu.
Ciri-Ciri Tari Klasik
Seni tari klasik memiliki karakter tertentu, yakni sesuai dengan koreografi atau tubuh sang penari yang elok, lembut, dan tegas. Di samping itu, tari klasik juga dapat dikenali dengan beberapa ciri, di antaranya:
1. Memiliki Pedoman dan Peraturan Pakem Tertentu
Berpedoman pada pakem tertentu yang tidak dapat diubah atau diganggu gugat. Jika diubah, makna tarian akan rusak.
2. Memiliki Tata Rias yang Cantik
Tari klasik memiliki tata rias yang cantik. Biasanya, tata rias penari terlihat cantik, anggun, dan menyesuaikan dengan tema tarian.
3. Busana Mewah
Tari klasik merupakan tarian yang muncul dari lingkungan keraton, sehingga busana pakaiannya tergolong mewah dan serupa dengan pakaian para bangsawan.
ADVERTISEMENT
4. Memiliki Nilai Estetika yang Tinggi
Tari klasik memiliki nilai estetika tinggi serta makna dan filosofi yang mendalam. Gerakan tari klasik mengutamakan keindahan dan biasanya memiliki makna di setiap gerakannya.
Keunikan, Fungsi, dan Gerakan Tari Klasik
Tari klasik memiliki keunikan, fungsi, dan gerakan yang khas. Dikutip dari Pembelajaran Tari dalam Kurikulum PAUD oleh Dessy Putri Wahyuningtyas (2020: 158-159), berikut masing-masing penjelasannya:
1. Keunikan Tari Klasik
Tari klasik merupakan tarian yang telah mencapai keindahan yang tinggi. Tarian ini memiliki keunikan di setiap unsurnya, terutama gerakan tari. Gerakan tari klasik mengutamakan keindahan dan bersifat baku.
Selain itu, dalam tari klasik tidak hanya gerak tarinya yang diatur. Unsur-unsur pendukungnya pun diatur, yaitu busana tari, iringan tari, pola lantai, bahkan dialog. Pakaian tari dan properti lainnya yang dipakai biasanya mewah dan rumit.
ADVERTISEMENT
2. Gerakan Tari Klasik
Gerakan tari klasik memiliki aturan-aturan tertentu. Bentuk gerak tari diatur secara teliti, mengikat, dan tidak boleh dilanggar. Jika penari melakukan gerakan yang tidak sesuai dengan aturan, dianggap salah.
Bahkan, gerakan tari klasik memiliki aturan-aturan baku yang tertulis, sehingga tidak boleh ada perubahan. Seperti gerak jari tangan, posisi badan, tolehan kepala, langkah kaki, dan gerakan yang menjadi penghubung antara gerakan pertama ke gerakan berikutnya.
Ciri-ciri utama gerakan tari klasik adalah anggun atau berwibawa dengan busana mewah yang mencerminkan seorang bangsawan. Selain itu, gerakan tari ini menonjolkan kelembutan dan memiliki makna di setiap gerakannya.
3. Fungsi Tari Klasik
Fungsi tari klasik biasanya sebagai sarana upacara kerajaan dan adat. Tari klasik umumnya dikembangkan oleh penari di kalangan bangsawan kerajaan atau penari yang terpelajar.
ADVERTISEMENT
Karenanya, pementasan tari klasik pun disesuaikan dengan kebutuhan tertentu dengan waktu yang sudah ditentukan, seperti penyambutan tamu kehormatan, penobatan raja, pernikahan, dan upacara adat lainnya dalam keraton.
Bahkan, ada beberapa jenis tari klasik yang tidak diperbolehkan untuk ditarikan oleh masyarakat biasa. Setiap bentuk gerak, irama, penghayatan, tata rias, dan sudah diatur hanya boleh ditujukan untuk kalangan bangsawan.
Contoh Tari Klasik
Di Indonesia, ada banyak jenis tari tradisional klasik. Tarian tersebut tersebar di berbagai daerah dan memiliki filosofi yang berbeda-beda.
Berikut adalah contoh seni tari klasik yang ada di Indonesia.
1. Tari Bedhaya
Tari Bedhaya adalah tari klasik yang berasal dari daerah keraton Surakarta. Tari ini biasanya ditampilkan saat acara penobatan dan upacara peringatan Raja Surakarta.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Refleksi Nilai-Nilai Budaya Jawa: Suatu Kajian terhadap Serat Sakeber oleh Tashadi, dkk., (1993: 5-6), ada dua macam tari Bedhaya, yaitu tari Bedhaya Ketawang dan tari Bedhaya Semang.
Tari Bedhaya Ketawang adalah ciptaan Sultan Agung dan menjadi tari pusaka Kraton Surakarta. Sementara tari Bedhaya Semang adalah ciptaan Sultan Hamengku Buwono II dan menjadi tari pusaka di Kraton Yogyakarta.
2. Tari Gambir Anom
Tari Gambir Anom berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini menggambarkan kisah Irawan, putra Arjuna, yang sedang jatuh cinta pada lawan jenisnya.
Ketika mementaskan tarian, penari akan mengalungkan sampur pada seorang tamu agung untuk mengajaknya menari bersama.
3. Tari Topeng Klana
Tarian asal Cirebon ini menggambarkan usaha seorang Prabu Minakjingga yang mengejar cinta Ratu Kencana Wungu. Meski dia sudah berusaha, ia tetap gagal meluluhkan hati sang Ratu.
ADVERTISEMENT
Biasanya, penari Topeng Klana mengenakan busana yang didominasi warna merah dan topeng yang terbuat dari emas.
4. Tari Kuda Lumping
Tarian Kuda Lumping berasal dari Ponorogo, Jawa Tengah. Tari yang dikenal dengan jaran kepang atau jathilan ini adalah gambaran dari sekelompok prajurit penunggang kuda di medan perang.
Ketika mementaskan tarian, penari Kuda Lumping yang kesurupan sering menampilkan berbagai atraksi unik seperti makan beling, menyayat tubuh, hingga berjalan di atas pecahan kaca. Karenanya, tarian ini selalu didampingi oleh pawang yang bertugas menyadarkan penari.
5. Tari Saman
Tarian asal suku Gayo ini merupakan media dakwah. Tari tradisional ini tidak diiringi oleh musik, tapi menggunakan irama tepukan suara penari.
Dalam tarian ini, penari akan duduk berbaris dan menepuk paha serta dada secara serempak. Tak hanya itu, penari juga bernyanyi dengan suara yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
6. Tari Piring
Dalam tarian ini, penari akan meletakkan piring di kedua telapak tangan. Kemudian, piring itu akan diayunkan dengan gerakan lincah dan teratur tanpa jatuh dari tangan penari.
Di akhir tarian, penari akan melempar piring ke lantai dan menginjak pecahan piring tersebut.
(GTT & SFR)