Pengertian dan Cara Memahami Matan Hadits

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
27 Maret 2023 11:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Matan adalah, foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Matan adalah, foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Matan adalah metode untuk mendalami bunyi atau kalimat yang terdapat dalam hadits dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Tujuan mempelajari ilmu matan adalah mendapatkan pemahaman secara menyeluruh dari sebuah hadits.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Memahami Ilmu Hadis karya Asep Herdi, untuk menelaah sebuah hadits, ada tiga unsur utama yang harus diperhatikan, yakni sanad, matan, dan rawi. Ketiga unsur ini memiliki peran penting dalam menilai kualitas sebuah hadits.
Sanad adalah gambaran dari keaslian suatu riwayat, matan adalah penjelasan dari bunyi hadits, dan rawi adalah periwayat atau takhrij hadits. Jika dilihat dari posisinya, maka sanad ada di awal, matan berada di tengah, dan rawi di akhir hadits.

Pengertian Matan

Matan adalah, foto: Unsplash
Secara bahasa, matan adalah irtafa'a min al-ardhi atau tanah yang tinggi. Sedangkan menurut istilah, matan adalah lafaz-lafaz hadits yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.
Menurut Muhammad Tahir al-Jawabi dalam buku Metode Hasan bin Ali Assaqaf dalam Kritik Hadis karya Rizkiyatul Imtiyaz, matan adalah ilmu untuk menganalisis isi hadits sepanjang shahih sanadnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan menurut Mustafa al-Azami matan adalah upaya untuk menyeleksi atau membedakan antara hadits shahih dan dhaif yang dilihat dari isinya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa matan adalah ilmu yang mempelajari isi atau bunyi sebuah hadits yang bertujuan untuk memvalidasi kesahihan sebuah hadits.

Cara Memahami Matan Hadits

Mengutip jurnal Al-Syir'ah Vol. 8 No.2 berjudul Kajian Matan dan Sanad Hadits dalam Metode Historis, ada 3 langkah yang digunakan untuk memahami matan hadits secara umum, yaitu:

1. Meneliti Matan dengan Melihat Kualitas Sanadnya

Dalam ilmu hadits, hal pertama yang harus dilakukan untuk mengkaji kandungan hadits adalah dengan mencari tahu mengenai kekuatan sanadnya.
Sanad yang baik adalah yang berujung kepada Rasulullah SAW. Sebuah matan hadits tidak dapat dikaji kesahihannya jika sanadnya tidak berdasarkan pada ucapan Nabi Muhammad.
ADVERTISEMENT

2. Meneliti Susunan Matan yang Semakna

Terdapat banyak matan hadits yang berasal dari sanad-sanad shahih, namun memiliki perbedaan lafaz atau bunyi. Contohnya adalah perbedaan lafaz dalam hadits tentang niat yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Nasa'i.
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة.
ADVERTISEMENT
Artinya:Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan itu diiringi dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap insan akan memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dibenarkan hijrahnya itu oleh Allah dan Rasul-Nya; Dan barangsiapa hijrahnya untuk dunia yang hendak diperoleh atau wanita yang hendak dipersunting, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkan itu saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَإِلَى رَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَإِلَى رَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
ADVERTISEMENT
Dari Alqamah bin Waqqash, dari Umar bin Al-Khathab r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua perbuatan itu tergantung niat, dan (balasan) bagi tiap orang (tergantung) yang diniatkan. Siapa yang hijrahnya untuk Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ingin dicapainya atau perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju/niatkan.” (HR. Nasai)
Apabila terjadi perbedaan bunyi lafaz seperti dua hadits di atas, maka akan dilakukan metode muqaranah atau membandingkan. Hadits-hadits dengan perbedaan lafaz seperti itu akan dibandingkan untuk ditelaah apakah perbedaan tersebut masih dapat ditoleransi atau tidak.

3. Meneliti Kandungan Matan

Setelah menganalisis kesamaan lafaz atau bunyi, selanjutnya akan diteliti mengenai kandungan dari matan hadits. Sebuah matan hadits dapat dinyatakan shahih bila kandungannya tidak bertentangan dengan hadits lainnya atau ayat Alquran.
ADVERTISEMENT
(PHR)