Pengertian Geguritan Gagrak Anyar beserta Ciri-Ciri dan Contoh Syairnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2022 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi geguritan gagrak anyar. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi geguritan gagrak anyar. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata geguritan berasal dari bahasa Jawa “gurit” yang berarti sajak atau syair. Secara istilah, geguritan adalah karya sastra berbentuk syair yang biasanya dilagukan dengan tembang (pupuh) merdu.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, istilah geguritan mengalami pergeseran makna. Kini, geguritan lebih identik dengan puisi Jawa secara keseluruhan. Sama seperti karya sastra lainnya, geguritan juga terikat oleh aturan tertentu.
Agastia dalam jurnal berjudul Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali menuliskan, geguritan adalah bentuk karya sastra Jawa-Bali klasik yang dibentuk oleh pupuh-pupuh tertentu. Geguritan juga terikat oleh beberapa syarat yang disebut sebagai padalingsa.
Ketentuannya mencakup banyaknya suku kata dalam tiap baris, banyaknya baris dalam tiap bait, dan bunyi akhir pada tiap-tiap baris. Sastra Jawa mengenal geguritan dalam banyak bentuk, salah satunya adalah geguritan gagrak anyar.
Apa itu geguritan gagrak anyar dan bagaimana contohnya? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut.
ADVERTISEMENT

Geguritan Gagrak Anyar

Ilustrasi geguritan gagrak anyar. Foto: pixabay
Sesuai dengan namanya, geguritan gagrak anyar adalah tembang syair Jawa yang sifatnya “anyar” atau baru. Karya sastra ini tidak terikat dengan aturan guru lagu dan guru wilangan layaknya gagrak lawas.
Geguritan gagrak anyar mirip seperti kakawin yang tidak terikat pada metrum tertentu. Geguritan jenis ini menjadi wujud kebebasan sekaligus keindahan (dulce) yang melingkupi fungsi estetis.
Disebutkan dalam buku Antologi Geguritan Tresna lan Kuciwa susunan PBSD UNS (2019), geguritan gagrak anyar mengandung endapan rasa yang diantarkan oleh diksi-diksi puitis. Diksi tersebut akan meresap ke dalam batin dan sanubari pembaca yang menikmatinya.
Tidak hanya mengandung unsur estetis, geguritan juga mengandung nilai kemanusiaan dan kehidupan. Melalui pesan yang disampaikan, pembaca bisa melakukan perenungan dan introspeksi diri.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi geguritan gagrak anyar. Foto: pixabay
Dengan membaca geguritan, seseorang akan mendapatkan informasi tentang gambaran realitas kehidupan manusia. Hal ini terus berubah seiring dengan berkembangnya zaman.
Dalam kesusastraan Jawa, geguritan gagrak anyar memiliki ciri-ciri khusus, yakni:
Dikutip dari buku Gladhi Basa Jawa Kelas III karya Dhita Puspitasari, dkk., berikut contoh geguritan dalam sastra Jawa yang bisa Anda dalami maknanya:
Ilustrasi geguritan gagrak anyar. Foto: pixabay
Ing antara Semeru lan Gunung Bathok
ADVERTISEMENT
Kukus putih metu saka kawahmu
Ngemuli segara pasir kang amba bawera
Samirana sumilir anyles kekes
Aweh panyapa marang Jlwangga
Lintang panjer enjing tansaya pucet
Kasaput sumunare sang bagaskara
Cahyane sang surya awarna jingga
Tumapak ing pucuking arga
Miyak pedhut-pedhut peteng anggameng
Lir aweh panglipur mring jiwa-jiwa sungkawa
Bun-bun wening padha nyekseni
Kembang-kembang Edelweis melu nyawiji
Endahing swasana enjing hangrungkebi
Bromo kang endah ciptaning Gusti
Muga tetep widada lestari
Tan ana panjeblugmu kang nggegirisi
(MSD)