Pengertian Mahar dalam Islam Lengkap dengan Jenis dan Hukumnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
1 September 2021 12:16 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahar pernikahan.  Foto: Instagram/@aurelie.hermansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahar pernikahan. Foto: Instagram/@aurelie.hermansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernikahan merupakan ibadah yang mulia dan suci. Dalam syariat Islam, mahar adalah salah satu ketentuan yang harus dipenuhi oleh kedua mempelai agar menjadi sah dan bernilai pahala di sisi Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Para ulama setidaknya menetapkan tiga unsur hukum dalam suatu pernikahan, salah satunya adalah wajib nikah. Jika tidak ditunaikan pernikahannya tetap sah, namun bisa mendatangkan dosa. Yang termasuk wajib nikah adalah pemberian mahar oleh laki-laki kepada perempuan.
Mengutip buku Serial Hadist Nikah 4 Mahar oleh Firman Arifandi, mahar adalah harta yang diberikan oleh suami kepada istri sebagai imbalan dan penghargaan atas kesediaannya untuk dihalalkan dan dinikahi.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang mahar dalam Islam lengkap dengan jenis dan hukumnya.

Mahar dalam Islam

Ilustrasi mahar. Foto: Daniel Leal-Olivas / AFP
Secara bahasa, mahar berasal dari kata dalam bahasa Arab, yaitu al-mahru yang artinya pemberian untuk seorang wanita karena suatu akad.
Sementara dalam ilmu fiqih, istilah mahar memiliki makna yang lebih luas, yaitu pemberian yang menjadi sebab terjadinya hubungan seksual atau hilangnya keperawanan seorang perempuan dalam perkawinan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Fiqih Mahar karya Isnan Ansory, hukum pemberian mahar adalah wajib, sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadits berikut yang artinya:
"Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Wanita manapun yang menikah tanpa seizin walinya maka nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal, nikahnya adalah batal.
Jika dia telah digauli maka dia berhak mendapatkan mahar, karena suami telah menghalalkan kemaluannya. Jika terjadi pertengkaran di antara mereka, maka penguasalah yang menjadi wali atas orang yang tidak punya wali.'" (HR. Tirmizi)
Bentuk mahar sangat beragam, bisa berupa uang tunai, perhiasan emas, seperangkat alat sholat, kitab suci Alquran, rumah, sawah, kebun dan lain-lain. Semuanya disesuaikan dengan kesanggupan dari pihak laki-laki dan keridhoan dari pihak perempuan.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi pernikahan. Foto: thinkstock
Mengutip buku Hukum Keluarga Islam di Indonesia oleh Dr. Mardani, mahar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis bergantung pada kualifikasi dan klasifikasinya. Dari sisi kualifikasi, mahar dibagi menjadi dua yaitu:
Kemudian jika dilihat dari segi klasifikasi, mahar dapat dibagi menjadi dua yaitu:
ADVERTISEMENT

Hukum Mahar Menurut Agama Islam

Ilustrasi pernikahan dua orang Muslim. Foto: Pexels
Dalam perkawinan Islam, hukum mahar adalah suatu kewajiban. Karenanya, mahar mempunyai landasan hukum yang kuat dan dasar pegangan bagi calon suami (pihak yang membayar mahar).
Perintah kewajiban memberi mahar kepada calon istri tertuang dalam Alquran surat An-Nisa ayat 4 yang berbunyi:
وَاٰتُوا النِّسَاۤءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـًٔا مَّرِيْۤـًٔا
Artinya: "Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan.
Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati." (QS. An-Nisa: 4)
Dalam hukum Islam, tidak ditetapkan jumlah mahar yang harus diberikan kepada calon istri, tetapi didasarkan kepada kemampuan masing-masing orang atau berdasarkan pada keadaan atau tradisi keluarga.
ADVERTISEMENT
Jumlah mahar merupakan kesepakatan kedua belah pihak yang akan melakukan akad nikah. Dalam syariat hanya ditetapkan bahwa maskawin harus berbentuk dan bermanfaat, tanpa melihat jumlahnya. Rasulullah bersabda:
"Carilah sesuatu (mahar) cincin sekalipun terbuat dari besi. Jika tidak mendapati, mahar berupa surat-surat al-Qur’an yang engkau hafal." (HR. Bukhari No. 1587)
Selain itu, tidak boleh memberikan mahar benda yang tidak berharga. Mahar yang sederhana (sedikit) tetapi memiliki nilai, maka hukumnya sah.

Contoh Mahar Pernikahan untuk Mempelai Wanita

Ilustrasi contoh mahar pernikahan untuk wanita adalah emas. Foto: Unsplash
Dalam mazhab Syafi'i dan Imam Ahmad dinyatakan bahwa ukuran kadar minimal mahar tidak dibatasi. Mahar dapat berupa uang, barang yang bisa dijual, hingga upah sewa, baik nilainya sedikit atau banyak.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah beberapa contoh mahar pernikahan untuk mempelai wanita yang bisa diberikan.

1. Alat Sholat

Alat sholat merupakan salah satu barang yang sah untuk dijadikan sebagai mahar nikah karena barang yang diperjualbelikan. Imam Nawawi memberikan penjelasan menganai barang berharga apa yang bisa dijadikan mahar. Beliau mengatakan:
وَمَا صَحَّ مَبِيعًا صَحَ صَدَاقًا
"Segala sesuatu yang bisa diperjualbelikan berarti sah untuk dijadikan mahar." (Minhaj Ath Tholibin, No. 478)

2. Emas

Contoh mahar pernikahan lainnya adalah emas, yakni logam mulia yang memiliki nilai jual-beli stabil dan seiring waktu harga jualnya bisa terus bertambah. Emas yang bisa diberikan kepada mempelai wanita dapat berbentuk perhiasan atau emas batangan.

3. Uang

Uang merupakan harta yang cukup sering dipilih mempelai pria sebagai mahar pernikahan. Seperti yang sudah disebutkan, tidak ada ketentuan nominal berapa jumlah uang yang harus diberikan, semuanya tergantung pada kesepakatan calon pengantin.
ADVERTISEMENT

4. Surat Tanah

Selain beberapa barang di atas, surat tanah juga bisa dijadikan sebagai mahar pernikahan karena memiliki nilai jual. Sertifikat tanah ini bisa disimpan untuk waktu yang lama sekaligus menjadi investasi di masa depan.

5. Dinar dan Dirham

Dinar dan dirham merupakan salah satu bentuk mahar yang paling populer sejak zaman Rasulullah dan para sahabat. Dinar adalah emas dengan kadar 22 karat seberat 4,25 gram, sedangkan dirham adalah perak murni dengan berat 2,975 gram.
Terdapat beberapa keutamaan dinar dan dirham yang dapat dilihat dari beberapa hadits, salah satunya seperti sabda Rasulullah berikut:
"Dinar (emas) dan dirham (perak) adalah stempel Allah di muka bumi-Nya, barang siapa yang datang dengan mempergunakan stempel Tuhannya maka akan dicukupi semua kebutuhannya." (HR. At-Thabrani)
ADVERTISEMENT

Mahar Pernikahan yang Dilarang

Ilustrasi salah satu mahar yang dilarang adalah mahar yang memberatkan pria. Foto: Unsplash
Dalam Islam, ada beberapa mahar pernikahan yang dilarang diberikan, salah satunya apabila mahar diperoleh secara tidak baik atau merupakan benda yang tidak halal. Adapun beberapa mahar pernikahan yang dilarang, yaitu:

1. Mahar yang Haram

Mahar yang diberikan kepada mempelai wanita haruslah halal atau diperoleh dengan cara yang baik. Mempelai pria dilarang memberikan mahar dari hasil pekerjaan yang haram, seperti mencuri, menipu, atau hal lain yang dilarang dalam Islam.

2. Mahar yang Berlebihan

Rasulullah tidak menyukai mahar yang berlebihan. Sebaliknya, mahar yang sederhana atau sewajarnya menunjukkan kemurahan hati mempelai wanita. Rasulullah bersabda:
"Bahwa sesungguhnya perkawinan yang besar barakahnya yaitu yang paling murah maharnya." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, dan Baihaqi)

3. Mahar yang Memberatkan Mempelai Pria

Mahar yang memberatkan maksudnya adalah pihak pria kesulitan dalam memberikan mahar, seperti rumah, mobil, atau benda lain dengan harga mahal hanya karena tuntutan dari mempelai wanita. Padahal, mempelai pria tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Analisis Mazhad Hanafi dan Syafi'i dalam Nikah Syighar oleh Alamsyah, meminta mahar di luar kemampuan mempelai pria hukumnya tidak diperbolehkan. Sebab, kondisi tersebut akan berdampak buruk pada kehidupan rumah tangga ke depannya.

4. Mahar yang Tidak Bernilai dan Tidak Bermanfaat

Mahar pernikahan harus memiliki sifat yang bernilai, baik bernilai rendah ataupun bernilai tinggi. Mahar yang bernilai dan bisa dihitung jumlahnya, seperti emas, seperangkat alat sholat, atau barang berharga lain.
Selain itu, mahar juga dapat berupa hal yang bermanfaat bagi kehidupan mempelai wanita, seperti hafalan Alquran atau jasa lainnya yang sesuai dengan syariat Islam.
(MSD & SFR)