Konten dari Pengguna

Pengertian Syajaah Lengkap dengan Contoh Sikap dan Keutamaan Meneladaninya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Maret 2022 14:29 WIB
·
waktu baca 7 menit
clock
Diperbarui 5 September 2023 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi syajaah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi syajaah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, syajaah artinya gagah atau berani. Sementara secara istilah, sifat syaja'ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian, dan keberanian jiwa yang dimiliki seseorang ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
ADVERTISEMENT
Orang yang memiliki sifat syajaah biasanya berani menanggung risiko atas keputusan yang ia buat. Ia hanya merasa takut bila melakukan perbuatan yang tidak benar dan dilarang Allah SWT.
Para ulama menganjurkan umat Muslim untuk memiliki sifat ini. Dijelaskan dalam buku Pasti Bisa Buku Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA Kelas XI oleh Tim Duta, sifat syajaah menjadi ciri seseorang yang istiqomah dalam menegakkan kebenaran di jalan Allah.
Lantas, seperti apa contoh sifat syajaah dan apa saja keutamaannya? Simak penjelasannya di bawah ini.

Sifat Syajaah dan Keutamaan Meneladaninya

Ilustrasi seorang Muslim bersikap syajaah. Foto: Pixabay
Syajaah sering dimaknai sebagai sikap gentle dalam menghadapi kesulitan atau bahaya. Orang yang memiliki sifat ini biasanya merasa khawatir bila suatu kejahatan terjadi. Ia takut dampaknya bisa merugikan banyak orang.
ADVERTISEMENT
H. Aminudin dalam buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X menyebutkan, orang yang memiliki sifat syajaah juga takut (khauf) kepada Allah. Ia takut melanggar aturan dari Allah yang berupa perintah serta larangan.
Meski begitu, ia memiliki semangat keimanan yang membuatnya tidak gentar dalam menghadapi masalah. Syajaah menjadi ciri seorang hamba yang memiliki iman kepada Allah.
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)

Macam-Macam Sifat Syajaah

Sifat syajaah dibagi menjadi dua macam, yakni syajaah harbiyah dan nafsiyah. Syajaah harbiyah adalah keberanian melawan kemungkaran yang tampak atau terlihat oleh mata. Contohnya, keberanian menghadapi musuh dalam peperangan menegakkan agama Allah (jihad fii sabilillah).
ADVERTISEMENT
Keberanian dalam hal ini sudah dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Anfal ayat 15-16. Allah berfirman:
“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur).
Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali."
Sedangkan syajaah nafsiyah adalah keberanian dalam menegakkan kebenaran dan menghadapi bahaya atau penderitaan. Contohnya, keberanian mengatakan hal benar, mengendalikan nafsu marah, dan mengakui kesalahan.
Keutamaan memiliki sifat syajaah telah banyak disebutkan dalam dalil shahih. Selain merupakan sifat terpuji, syajaah juga bisa mendatangkan banyak kebaikan bagi kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Jalan Menggapai Ridho Ilahi karya Abdul Aziz, seseorang yang memiliki sifat syajaah cenderung lebih cepat dan tanggap. Ia akan lebih mudah memaafkan, pandai mengendalikan amarah, dan mampu menyayangi orang di sekitarnya.

Pengertian Syajaah

Sikap syajaah yang dimiliki seorang Muslim. Foto: shutterstock
Sifat syajaah sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat Muslim. Sebab untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran, seseorang harus memiliki sebuah tekad dan keberanian.
Secara harfiah, syajah berasal dari kata “syaja’a” yang artinya gagah atau berani. Sementara secara istilah, syajaah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian, dan keberanian untuk membela sekaligus mempertahankan kebenaran yang diyakininya.
Orang yang memiliki sifat syajaah berani membela kebenaran dan siap menanggung risiko apapun yang akan menimpa dirinya sendiri dan keluarganya. Dalam diri mereka juga timbul rasa takut untuk berbuat maksiat dan dosa kepada Allah.
ADVERTISEMENT
Mereka melakukan tindakan tersebut semata-mata hanya mengharapkan ridha-Nya. Keberanian yang dimilikinya tidak membabi buta, melainkan sangat mulia dan selalu sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Syajaah merupakan akhlak mulia yang harus dimiliki oleh orang yang beriman. Sikap ini menjadi salah satu ciri orang yang senantiasa istiqamah menegakkan kebenaran di jalan Allah.

Jenis-Jenis Syajaah

Ilustrasi jenis-jenis syajaah. Foto: Unsplash
Secara garis besar, syajaah dapat dibagi menjadi dua jenis. Dikutip dari buku Akidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah susunan Fitria Dwi Chahyani (2021), berikut penjelasannya:

1. Syajaaah Harbiyah

Syajaah harbiyah adalah bentuk keberanian yang kelihatan atau tampak pada diri seseorang. Misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang, keberanian jihad, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT

2. Syajaah Nafsiyah

Jenis syajaah ini merupakan bentuk keberanian yang mampu menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran. Yang termasuk syajaah nafsiyah adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Manfaat Penerapan Syajaah dalam Kehidupan

Manfaat penerapan syajaah. Foto: unsplash
Menurut Ibnu Maskawaih, seorang Muslim yang memiliki sikap syajaah mampu mendatangkan banyak keutamaan. Berikut ini manfaat penerapan syajaah dalam kehidupan selengkapnya yang bisa Anda simak:

Perwujudan Sikap Syajaah

Ilustrasi Al-quran. Foto: FOTOKITA/Shutterstock
Hakikat dari syajaah adalah keberanian dan tekad yang kuat. Adapun perwujudan sikapnya dapat dituangkan dalam beberapa bentuk berikut ini:
ADVERTISEMENT

Faktor yang Menyebabkan Seseorang Memiliki Keberanian

Ilustrasi membaca Al-quran. Foto: FS Stock/Shutterstock
Sikap syajaah tidak muncul begitu saja. Namun, sikap ini dilandasi oleh berbagai faktor yang mengarah pada ketauhidan dan keimanan yang dimiliki seseorang terhadap Allah.
Dirangkum dari buku Jalan Menggapai Ridho Ilahi susunan Abdul Aziz Ajhari, dkk., berikut ini faktor yang dapat menyebabkan seseorang memiliki keberanian:
ADVERTISEMENT

Dalil Sifat Syaja'ah

Ilustrasi membaca Alquran. Foto: Pexels
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar tidak menjadi penakut, karena rasa takut akan membawa pada kegagalan dan kekalahan. Oleh sebab itu, sifat syaja'ah harus dimiliki oleh setiap Muslim.
Berikut adalah beberapa dalil mengenai sifat syaja'ah sebagaimana disebutkan dalam sejumlah ayat Alquran dan riwayat hadits.

Surat Ali Imran Ayat 139

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya: "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran: 139)

Surat Hud Ayat 112

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Artinya: "Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertobat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud: 112)
ADVERTISEMENT

Surat Al-Anfal Ayat 15

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوْهُمُ الْاَدْبَارَۚ
Artinya: "Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur)." (QS. Al-Anfal: 15)

Hadits Riwayat Muttafaq 'Alaih

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah pernah bersabda:
"Bukanlah yang dinamakan pemberani itu adalah orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu adalah orang yang sanggup menguasai dirinya di saat waktu marah." (Muttafaq 'Alaih)

Hadits Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah

Rasulullah bersabda:
"Jihad yang paling utama ialah mengatakan sebuah kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang dzolim." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
(MSD & SFR)