Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Profil Prof. Dr. Sulianti Saroso yang Jadi Google Doodle Hari Ini
10 Mei 2023 11:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dedikasinya dalam menyejahterakan kesehatan masyarakat Indonesia selama masa kemerdekaan membuat nama Sulianti Saroso diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Pusat Infeksi di kawasan Sunter, Jakarta. Hingga saat ini, RSPI Sulianti Saroso dikenal sebagai Pusat Infeksi Nasional paling tepercaya.
Lantas, siapakah Prof. Dr. Sulianti Saroso sebenarnya? Untuk mengenal sosoknya lebih dekat, simak profilnya dalam artikel di bawah ini.
Profil Prof. Dr. Sulianti Saroso
Lahir pada 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali, Prof. Dr. Sulianti Saroso adalah anak kedua dari keluarga Dokter Muhammad Sulaiman yang berasal dari kalangan priyayi. Mengutip laman indonesia.go.id, wanita bernama asli Julie Sulianti Saroso itu sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia kesehatan sejak masa sekolah.
Setelah mengenyam pendidikan dasar di ELS (Europeesche Lagere School) dan menempuh sekolah menengah di Gymnasium Bandung, Sulianti Saroso melanjutkan studinya ke pendidikan tinggi Geneeskundige Hooge School (GHS), sebutan baru bagi Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia. Ia pun lulus sebagai dokter pada tahun 1942.
ADVERTISEMENT
Sulianti menerapkan ilmunya dengan mengabdi sebagai dokter di RS Umum Pusat Jakarta yang kini dikenal sebagai RS Cipto Mangunkusumo, sejak masa kependudukan Jepang sampai awal kemerdekaan. Sampai akhirnya ia hijrah ke RS Bethesda Yogyakarta ketika ibu kota Indonesia pindah ke Kota Pelajar tersebut.
Di Yogya, wanita yang akrab dipanggil Julie itu terlibat langsung sebagai dokter perjuangan. Tidak hanya sering mengirim obat-obatan ke kantung-kantung gerilyawan republik, ia turut tergabung dalam organisasi resmi Kongres Wanita Indonesia dan organisasi taktis seperti Wanita Pembantu Perjuangan dan Organisasi Putera Puteri Indonesia.
Pasca revolusi kemerdekaan, Sulianti kembali bekerja di Kementerian Kesehatan. Ia bahkan mendapatkan beasiswa dari WHO untuk belajar tentang tata kelola kesehatan ibu dan anak di beberapa negara Eropa, termasuk Inggris.
ADVERTISEMENT
Pulang ke Indonesia, Sulianti langsung ditempatkan sebagai Kepala Jawatan Kesehatan dan Anak Kemenkes di Yogyakarta. Kesempatan itu ia manfaatkan untuk mendorong pemerintah agar mendukung program kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran lewat pendidikan seks dan Keluarga Berencana (KB).
Sejak itu, Dokter Sulianti semakin aktif bergerak sebagai praktisi di bidang pengendalian kehamilan dan kelahiran. Ia sering menyampaikan gagasan-gagasannya soal isu itu lewat berbagai seminar.
Meski muncul penolakan dari masyarakat dan pemerintah, ia tetap berjuang memperkenalkan program KB sebagai pembatasan kelahiran. Bersama sejumlah aktivis perempuan, Sulianti mendirikan Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang menginisiasi klinik swasta yang melayani KB di berbagai kota.
Selama tahun 1970 hingga 1980-an, gagasan Sulianti Saroso terkait penyakit menular, KB, serta kesehatan ibu dan anak akhirnya diakui negara. Secara bertahap, ide-idenya itu pun diadopsi menjadi kebijakan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Prof. Dr. Sulianti Saroso meninggal dunia pada 29 April 1991. Meski telah tiada, keberhasilannya dalam mengangkat dunia kedokteran Indonesia ke tingkat dunia akan selalu dikenang sampai kapan pun.
(ADS)