Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Biografi Singkat Sapardi Djoko Darmono yang Jadi Google Doodle Hari Ini
20 Maret 2023 10:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Sapardi Djoko Darmono: Karya dan Dunianya susunan Bakdi Soemanto (2006) Sapardi Djoko Darmono merupakan anak pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Beliau lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
Di kalangan penulis terkemuka di Jakarta, beliau dikenal dengan nama Sapardi. Namun di kalangan almamaternya, yakni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, ia dikenal dengan nama Djoko.
Hingga kini, namanya dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Untuk mengenang sosoknya, simak biografi singkat Sapardi Djoko Darmono selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Biografi Singkat Sapardi Djoko Darmono
Sapardi Djoko Darmono merupakan seorang pujangga yang sudah menggeluti dunia sastra sejak tahun 1970-an. Ia mengawali kariernya sebagai dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Sapardi juga pernah menjadi dekan dan guru besar di sana.
ADVERTISEMENT
Penulis novel Hujan Bulan Juni ini merupakan mantan redaktur majalah Horison, Basis, dan Kalam. Selama berkarier, ia telah banyak menerima penghargaan dari dalam maupun luar negeri.
Penghargaan tersebut antara lain Cultural Award dari Australia (1978), Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983), SEA Write Award dari Thailand (1986), Anugerah Seni dari pemerintah Indonesia (1990), Mataram Award (1985), dan masih banyak lagi.
Tidak hanya itu, Sapardi juga telah menerbitkan puluhan buku bertemakan fiksi, esai, dan teori sastra. Beberapa judul buku tersebut di antaranya Alih Wahana, Tirani Demokrasi, Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, Hujan Bulan Juni, Trilogi Soekram, dan lain-lain.
Tempat kelahirannya berlokasi di kampung Baturono, sebelah timur kampung Gading. Lokasi tersebut tidak jauh dari Alun-Alun Selatan, kota Solo.
ADVERTISEMENT
Ayah Sapardi yang bernama Sadyoko bekerja sebagai abdi dalem di Kraton Kasunanan. Sementara ibunya bernama Sapariah, seorang ibu rumah tangga biasa.
Sejak kecil, putra pertama Sadyoko dan Sapariah tersebut hobi membaca buku. Menurutnya, buku telah berhasil memunculkan gairah menulis dalam dirinya.
Sama seperti kebanyakan anak-anak yang menyukai buku petualangan, Sapardi juga sangat menyukai buku karangan Karl May. Ia juga tertarik membaca Komedi Manusia karangan William Sroyan dan kumpulan cerpen Amerika terjemahan Mochtar Lubis.
Di Tanah Air, suami dari Wardiningsih ini dikenal sebagai penyair yang sering mendapatkan hadiah dan penghargaan. Ia pun memberikan perhatian yang sangat tinggi pada dunia sastra dan akademik Indonesia.
Ia mendirikan sebuah organisasi bernama Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia. Organisasi tersebut biasa menggelar seminar dan memberdayakan para sarjana kesustraan Indonesia agar menjadi pribadi yang lebih aktif dan berinisiatif.
ADVERTISEMENT
Sapardi wafat pada 19 Juli 2020 di usia ke-80, meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Sebelum wafat, ia menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, karena mengalami penurunan fungsi organ tubuh.
(MSD)