Sejarah dan Makna Tradisi Hari Bakcang (Peh Cun)

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
25 Juni 2020 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bakcang. Foto: Toshiko/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bakcang. Foto: Toshiko/kumparan
ADVERTISEMENT
Ba Chuan atau yang juga biasa disebut Peh Cun adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh etnis Tionghoa yang jatuh pada hari 5 bulan 5 kalender Cina. Tradisi ini juga biasanya disebut dengan hari Bakcang. Dalam tradisi ini, biasanya diadakan festival makan bakcang dan balap perahu naga.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai istilah yang digunakan dalam sebutan hari Bakcang. Di belahan dunia bagian barat, festival hari Bakcang dikenal juga sebagai Festival Perahu Naga atau Festival Dumpling. Ada juga yang menyebutnya Double Kelima Festival karena diadakan pada hari 5 dan bulan 5 kalender lunar.
Berdasarkan metafisika China, hari Bakcang adalah hari di mana energi yang keluar paling kuat. Hal ini membuat festival ini juga dikenal dengan sebutan Festival Extreme Yang. Sebutan lain untuk festivalnya yakni Festival Bulan Kelima, Festival Hari Kelima, Festival Summer, dan Festival Duan Wu.
Hari Bakcang berkaitan erat dengan sejarah seorang tokoh bernama Qu Yuan. Ia merupakan seorang sarjana patriotik dan menteri di negara Chu.
Ia pandai bekerjasama secara diplomatik dengan kerajaan lain demi melawan agresi negara Qin. Hal ini membuat dirinya banyak disukai oleh banyak kalangan.
ADVERTISEMENT
Suatu hari, ia difitnah dan dibuang ke pengasingan atas tuduhan palsu yang meyakinkan raja bahwa menteri telah melakukan korupsi. Saat diasingkan, tahun 278 SM, ia mendengan bahwa pasukan Qin menyerbu Ying, yakni ibukota negara Chu. Ia kemudian menulis puisi untuk Ying lalu menenggelamkan diri di Sungai Miluo.
Ritual bunuh diri tersebut dilakukan untuk memprotes korupsi yang menyebabkan jatuhnya negara Chu. Banyak penduduk desa yang pergi mencari tubuhnya di sungai menggunakan perahu. Mereka melakukannya sambil menggebuh drum untuk menakut-nakuti ikan dan roh-roh jahat agar tubuh Qu Yuan tidak diganggu.
Mereka juga melempar bungkus beras ke dalam sungai yang dimaksudkan sebagai persembahan untuk roh Qu Yuan. Inilah mengapa tradisi makan kue beras dan balap perahu naga muncul.
ADVERTISEMENT
Tradisi makan bakcang sendiri sudah ada sejak zaman Qun Chiu (722 SM – 481 SM). Bakcang melambangkan nasi atau beras bungkus yang dilempar ke sungai.
Bakcang dibungkus dengan daun membentuk runcing seperti tanduk sapi. Keempat sisinya melambangkan arti dan harapan baik.
(AYA)