Konten dari Pengguna

Sejarah Hari Ibu 22 Desember, Dimulai dari Kongres Perempuan 1928

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 Desember 2020 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah peserta upacara bendera mengenakan pakaian adat Lampung dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-91 di Bandar Lampung, Lampung, Senin (23/12). Foto: ANTARA FOTO/Ardiansyah
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah peserta upacara bendera mengenakan pakaian adat Lampung dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-91 di Bandar Lampung, Lampung, Senin (23/12). Foto: ANTARA FOTO/Ardiansyah
ADVERTISEMENT
Hari Ibu Nasional diperingati setiap 22 Desember. Tahun ini perayaan tersebut mengusung tema “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju” yang menyorot peran perempuan dalam pembangunan bangsa, termasuk mereka yang menjadi garda terdepan dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Hari Ibu sendiri pertama kali diresmikan pada 1959. Hari tersebut identik sebagai momen spesial untuk mengapresiasi para ibu yang berjuang mengurus rumah tangga dan merawat anak.
Namun sebenarnya esensi Hari Ibu lebih dari itu. Ini terkait dengan sejarah yang menginspirasi lahirnya hari tersebut. Berikut ini ulasan lengkap sejarah Hari Ibu.

Sejarah Hari Ibu 22 Desember

Hari Ibu Nasional terinspirasi dari Kongres Perempuan Indonesia I yang diadakan pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Terselenggaranya kongres ini merupakan momentum penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan.
Melansir buku Merayakan Ibu Bangsa yang dirilis oleh Kemdikbud, kala itu kurang lebih 1000 perempuan dari 30 organisasi berpartisipasi dalam kongres. Mereka datang dari latar belakang budaya yang beranekaragam namun sama-sama bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.
Suasana Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember1928 yang berlangsung di Gedung Joyodipuran Yogyakarta. Sumber: Perpusnas
Kongres tersebut diisi oleh orasi tentang kesetaraan dan emansipasi wanita, termasuk masalah nasional. Kala itu, isu yang menjadi perhatian adalah akses pendidikan bagi perempuan, perkawinan anak, dan keputusan talak yang sewenang-wenang.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Jogjakarta, Kongres Perempuan pertama menghasilkan beberapa keputusan, yakni:
Berita tentang Kongres Perempuan Indonesia I di Koran Bintang Mataram. Sumber: Perpusnas.
Dari bukti sejarah ini, tampak bahwa perempuan-perempuan di masa itu telah menyadari beberapa masalah fundamental yang dialami perempuan di era kolonial dan keinginan untuk mengubahnya. Beberapa masalah yang diangkat bahkan masih relevan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959 yang menyatakan bahwa tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu demi mengenang tonggak pertama gerakan perempuan. Sejak saat itu, pemerintah secara rutin memperingati Hari Ibu setiap 22 Desember.
Dengan demikian berdasarkan sejarah, peringatan Hari Ibu di Indonesia sama sekali berbeda dengan Mother’s Day yang dirayakan secara internasional.
Mother’s Day merupakan upaya mengapresiasi peran ibu. Sedangkan esensi Hari Ibu lebih luas, yaitu sebagai perayaan atas pergerakan perempuan sebagai ibu dari bangsa Indonesia.
(ERA)