Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Maulid Simtudduror, dari Penyusunan hingga Penyebarannya
24 Agustus 2021 11:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maulid simtudduror adalah bacaan maulid yang disusun oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi. Bacaan maulid ini juga dikenal dengan nama maulid habsyi yang merujuk pada nama pengarangnya.
ADVERTISEMENT
Secara lengkap, maulid ini memiliki judul asli Simtudduror fi akhbar Maulid Khairil Basyar min akhlaqi wa aushaafi wa siyar. Namun, untuk memudahkan pelafalannya, masyarakat biasa menyebutnya dengan maulid simtudurror saja.
Maulid simtudurror biasa dibacakan dalam majelis ta’lim dan pertemuan-pertemuan khusus keagamaan. Isinya memuat tentang sholawat dan riwayat hidup Rasulullah dari lahir hingga diangkat menjadi Rasul.
Bagaimana sejarah penyusunan dan penyebarannya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan lengkap berikut.
Sejarah Maulid Simtudduror
Maulid simtudurror disusun oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi. Beliau merupakan ulama besar yang lahir pada hari Jumat, 24 Syawal 1259 H di Qasam, Hadhramaut.
Habib Ali dibesarkan kedua orangtuanya yang bernama Muhammad bin Husin dan As-syarifah Alawiyyah binti Husain. Saat itu, ibunda Habib Ali terkenal sebagai wanita sholihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran. Ia berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Sejak itu, beliau diizinkan para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian di hadapan khalayak ramai. Sehingga dengan cepat sekali, beliau menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang.
Kepadanya diserahkan tampuk kepemimpinan tiap majelis ilmu, lembaga pendidikan, dan pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu. Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya.
Beliau juga menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan serta mendidik para siswa agar mau menuntut ilmu. Beliau turut berperan membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Mengutip buku Management of Student Development: Perspektif Alquran dan Sunah, untuk menampung para siswa, dibangunlah Masjid Riyadh di kota Seiwun, Hadhramaut. Kemudian dibangun juga pondok-pondok dan asrama yang dilengkapi dengan berbagai sarana, untuk memenuhi keperluan mereka agar dapat belajar dengan tenang dan tenteram.
Habib Ali kemudian kembali mempelajari, mengembangkan, dan menyiarkan ilmu agamanya. Beliau menyusun sebuah karangan yang berjudul "Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar”.
ADVERTISEMENT
Karangan ini merupakan bentuk risalah kecil yang berisi kisah Maulid Nabi Muhammad SAW. Isinya memuat tentang kisah Rasulullah dari lahir hingga wafat. Selain itu, mengutip buku Jaringan Habaib di Pulau Jawa Abad 20 oleh Agus Permana, maulid ini juga berisi untaian mutiara sifat-sifat Rasulullah yang mulia.
Maulid simtudduror tersebar luas di Seiwun hingga ke seluruh Yaman dan Hadhramaut. Bahkan maulid ini tersebar pula ke beberapa negeri lainnya yang jauh seperti Afrika dan Indonesia.
Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-habsyi meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi'ul Akhir 1333 H. Beliau meninggalkan beberapa putera yang sekarang melanjutkan perannya untuk berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi. Beliau merupakan pendiri Masjid Riyadh di kota Solo.
ADVERTISEMENT
Habib Alwi dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah- tamah terhadap siapa pun. Beliau juga senang menolong orang, terutama kepada kaum yang lemah, fakir dan miskin.
(MSD)