Sejarah Nisfu Syaban, Bagaimana Awal Mula Peringatannya?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
7 Maret 2023 11:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Malam Nifsu Syaban Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Malam Nifsu Syaban Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelum Ramadhan datang, umat Muslim akan menyambut bulan Syaban terlebih dahulu. Di bulan ini, terdapat satu malam istimewa yang disebut Nisfu Syaban. Banyak yang meyakini pada malam tersebut Allah membuka pintu rezeki dan ampunan seluas-luasnya.
ADVERTISEMENT
Disebutkan dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya Allah memperhatikan makhluk-makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban maka Allah mengampuni hamba-hamba-Nya, kecuali dua (golongan) yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh dirinya sendiri.” (HR. Ahmad)
Umat Muslim di Tanah Air biasanya menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan melakukan berbagai amalan secara khusyu, seperti sholat Nisfu Syaban, dzikir, membaca surat Yasin, dan sebagainya.
Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah Nisfu Syaban bermula? Mengapa malam ini dianggap begitu istimewa hingga diperingati secara khusus? Berikut penjelasannya.

Sejarah Nisfu Syaban

Ilustrasi Nisfu Syaban. Foto: Pixabay
Peringatan malam Nisfu Syaban, khususnya di Indonesia, sudah menjadi semacam tradisi yang melekat dari generasi ke generasi. Mengutip buku Mana Dalil Malam Nishfu Sya’ban tulisan Ust Ma’ruf Khozin, sebagian ulama menyebutkan bahwa amaliyah malam Nisfu Syaban pertama kali dilakukan oleh kalangan Tabi'in di Syam.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya kalangan sahabat sudah mengetahui keagungan malam Nisfu Syaban tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diriwayatkan sebagai berikut:
Di dalam pasukan ini bersama Abdullah bin Ja’far (bin Abdul Mutallib) ada Watsilah bin Asqa. Kedatangan mereka ke Syam, yakni Damaskus ke daerah Abi Quds, adalah di malam Nishfu Sya’ban. Rembulan makin bersinar”. Watsilah berkata: “Saya berada di dekat Abdullah bin Ja’far. Ia berkata kepada saya: ‘Wahai putra Asqa, betapa indahnya dan bersinarnya rembulan malam ini”.
Saya berkata: “Wahai sepupu Rasulullah. Ini adalah malam Nisfu Syaban, malam yang diberkahi nan agung. Di malam inilah rezeki dan ajal akan dicatat. Di malam ini pula dosa dan kejelekan akan diampuni. Saya ingin beribadah di malam ini”.
ADVERTISEMENT
Saya berkata: “Perjalanan kita di jalan Allah (perang) lebih baik daripada beribadah di malamnya. Allah maha agung pemberiannya”. Abdullah bin Ja’far berkata: “Kamu benar”.” (al-Waqidi dalam Futuh asy-Syam 1/74)
Ilustrasi mengerjakan amalan malam Nisfu Syaban. Foto: Pixabay
Dalam riwayat itu jelas tertulis bahwa para sahabat sudah punya rencana untuk melakukan amalan-amalan di malam Nisfu Syaban. Namun, karena harus berperang untuk menaklukkan negeri Syam, mereka memilih untuk mendahulukan jihad.
Meski sahabat belum sempat melakukannya, mengerjakan amalan Nisfu Syaban bukan termasuk bid’ah. Lalu, amalan-amalan tersebut diikuti dan dilakukan pertama kali oleh para Tabi’in di Syam Syria.
Beberapa di antara mereka, yakni Khalid bin Ma’dan, Makhul, dan Luqman bin ‘Amir mengagungkan malam ke-15 bulan Syaban dan beribadah di malam tersebut. Dari merekalah orang-orang kemudian berlomba-lomba meraih keutamaan malam Nisfu Syaban.
ADVERTISEMENT
Ulama Syam berbeda-beda dalam melakukan ibadahnya. Ada yang menganjurkan ibadah dilakukan secara berjamaah di masjid, memakai pakaian terbaik, dan memakai celak mata. Ada pula yang lebih menganjurkan seseorang sholat sendirian di malam tersebut.
Terlepas dari bagaimana cara beribadahnya, umat Muslim hendaknya menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan khusyu dan sungguh-sungguh. Bagi yang mengamalkannya akan mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.
(ADS)