Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Taukid: Pengertian, Macam-Macam, dan Contoh Kalimatnya Ilmu Nahwu
29 November 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Taukid adalah kata yang dihadirkan untuk menguatkan maksud suatu kejadian sehingga terhindar dari keraguan atau prasangka. Sederhananya, taukid merupakan pengulangan yang dimaksudkan agar lawan bicara yakin dengan apa yang dia dengar.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Ilmu Nahwu Bahasa Arab , dalam ilmu nahwu, taukid merupakan isim yang mengikuti kata yang dikuatkan, baik dalam keadaan rafa’-nya, nashab-nya, khafadh-nya, maupun ma’rifat-nya.
Ada beberapa huruf taukid yang sering digunakan, yaitu اَلنَّفْسُ (diri), الْعَيْنُ (diri), كُلُّ (semua), أَجْمَعُ (seluruh), dan اَكْتَعُوْنَ اَبْتَعُوْنَ اَبْصَعُوْنَ (lafadz yang mengikuti ajma’u atau seluruhnya). Dengan menggunakan lafadz-lafadz tersebut, lawan bicara tidak akan meragukan makna kalimat yang diucapkan.
Meski begitu, penggunaan huruf taukid harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu mengikuti hukum i’rab seperti muakkad-nya dan isim muakkad-nya berbentuk isim ma’rifat .
Macam-Macam Taukid
Ratih dkk dalam Modul Mata Kuliah Tarjamah menjelaskan, taukid terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Taukid Lafdzi
Taukid lafdzi merupakan taukid yang mengulang lafadz pertama dengan lafadz itu sendiri atau dengan lafadz lain yang memiliki arti serupa. Taukid ini terbagi menjadi enam bagian, yakni isim dhohir, isim dhomir , fi’il, huruf, jumlah, dan isim mutarodhif.
ADVERTISEMENT
Fungsi taukid lafdzi adalah untuk menguatkan ucapan dan menghilangkan keraguan atau kesamaran pada hati pendengar. Misalnya, “Berkata ustadz, ustadz!”, “Saya melihat buaya, buaya.”, “Orang yang pergi itu datang, datang.”
2. Taukid Ma’nawi
Berbeda dengan taukid lafdzi, taukid ma’nawi digunakan untuk menegaskan kalimat dari segi maknanya saja. Jika menggunakan taukid ma’nawi, lafadz taukid-nya harus diakhiri dengan dhamir yang sesuai dengan muakkad-nya, baik dalam mustanna, mufrad, atau jama’-nya.
Mengutip buku Super Kilat Kuasai Bahasa Arab Secara Otodidak oleh Ulin Nuha, ada beberapa lafadz taukid ma’nawi yang sudah ditentukan dan memiliki makna berbeda-beda. Contohnya adalah lafadz اَلنَّفْسُ yang berfungsi untuk menghilangkan kemungkinan adanya perubahan makna, kelalaian, atau kelupaan.
Contohnya, kalimat “Pemimpin itu telah datang” yang terdengar rancu karena tidak ada kejelasan makna apakah yang datang utusan atau tentaranya. Jika ditambahkan lafadz اَلنَّفْسُ, pendengar akan yakin bahwa yang datang adalah benar-benar pemimpin tersebut.
ADVERTISEMENT
Contoh Kalimat Taukid
Agar lebih memahaminya, berikut beberapa contoh kalimat taukid yang dapat dipelajari:
(ADS)