Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tembang Maskumambang: Makna, Watak, Aturan, dan Contohnya
24 November 2021 15:45 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tembang maskumambang merupakan salah satu anak dari tembang macapat atau tembang dolanan. Tembang maskumambang berasal dari dua kata, yaitu Mas (sesuatu yang berharga) dan Kumambang (mengambang).
ADVERTISEMENT
Secara bahasa , tembang maskumambang dimaknai sebagai emas terapung. Mengutip buku Filsafat Ku oleh Wafa aldawamy, tembang maskumambang merupakan gambaran ketika manusia masih berada di alam ruh yang kemudian ditanamkan ke dalam rahim seorang ibu.
Dalam alam , Allah SWT memberi pertanyaan kepada ruh kita, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”, lalu ruh kita menjawab “Benar (Ya Allah Engkau adalah Tuhan kami dan kami semua menjadi saksinya).”
Dalam Serat Purwaukara, istilah tembang maskumambang juga diartikan sebagai ulam toya yang berarti ikan air tawar. Karena itu, tembang maskumambang terkadang diberi lambang atau isyarat berupa gambar ikan yang sedang berenang.
Watak Tembang Maskumambang
Bram Palgunandi menjelaskan dalam buku Serat Kandha Suluk Tembang Wayang, watak pada tembang maskumambang biasanya dilantunkan dalam syair atau lirik yang temanya kesedihan dalam menyikapi hidup. Selain itu, jenis tembang ini juga menggambarkan anak yang durhaka kepada orangtuanya dan akhirnya mendapat kesulitan serta kesengsaraan dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, tembang maskumambang lazim digunakan untuk menampilkan suasana yang mampu mengunggah emosi bagi pendengar dan pelantunnya. Misalnya rasa sedih, belas kasihan, kesusahan, ketidakberdayaan, cemas, kesengsaraan, haru, prihatin, dan lain sebagainya.
Aturan Tembang Maskumambang
Menulis lirik tembang maskumambang tidak dapat dilakukan sembarangan. Selalu ada tata cara atau aturan yang perlu dipatuhi untuk mendapatkan karya yang indah. Aturan tembang maskumambang biasanya mengatur jumlah suku kata, baris dan vokal tembang di akhir kata.
Aturan tembang seringkali disebut dengan paungeran. Berikut tiga paungeran maskumambang yang dihimpun dari buku Filsafat Ku oleh Wafa aldawamy.
ADVERTISEMENT
Contoh Tembang Maskumambang
Berikut adalah contoh tembang maskumambang karya Sri Pakubawana IV dalam buku Cakramanggilingan oleh Wawan Susetya.
Contoh 1
Luwih ala-alane janma ngaurip,
wong ngepluk sungkanan,
tan patut ngawuleng aji,
angengera sapa-sapa.
Artinya:
Sejelek-jelek orang hidup,
yaitu orang yang malas tidak suka bekerja,
tidak pantas mengabdi Raja,
atau siapa pun.
Contoh 2
Amilua ing bapa biyung pribadi,
kalamun sungkanan,
datan wurung den srengeni,
dinukan miwah pinala.
Artinya:
Ikutlah bapak-ibumu sendiri,
kalau tidak suka bekerja,
pasti dimarahi,
bahkan dihajar.
Contoh 3
Mapan kaya mangkono ngawuleng gusti,
kalamun leleda,
tan wurung manggih bilahi,
ing wuri aja ngresula.
Artinya:
Memang seperti itulah mengabdi kepada Raja,
bila kurang sungguh-sungguh,
akan mendapatkan kesusahan,
maka di belakang hari jangan menyesal.
ADVERTISEMENT
Contoh 4
Pan kinarya pribadi bilahineki,
lamun tinemenan,
sabarang karsaning Gusti,
lahir batin tan suminggah.
Artinya:
Memang menimpa dirinya sendirilah segala kesusahan itu,
bila disikapi dengan sungguh-sungguh,
maka segala kehendak Tuhan,
lahir batin tidak bisa kita elakkan.
Contoh 5
Mapan ratu tan darbe kadang myang siwi,
sanak prasanak,
tanapi garwa kekalih,
amung bener agemira.
Artinya:
Memang sesungguhnya Raja itu tidak punya (sikap membela) famili maupun anak,
sanak-keluarga maupun teman,
begitu juga istri berdua (prameswari dan selir),
kecuali harus menggunakan sikap yang benar.
(NDA)