Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Lebaran di Indonesia yang Unik dan Penuh Makna
5 April 2024 12:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tradisi Lebaran di Indonesia tidak terbatas pada mudik dan bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) saja. Setiap wilayah di Tanah Air memiliki cara tersendiri dalam menyambut momen spesial bagi umat Islam ini.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, orang-orang Indonesia di hari Lebaran akan menjalin silaturahmi dengan keluarga atau kerabat. Mengutip buku Indonesia Punya Cerita: Kebudayaan dan Kebiasaan Unik di Indonesia oleh Yusuf Toet, silaturahmi berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘berkunjung dan berjabat tangan’. Tujuannya untuk menjaga keakraban dan mengeratkan tali persaudaraan.
Setelah bersalaman, biasanya acara silaturahmi dilanjutkan dengan makan bersama menikmati hidangan ketupat yang sudah menjadi ciri khas Lebaran. Ini merupakan praktik yang umum ditemukan di Indonesia. Secara khusus, sejumlah wilayah memiliki tradisi yang lebih unik dan menarik untuk diketahui.
Tradisi Lebaran di Indonesia
Mengutip dari laman Kemenparekraf, berikut ini sejumlah tradisi unik di beberapa wilayah Indonesia saat perayaan Lebaran.
1. Ronjok Sayak (Bengkulu)
Tradisi Lebaran di Bengkulu ini melibatkan batok kelapa (sayak) yang dibakar kemudian ditumpuk hingga setinggi satu meter. Biasanya, tradisi ini dilakukan setelah pelaksanaan salat Isya di tanggal 1 Syawal.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Ronjok Sayak dimulai dengan membakar batok kelapa sambil memanjatkan banyak doa. Proses pembakaran ini dilakukan karena masyarakat Bengkulu percaya bahwa api merupakan penghubung antara manusia dan para leluhur.
2. Binarundak (Sulawesi Utara)
Binarundak merupakan tradisi di Sulawesi Utara yang menjadi warisan leluhur dan masih dilestarikan sampai sekarang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tradisi ini menjadi sarana silaturahmi kepada sesama sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Tradisi Binarundak berupa pembuatan nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idul Fitri. Nasi jaha merupakan makanan khas Sulawesi Utara berupa beras bercampur santan dan jahe yang dimasak dalam batang bambu.
3. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Perang topat atau perang ketupat di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan tradisi menyambut Lebaran yang menjadi simbol kerukunan antar umat Islam dan Hindu yang hidup berdampingan di Pulau Seribu Masjid tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum perang topat dimulai, masyarakat akan melakukan ziarah ke Makam Loang Baloq dan Makam Bintaro yang menjadi tempat bersemayamnya sejumlah habib dan ulama Islam.
Hal unik lainnya dari tradisi ini adalah ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan. Itu karena ketupat tersebut dipercaya akan membawa kesuburan dan membuat panen melimpah.
4. Tradisi Syawalan (Jawa Timur)
Dikutip dari buku Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan oleh Puji Rahayu, tradisi Syawalan di Jawa Timur, tepatnya di kabupaten Boyolali dilakukan dengan membuat jamuan di masjid. Masyarakat akan membawa ketupat dari rumah lalu bersilaturahmi dengan tetangga.
Selain itu, warga akan membawa sapi atau kambing mereka ke jalan. Beberapa di antaranya diberi makan dan dikalungi ketupat. Menurut masyarakat setempat, tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur karena sapi sudah banyak berjasa dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
(DEL)