Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Puasa Sebelum Menikah yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa
11 Oktober 2022 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam menjalani puasa mutih, kedua calon mempelai tidak boleh makan apa-apa selain nasi putih (tanpa sayur dan garam), serta minum air putih (tanpa gula, teh, atau kopi). Ini dilakukan supaya calon mempelai mendapatkan penampilan segar di hari pernikahan.
Jika dilihat dari sisi kesehatan, rutin puasa sebelum menikah bisa membawa dampak yang baik untuk tubuh. Sebab, akan terjadi proses detoksifikasi, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan wajah bertambah cerah.
Saat berpuasa, kedua calon mempelai dianjurkan untuk menjauhi perbuatan buruk yang dilarang dalam norma agama dan sosial. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang puasa sebelum menikah selengkapnya untuk Anda.
Tradisi Puasa Sebelum Menikah
Untuk menjalani puasa sebelum menikah, calon mempelai diharuskan untuk mandi keramas terlebih dahulu. Kemudian, menyatakan niat dan tujuan untuk apa puasa tersebut dilakukan.
Waktu sahur dan buka puasa mutih sama seperti puasa Ramadhan. Calon mempelai yang melaksanakan puasa ini harus makan nasi putih dan minum air putih terlebih dahulu di dua waktu tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena puasa mutih cukup berat, maka kegiatan sehari-hari dapat dikurangi, tetapi jangan sampai tidak melakukan aktivitas sama sekali. Dijelaskan dalam buku Laku Prihatin susunan Iman Budhi (2022), calon mempelai dilarang melakukan perbuatan buruk seperti mencuri, menipu, berjudi, berkata kotor, dan lain-lain.
Kemudian, pada malam hari calon mempelai dianjurkan membaca wirid dan doa-doa tertentu. Ada bayak manfaat yang bisa didapatkan dengan rutin menjalankan puasa ini, antara lain:
Mengutip buku Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan susunan Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, puasa mutih tidak memiliki tuntunan pelaksanaan yang khusus. Sehingga, puasa ini dikategorikan sebagai puasa sunah mutlak.
ADVERTISEMENT
Cara niatnya cukup dengan niat yang mutlak (umum), sebagaimana niat pada sholat sunah mutlak. Menurut beberapa riwayat, pada zaman dahulu Rasulullah SAW juga melakukan puasa mutlak. Suatu hari Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah:
“Apa ada sarapan pagi?” Aisyah menjawab, “Tidak ada”.
Nabi berkata, “Kalau begitu saya puasa.”
Aisyah menyebutkan suatu hari yang lain Nabi bertanya pada saya “Apa ada sarapan pagi?", saya menjawab “Ada”.
Nabi kemudian berkata “Kalau begitu saya tidak puasa, meski saya perkirakan berpuasa,” (Asna almathoolib).
Dalam Islam , anjuran puasa sebelum menikah ditujukan untuk mengontrol hawa nafsu umat Muslim agar tidak melakukan hal-hal yang haram. Puasa ini bisa meredam syahwat laki-laki dan perempuan yang masih lajang agar tidak terjerumus pada perbuatan zina.
ADVERTISEMENT
Itu mengapa puasa menjadi solusi yang tepat bagi umat Muslim yang belum sanggup menikah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai para pemuda, barangsiapa dari kalian telah memiliki kemampuan dalam urusan pernikahan, maka hendaklah nikah. karena pernikahan itu dapat lebih menundukkan pandangan serta membentengi kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu dapat menjadi peredam syahwat baginya." (HR Bukhari & Muslim)
(MSD)